**Azzah yang pemalu, menutup wajah dengan kerudungnya. Jarak Azzah dan Ronald terpisahkan oleh tiga orang ibu - ibu di depan Azzah.
"Maaf sebelumnya, ibu benar ini perkebunan teh milik Abah Akbar?" tanya Ronald
"Benar, Den," jawab Narsih
"Gantengnya ..." lirih Mbok Sani
Pujian Mbok Sani masih dapat didengar Ronald. Ia menarik sudut bibir ke atas, Saat sekilas matanya beradu dengan Azzah.
Wajah adem azzah yang sempat Ronald lihat, sebelum Azzah benar - benar menutup wajah. Membuat Ronald seolah angin mendinginkan kulitnya sejenak, di tengah sengatan terik siang hari.
"Kak Mirza, kok bisa barengan sama Pria itu," ucap Azzah
Tak ingin bertambah penasaran. Azzah memilih pulang dan menanyakan langsung pada Umi dan Abah.
"Assalamualaikum," ucap Azzah masuk rumah
Umi menjawab salam. Umi Fatma melebarkan mata saat Azzah pulang dengan muka merah kepanasan.
"Umi, kenapa, kok mukanya ditekuk?" tanya Azzah
"Azzah, anak cantik Umi, solehah umi, nggak bisa kamu tenang aja duduk di rumah," ujar Umi Fatma dengan nada menekan.
"Umi, Azzah suka di kebun, hijau dan lagi kalau hobi pasti menyenangkan Umi," balas Azzah
"Oh ya, Umi tadi Azzah lihat, Kak Mirza sama cowok siapa Umi?" tanya Azzah
"Tamu Abah dari kota Azzah, dan dua keponakan wanitanya sekarang ada di villa," kata Umi Fatma
"Abah mau jadi pebisnis, sampe cari investor segala." Azzah mengira Akbar akan beralih profesi
"Umi kurang tahu pasti kedatangan mereka, yang jelas sebagai tuan rumah Kita harus menyambut dengan baik," terang Umi Fatma
"Makan dulu, Kamu pasti belum makan,kan?" tanya Umi Fatma
"Iya Umi, Azzah lapar," jujur Azzah
.
.
Sore hari
"Assalamualaikum," ucap Azzah mengetuk pintu depan villa
Klek
Tanpa menjawab salam.
"Siapa?" tanya Esme
"Saya Azzah putri Abah Akbar, cuma mau nganterin bolu kukus buatan Umi, dimakan, yah Mbak, pumpung masih anget," ucap Azzah ramah.
Azzah berlalu pergi.
"Kampungan sekali," batin Esme
Esme meremehkan penampilan Azzah yang tertutup dengan baju landung seperti daster.
"Siapa Kak," tanya Charlotte
"Nih, dikasih anak perempuan Abah," sodor Esme pada Charlotte
Charlotte menerima piring berisi potongan bolu rasa pandan.
"Hm ... kayaknya enak, Kamu beneran nggak mau coba, Mbak?" tanya Charlotte
"Nggak masuk selera," angkuh Esme
"Giliran Ronald saja geragas," batin Charlotte
"Ronald kenapa belum pulang, setengah hari nggak ada capeknya, kan masih ada waktu besok," kelakar Esme
"Mbak kaya nggak tahu Ronald," seloroh Charlotte
"Aku lebih tahu Ronald, luar dalam!" tegas Esme
"Haha ... ngeri Mbak,"
Mendapat lirikan tajam dari Esme
"Diem," ucap Esme
"Judes abis," batin Charlotte
🍂🍂🍂
Ronald pulang dengan wajah cukup merah karena Ronald memiliki kulit putih bersih.
"Suamiku, kasihan cup cup cup, " ucap Charlotte membelai rahang Ronald.
Charlotte mengambil inisiatif memijat pelipis Ronald.
"Gimana enakan?" tanya Charlotte
"Haus sayang," kata Ronald
"Tunggu sebentar, Aku ambil minum dulu," tambah Esme
Bukan Raja di kehidupan dongeng, yang di kelilingi selir - selir. Ronald pun tak kalah, memperistri dua wanita yang melayaninya dengan baik.
Malam bertabur bintang
Azzah duduk sambil menikmati teh buatan Umi Fatma, dengan sesekali menyantap brownies buatannya sendiri.
"Permisi," suara pria serak basah mengagetkan Azzah
Azzah menjatuhkan buku novelnya.
"Maaf mengganggu, Abah Akbar ada?" tanya Ronald
"A - Ada, " gugup Azzah sambil mengambil kembali buku tebal yang belum selesai Azzah baca.
"Silahkan masuk." Azzah mempersilahkan Ronald duduk .
"Abah, di depan ada tamu Abah," kata Azzah
"Siapa, zah ..."
Azzah mengangkat bahu sambil menggeleng.
"Tuan Ronald," sapa Abah
"Maaf menganggu, Abah malam - malam," ucap Ronald sopan.
"Oh ya, Azzah kenalkan ini Tuan Ronald," kata Abah Akbar
"Ronald." Ronald mengulurkan tangan
Azzah menyebut namanya tanpa menjabat tangan Ronald.
"Azzah." Azzah meletakan kedua tangan menangkup di depan dada.
Ronald menautkan alis.
Posisi duduk Ronald berhadapan dengan Azzah. Yang bersebrangan dengan meja kaca. Ronald mulai membuka suara.
Dua puluh menit perbincangan Abah Akbar dan Ronald. Azzah menyimak perihal yang dibicarakan.
"Gimana menurut Azzah?" tanya Abah pada Azzah
"Azzah nggak tahu, Abah tanya Umi saja." Azzah melimpah pertanyaan yang Abah tanyakan kepada Uminya, jelas - jelas yang saat itu ditanya adalah Azzah.
"Azzah memang lugu, tuan Ronald," ungkap Abah
"Putri Abah mewarisi wajah Umi tapi tingkah kocak sepertinya menurun dari Abah," balas Ronald membasahi bibir.
Azzah menatap Ronald. Tak dipungkiri Azzah sadar bahwa tamu Abah nya memang tampan.
Umi Fatma datang ditengah tengah gelak tawa yang Ia dengar.
"Asik banget, Abah ketawa terus bawaannya kalau ngobrol sama, Nak Ronald," ujar Umi
"Ini Azzah, loh umi,"
"Kenapa, Zah?" tanya umi pada Azzah
Azzah menggelengkan kepala.
"Zah, udah malem, Kamu masuk sana, nggak baik anak gadis," kata Umi
"Iya umi," jawab Azzah
Azzah beranjak, Ronald sempat melirik Azzah dengan ekor matanya.
"Azzah abibah - " potong Umi yang masih bisa di dengar Azzah saat berlalu dengan langkah pelan.
Firasat Azzah Umi Fatma sedang membicarakan tentang dirinya dengan Ronald. Entah Azzah canggung di dekat Ronald, atau karena Azzah tidak biasa karena kehadiran pria selain Akbar dan Mirza. Apalagi Abah dan Uminya terlihat akrab dengan tamu dari kota itu**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments