Azzah abibah
Ronald
Esmeralda
...
Charlotte...
"**Azzah putri satu-satunya Umi, Azzah masih muda, Umi masih belum rela kalau Azzah berkeluarga, bukannya gimana tidur saja kadang masih sama Umi," jelas Umi pada Ronald
"Kalau, Nak Ronald niatnya serius sama Azzah. Abah sih nggak masalah, tapi untuk sekarang kami sebagai orang tua memang masih berat melepaskan Azzah," tambah Abah
"Saya dan Azzah bisa pendekatan dulu, Bah jika Abah dan Umi berkenan," ujar Ronald
"Tapi kalau pacaran Abah menentang keras, dalam keluarga kami tidak mengenal istilah itu, Nak Ronald," seloroh Umi
"Ronald hanya bertukar kabar melalui ponsel Umi dengan Azzah, selama Ronald berada di kota, untuk itikat baiknya Ronald ingin meminang Azzah tahun depan?" tanya Ronald pada Umi dan Abah
Abah dan Umi saling pandang. Mereka tampak terkejut sekaligus ragu untuk menjawab antara menolak atau menimang lamaran Ronald.
"Kami tidak bisa memastikannya saat ini, Nak tapi buktikan apa yang kamu ucapan itu sesuai dengan apa yang ada di hatimu," ucap Abah
"Rumah tangga bergantung pada nahkodanya, kalau sang nahkoda berbelok ke lain arah atau salah memutar haluan, maka apa yang terjadi bukankah. Ia mengemban tanggung jawab membawa penumpang dengan selamat?" tanya Umi
Ronald mulai paham arah pembahasannya.
"Ronald sebisa mungkin akan membahagiakan Azzah, Umi," kekeh Ronald
🍁🍁🍁
Paginya
Esme dan Charlotte, atas izin Ronald mereka balik ke kota. Ronald mulai merasa aura tidak enak dengan tatapan Esme yang pencemburu.
Tak ada yang tahu, Ronald sudah beristri, kebohongan besar baru saja Ronald ciptakan di keluarga kecil tersebut. Tanpa sekalipun Ia sadari jika nanti, dengan Azzah masuk ke kehidupannya itu akan menjadi awal untuk sebuah cerita.
Di sisi lain
Azzah mengayuh sepeda menuruni jalan ke kebun teh.
"Sejuknya ... udara pagi hari ini," hela Azzah seakan menikmati udara bersih.
Namun seketika berubah, saat roda dua yang Azzah kayuh mendadak tidak bisa di rem.
"Kenapa jadi tidak bisa berhenti," eluh Azzah cemas.
Azzah panik saat melihat turunan yang menukik tajam, dengan jalanan yang tidak rata. Sedangkan saat ini napas Azzah tak beraturan, karena menyeimbangkan tubuh dan berusaha menekan stang rem agar bisa berfungsi lagi .
"Awas ... awas!" teriak Azzah
Azzah membuat Mbok Narsih pingsan saat melewati kebun. Melihat kerudung Azzah yang sudah tersibak dan laju sepeda Azzah semakin kencang.
"Umi, Abah," rengek Azzah dalam hati
Azzah memejamkan mata, seiring dengan kekhawatiran sendiri. Azzah berpikir dirinya akan berakhir mencium romantis tanah persawahan, atau pulang dengan tubuh dipenuhi luka lecet.
Cekittt
Azzah merasa doa nya terjawab, malaikat mana yang sudah menolongnya hingga Azzah membuka mata. Di samping petani yang menatap heran. Ronald menahan beban meraih dan menahan Azzah dengan menghadang sepeda Azzah sekuat tenaga.
"Are you okay?" tanya Ronald.
Azzah mengangguk, dengan usahanya Ronald mampu menepikan Azzah.
"Terimakasih," kata Azzah
"Lain kali cek dulu sebelum berkendara sekalipun hanya bersepeda, jangan terluka Azzah," ucap Ronald lembut.
Azzah rikuh dengan suasana saat itu. Ia memilih menjaga jarak.
"Sekali lagi terimakasih," Kata Azzah tak memandang Ronald, bukan mengurangi rasa sopan tapi karena Azzah ingin menjaga pandangannya.
"Jatuh ke bawah, jangan kapok - kapok, Zah," singgung Ronald
Azzah mengerti Ronald sedang mencairkan suasana.
Azzah tersenyum manis. Ronald hanya melihatnya sekilas.
"Wajah yang meneduhkan,"
batin Ronald.
"Hm, tuan Ronald, Azzah pamit," ujar Azzah
Menerima Anggukan pelan dari Ronald. Ada senyum misterius di balik tampang gagah Ronald. Ia menatap punggung kepergian Azzah dengan mimik yang sulit dijelaskan**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments