Aisyah keluar dari kamar mandi dengan wajah kuyu. Aisyah melihat Dafa sudah tidur dalam keadaan tak berbusana. Aisyah segera mengenakan pakaian dan melangkah keluar dari kamar. Malam ini, Aisyah tidak mau tidur bersama Dafa, ia akan tidur bersama adik bungsunya, Andreo.
Aisyah langsung merebahkan tubuhnya di samping Andreo, tatapannya sendu dan setetes air matanya menetes. Mengingat kembali saat Dafa merenggut kesuciannya dengan paksa.
"Huft...." Aisyah membuang nafasnya perlahan, mencoba menenangkan hati dan pikirannya.
Aisyah mencoba memejamkan matanya. Ia ingin melupakan sejenak kejadian tadi dan ingin merasakan bahagia di dalam mimpinya.
*
*
Plak plak
Aisyah mengerjapkan matanya karena merasakan tepukan kecil di pipinya. Aisyah tersenyum melihat adik kesayangannya tengah duduk di sampingnya.
"Selamat pagi Ade...."
"Kak Ais ngapain tidul di Kamal Ade?"
"Pengen aja, kenapa memangnya?" kata Aisyah sembari mendudukkan dirinya dan mengelus kepala Andreo.
"Ndak boleh, ntal kak Dafa nyaliin kak Ais."
"Kak Ais sudah bilang, kok."
"Oh...."
Aisyah turun dari ranjang dan kembali ke kamarnya. Saat membuka pintu, ternyata Dafa sudah tidak ada di kamar. Sebelum mandi, Aisyah membereskan tempat tidur dulu.
Aisyah terdiam ketika melihat noda merah yang sudah mengering, hatinya langsung terasa perih.
"Aku harus kuat, nggak boleh lemah."
Selesai membereskan tempat tidur, Aisyah bergegas mandi dan berangkat kuliah.
Hari ini Aisyah berangkat menggunakan ojek online, karena sudah siang dan takut terlambat masuk kelas.
"Ais, kamu sakit?" Tanya Widia, yang melihat wajah Aisyah pias.
"Nggak. Aku cuman lelah saja," sahut Aisyah sembari tersenyum.
"Gimana nggak lelah. Namanya juga masih pengantin baru, masih hot-hotnya," timpal Zia.
"Kamu benar. Aku lupa kalau Ais sudah menikah. Ngomong-ngomong gimana rasanya belah duren?" Widia kembali bertanya dengan rasa penasarannya.
"Ish... Kalian berdua ngomong apaan sih."
"Ayo ceritain, gimana rasanya?" Kekeuh Widia.
"B aja," jawab Aisyah asal.
"Masa B aja, sih...." Kata Widia lagi.
Aisyah tidak mau menjawabnya dan lebih memilih menyiapkan buku pelajarannya.
Hampir dua jam Aisyah belajar di kelas dan kini Aisyah dan kedua temannya beriringan keluar kelas.
"Aku pergi duluan ya. Soalnya ayang ku sudah jemput," ujar Zia.
Aisyah dan Widia mengangguk, membiarkan Zia pergi lebih dulu.
"Ais, kamu mau ikut aku cari buku nggak?"
"Iya, ayo...."
Aisyah dan Widia bergegas mencari buku di toko buku. Saat sedang mencari buku, tiba-tiba kepalanya Aisyah pusing. Tubuh Aisyah oleng dan hampir terjatuh ke lantai, untung saja tubuh Aisyah ditangkap oleh seseorang dari belakang.
"Ais! Kamu nggak apa-apa?"
Aisyah mendongakkan kepalanya melihat orang tersebut. " Kak Byan...."
"Kamu sakit?" Tanya Byan lagi.
"Nggak. Aku cuman kelelahan saja."
"Kamu yakin? Tapi wajah kamu pucat dan bola mata kamu sedikit kuning."
"Aku nggak apa-apa kok. Beneran...." Aisyah menampilkan rentetan giginya dan berusaha tidak terlihat lemah lagi didepan Byan.
"Aku nggak percaya," ucap Byan, yang tak yakin kalau Aisyah hanya kelelahan saja.
"Beneran, kak. Aku nggak bohong."
"Ais, aku sudah dapat bu-ku-nya...." Widia tertegun melihat Byan yang berdiri di samping Aisyah. Wajahnya berbinar menatap Byan yang tampan.
Widia menyenggol bahu Aisyah dan memberi kode lewat gerakan matanya. Aisyah mengerti dengan kode Widia.
"Kak, kenalin ini temanku. Namanya Widia."
Widia langsung menyodorkan tangannya dan Byan membalasnya.
"Byan...."
"Widia...."
Suara dering handphone Widia bunyi. Wajahnya berubah lesu dan mencebikan bibirnya.
"Ais, aku pulang duluan ya. Mama aku nyuruh aku cepat-cepat pulang. Nggak apa-apa kan?"
"Iya, nggak apa-apa."
"Aku pergi duluan ya, bye...."
Setelah kepergian Widia, Byan mengajak Aisyah makan siang di restoran yang tidak jauh dari toko buku. Byan terus memperhatikan wajah pucat Aisyah. Byan menghela nafasnya, rasanya hatinya masih belum bisa melepaskan rasa yang ada di dalam hatinya dan itu sangat sulit untuk membuang rasa yang ada didalam hatinya.
"Permisi, ini pesanannya," kata pelayan seraya meletakan makanan dan minuman di meja.
"Terima kasih, Mba," jawab Aisyah dan pelayanan tersebut menganggukkan kepalanya.
Aisyah dan Byan segera memakannya. Tanpa sepengetahuan Aisyah, Dafa sejak tadi memperhatikannya dari meja yang lain. Kemudian Dafa menghampiri Aisyah yang tengah makan bersama Byan.
"Jadi gini kelakuan kamu diluar rumah," cetus Dafa, yang menatapnya sinis.
"Dafa! Kamu kok ada disini?"
"Kenapa kalau aku ada disini? Takut kalau aku marahin kamu yang tengah berduaan sama pacar kamu!" ketus Dafa.
"Pacar? Kamu salah paham. Aku sama kak Byan nggak pacaran."
"Bullshit! Buktinya kamu berduaan sama cowok rese ini!" Dafa melirik sinis Byan. Dafa masih menyimpan rasa dendam kepada Byan.
Byan yang dari tadi diam, langsung naik pitam. Tuduhan Dafa tak berdasar. Byan menarik kerah baju Dafa dan menatap bengis wajah Dafa.
"Eh! Apa yang dikatakan Ais benar. Justru kamu yang yang sudah mengkhianati Ais!" Hardik Byan.
"Siapa yang menghianati Ais! Sebelum aku menikah dengan dia, aku sudah lebih dulu pacaran sama pacarku! Jadi jangan pernah katai aku menghianati dia!" Balas Dafa tak kalah kesalnya.
Dafa menyingkirkan tangan Byan dari kerah bajunya dengan kasar. Dafa kemudian menarik Aisyah keluar dari restoran tersebut.
"Dafa! Lepaskan aku," pinta Aisyah, yang tangannya terasa sakit karena Dafa mencengkram erat tangannya.
"Berisik! Kamu harus ikut sama aku. Kamu dilarang bertemu sama pacar kamu sebelum kita pisah!"
"Harusnya kamu juga nggak boleh ketemuan sama pacar kamu," jawab Aisyah.
"Itu hak ku, untuk bertemu atau tidak sama pacarku!" sentak Dafa.
Byan segera mengejar Dafa dan Byan semakin emosi melihat Aisyah diseret keluar dari restoran. Dengan cepat Byan meraih tangan Aisyah, untuk menghentikan Dafa yang menyeret Aisyah.
"Hentikan. Jangan kamu kasarin Ais!" Geram Byan.
"Jangan sok ikut campur kamu! Kamu itu hanya orang luar yang nggak berhak ikut campur dengan urusan kami!"
"Ini sudah menjadi urusanku, karena kamu sudah mengasari Ais!" Byan akan terus melindungi Aisyah dan kalau perlu Byan akan selalu jadi garda terdepan. Byan tak ingin Aisyah disakiti, apalagi di kasarin oleh Dafa.
Dafa tak memperdulikan perkataan Byan. Dafa kembali menarik tangan Aisyah, Byan jelas menahan tangan Aisyah dan tak membiarkan Dafa membawa Aisyah pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Tri Desi
boleh saya bertanya thooor klu boleh tahu sejak kapan Aisyah punya penyakit thooor di cerita pertama gk ad cerita ny pliiiis jawab thoooor
2022-10-18
3
sryharty
gara2 aries ini,,si Aisyah jadi korban kekerasan suaminya,,,
secara tidak langsung orang tuanya yang memasukan anaknya ke jurang
walau emang aries ingin melihat Ais bahagia dengan orang yg di cintainya
tapi malah menjerumuskan ke jurang kehancuran
2022-10-18
1