Aisyah berjalan lesu menyusuri trotoar. Aisyah ingin menenangkan hatinya yang sangat pedih, karena Dafa memilih pacarnya ketimbang dirinya. Tiba-tiba sebuah klakson menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah mobil.
Kaca jendela mobil tersebut di turunkan dan sebuah tatapan teduh menatapnya.
"Kak Byan?"
"Pengantin baru, kenapa jalan sendiri."
"Aku habis dari toko buku dan kebetulan suamiku sedang ada urusan di kantor papanya," bohong Aisyah.
"Oh... Terus sekarang mau kemana?" Tanya Byan lagi.
"Mau pulang. Ini juga lagi nunggu taksi lewat."
"Kalau gitu cepat naik. Biar aku antarkan kamu pulang."
"Nggak usah, kak. Aku pulang naik taksi aja."
"Sudah, cepat naik," paksa Byan.
Aisyah segera masuk kedalam mobil dan Byan segera melajukan mobilnya. Byan melirik Aisyah yang terlihat murung dan hal itu membuat Byan penasaran.
"Pengantin baru kok terlihat murung."
"Hah... Apa, murung. Nggaklah, aku nggak murung. Aku cuma merindukan suamiku," sanggah Aisyah, agar Byan tidak menatapnya curiga.
"Oh... Kirain ada masalah. Mm... Ais, apa kamu mau temani aku makan dulu. Kebetulan aku belum makan siang."
"Boleh...."
Byan tersenyum senang. Byan membelokan mobilnya ke restoran Jepang.
"Kamu mau pesan apa?" Tanya Byan, sembari memilih menu makanannya.
"Aku pesen miso soup dan minumnya teh manis hangat."
Byan mengangguk dan memberitahukan pesanannya kepada waiters.
"Apa kamu bahagia menikah dengan Dafa?" Tanya Byan.
"Iyalah, masa nggak."
"Baguslah kalau bahagia. Aku lega dengernya."
Aisyah hanya tersenyum kecut, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
*
Selesai makan siang, Byan langsung mengantarkan Aisyah pulang. Setelah itu Byan melanjutkan ke tempat lain untuk bertemu dengan Dhika dan Sigit di cafe.
Byan langsung bergabung dengan kedua temannya begitu tiba di cafe tersebut.
"Sorry telat," ucap Byan.
"Iya, nggak apa-apa. Santai saja kali," jawab Sigit.
"Gimana-gimana, kamu nyuruh aku datang kesini mau cerita apa," ucap Byan kepada Dhika.
"Kalian tahu nggak, kalau gue masuk ke perusahaan teknologi terbesar di Indonesia," ujar Dhika penuh antusias.
"Wow... Hebat kamu," timpal Sigit.
"Dhika gitu loh! Dan kalian tahu, di sana tuh cewek-ceweknya, beuh... Cantik-cantik, bro," ucap Dhika seraya mengacungkan jempolnya.
Byan dan Sigit menggelengkan kepalanya. Dhika kalau bercerita tidak jauh-jauh dari namanya perempuan, apalagi perempuannya cantik dan seksi.
"Kalian tahu... Rasanya tuh sangat menyenangkan kerja sambil pandangin cewek-cewek cantik. Ah... Jadinya pengen gue pacarin semua cewek-cewek di kantor," sambung Dhika.
"Dasar Playboy cap kadal," cibir Sigit.
Saat sedang asik berbincang dengan Dhika dan Sigit. Tanpa sengaja Byan melihat Dafa masuk bersama dengan perempuan lain.
Itukan suaminya Ais? Dia ngapain dengan perempuan lain. Batinnya Byan.
Byan terus memperhatikan Dafa dan perempuan itu. Byan lihat kalau Dafa dan perempuan itu begitu mesra, apalagi Dafa memperlakukan perempuan itu begitu lembut.
Apa jangan-jangan perempuan itu selingkuhannya Dafa? lalu Ais bagaimana?.
Byan ingin sekali menghajar Dafa, tapi mengingat dirinya bukanlah siapa-siapanya Aisyah maka Byan membiarkannya dan berpura-pura tidak tahu. Byan tidak ingin ikut campur dalam rumah tangga yang baru di bina oleh Aisyah dan Dafa.
Hampir setengah jam, Byan duduk bersenda gurau dengan Dhika dan Sigit. Akan tetapi pandangannya terus menatap Dafa dan Byan sudah sangat geram melihat sikap Dafa yang begitu mesra kepada wanitanya, bahkan tanpa rasa malu Dafa mencium kening pacarnya. Ketika Dafa dan pacarnya pergi, Byan juga ikut bangkit.
"Bro, aku keluar dulu sebentar," kata Byan.
"Oke...." Jawab Dhika.
Dengan langkah lebar, Byan menyusul Dafa yang sudah keluar dari cafe. Byan mempercepat langkah kakinya dan tangannya Byan sudah sangat gatal ingin memukul Dafa. Saat sudah dekat dengan Dafa, Byan menarik baju Dafa dari belakang. Dafa langsung menoleh dan di saat itu juga Byan memberikan bogem mentah.
Bugh
Pukulan keras mendarat di rahangnya Dafa. Tatapan Byan begitu nyalang terhadap Dafa.
"Siapa elo! Kenapa elo pukul gue!" Dafa marah, karena tiba-tiba dirinya dipukul oleh orang yang tidak di kenalnya.
Byan menarik kerah baju Dafa. "Elo nggak perlu tahu siapa gue dan elo pantas mendapatkan pukul dari gue, karena elo sudah menyakiti Aisyah. Istri elo!" Byan sengaja menekan kalimat terakhirnya, tidak peduli dengan pacarnya yang terlihat terkejut sekaligus bingung dengan ucapan Byan. Hati Byan benar-benar sudah sangat marah, tak terima kalau Aisyah disakiti oleh Dafa. Padahal Byan tahu kalau Aisyah sangat mencintainya, tapi justru dikhianati oleh Dafa.
"Gue peringatan sama elo, jangan coba-coba kamu sakiti Aisyah. Kamu akan tahu akibatnya," lanjut Byan memberi peringatan keras. Setelah itu Byan meninggalkan Dafa yang terlihat sangat emosi.
"Brengsek!" Maki Dafa, penuh emosi.
"Apa benar yang diucapkan lelaki tadi?" Tanya pacarnya Dafa, yang bernama Wulansari.
"Nggaklah sayang. Dia itu nggak waras. Aku aja nggak kenal sama tuh orang."
"Jangan bohong kamu."
"Nggak sayang... Aku nggak bohong, percaya sama aku." Dafa berusaha meyakinkan Wulan, walau sebenarnya Dafa sangat marah kepada Byan yang sengaja mengatakan kalau dirinya sudah menikah.
"Ayo, aku antarkan kamu pulang."
Wulan pun mengangguk dan segera naik ke dalam mobil.
***
Sudah jam sepuluh malam, Aisyah menunggu Dafa pulang. Berkali-kali Aisyah melirik jam di dinding, hatinya Aisyah resah mengkhawatirkan Dafa. Dering handphonenya bunyi, dengan cepat Aisyah mengambil handphonenya.
"Kak Byan? Tumben kak Byan telpon aku," gumam Aisyah. Aisyah segera mengangkat telponnya.
"Halo, kak."
"Gimana keadaan kamu. Apa kamu baik-baik saja," kata Byan. Walau sebenarnya Byan sangat mencemaskan keadaan Aisyah dan takut kalau Dafa menyakiti Aisyah yang lemah.
"Aku baik-baik saja, kenapa memangnya?"
"Nggak kenapa-napa. Bagus kalau kamu baik-baik saja. Ya sudah, jaga diri baik-baik."
Byan mematikan teleponnya. Aisyah heran dengan Byan yang tiba-tiba perhatian terhadapnya.
Dafa datang dengan sikap dinginnya dan mengabaikan Aisyah yang sejak tadi menunggunya pulang.
"Kenapa baru pulang," tanya Aisyah.
"Karena aku sibuk dengan pacarku," jawab Dafa tanpa memikirkan perasaan Aisyah.
"Bisa nggak sih, kamu jangan ketemuan dulu dengan pacar kamu. Aku takut kalau orang tua kita tahu, kamu pasti bakal di marahin."
"Bodo amat! Emang aku pikirin," ketus Dafa. Baginya, saat ini Dafa ingin meluapkan rasa rindunya terhadap kekasihnya, Wulan. Karena Wulan yang paling penting di dalam hatinya.
Dafa tidak peduli dengan orang tuanya yang akan marah, jika mengetahui kalau dirinya masih menjalin cinta dengan Wulan. Rasa cintanya terhadap Wulan sangatlah besar, meski orang tuanya menentang keras hubungannya dengan Wulan. Bagi Dafa, Wulan lah wanita yang terbaik baginya. Sedangkan Aisyah, hanya wanita penyakitan dan sebentar lagi juga akan mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nur Lizza
blm tentu yg kmu blng baik itu emas dafa
2023-07-30
0
sryharty
kenapa ga sama byan aja seh Ka,,
wah Daffa pengen tak sunat lagi neh orang,,,
2022-10-16
1
Fauziah Fauziahhh
ku tunggu penyesalan mu dafa yg mana dirimu akan menyesal telah menceraikan Aisyah ku berharap dirimu akan begitu mencintai dan merindukan aisyah....
2022-10-16
1