[Desa Ellora]
Pasukan kerajaan Aldebaren menyerang desa Ellora dengan tiba-tiba, dan para pemuda desa melawan dengan sekuat tenaga. Dengan jumlah 12 ribu prajurit, pasukan kerajaan dengan mudah membantai semua orang yang hidup di desa.
Mereka menyerang tanpa pandang bulu, semua orang dibunuh dengan mengenaskan. Bayi, anak-anak, bahkan orang tua.
Perempuan didesa, di perkosa lalu di bunuh. Perempuan hamil ditendang perutnya, lalu ditusuk dengan pedang. Iron dan Hermes melawan mereka sampai titik darah penghabisan.
"Bunuh semua orang yang ada disini." Kata Jendral Dellon yang memimpin pasukan.
"Jendral, para petinggi desa melawan balik, mereka membunuh satu persatu prajurit kerajaan." Kata salah satu kapten.
"Biar aku sendiri yang menghadapi mereka." Kata Dellon sambil turun dari kudanya.
...
"Huh, huh, kita harus memperjuangkan desa ini Hermes. Apapun yang terjadi." Kata Iron yang sudah terengah-engah.
"Jumlah ini terlalu banyak Iron, bahkan kita tidak bersiap-siap." Kata Hermes.
Mereka berdua menyerang prajurit kerjaan dengan cepat, namun, karena jumlah prajurit lawan sangat banyak, mereka berdua hampir kehabisan Magis.
"Aaaaah. Aku hampir tumbang sekarang." Kata Iron sambil berketuk lutut.
"Jangan jauh-jauh dariku Iron. Aku masih kuat menghadapi mereka semua." Kata Hermes sambil melindungi Iron.
"Sepertinya aku sudah mencapai batas Hermes." Kata Iron.
"Apa yang kau katakan, cepat bangunlah, semua orang akan mati jika kita tidak bertarung." Kata Hermes.
"Hem, aku akan berjuang sampai mati Hermes, melindungi tanah airku, tanah kelahiranku, dan tempat yang membesarkan kita." Kata Iron sambil berdiri.
Lalu, Dellon pun turun dari udara di depan mereka berdua. DOOMM. Suara hantaman kaki Dellon ke tanah.
"Ah, pemimpin mereka akhirnya datang kesini." Kata Iron.
"Apa kau masih kuat pak tua. Sebaiknya kalian mati saja." Kata Dellon sambil menarik pedang dari sarungnya.
"Hem. Kita tidak akan tau sebelum bertarung." Kata Iron.
"Tanpa Eden, kalian seperti semut dimata kami." Kata Dellon sambil berjalan menghampiri Iron dan Hermes.
"Jangan meremehkan kami nak." Kata Hermes.
"Lihatlah mereka, semua wargamu mati disana, sudah tidak ada lagi yang bisa melindungi kalian. Kalian semua akan mati malam ini." Kata Dellon sambil menyerang Iron.
TRAANG. Suara benturan pedang.
"Kita selesaikan saja sekarang." Kata Iron dengan serius.
Mereka pun bertarung dengan sangat sengit. Dellon menyerang Iron dan Hermes dengan bertubi-tubi, bahkan tubuh Iron berkali-kali terkena tebasan pedang.
Dan tubuh Hermes bekali-kali terkena pukulan dari Dellon. Mereka berdua sudah diambang kematian, namun Iron dan Hermes memaksakan tubuh mereka.
...
[Makam Leluhur]
Terlihat Violen dan Simon berlari menuju makam para leluhur. Namun, mereka dikejar oleh beberapa prajurit kerajaan.
"Ibu, ibu, mereka mengejar kita." Kata Simon yang panik.
"Tetaplah berlari nak." Kata Violen dengan panik.
...
"Hahaha, mau pergi kemana kalian." Kata salah satu prajurit yang mengejar Violen dan Simon.
"Cepat bunuh mereka, mereka berlari sangat cepat, kita akan kehilangan mereka jika seperti ini terus." Kata salah satu prajurit.
"Baiklah." Kata salah satu prajurit lainnya. Dia pun berhenti seketika dan mengambil anak panah.
Prajurit itu mengarahkan panah ke arah Violen. "Aku masih ingin mencicipi tubuhnya, sayang sekali." Kata prajurit itu sambil menarik anak panah.
SLUURSS. Suara tembakan anak panah yang meluncur dengan cepat ke arah tubuh Violen.
"Haa.?" Suara Violen yang terkejut sambil menoleh kebelakang.
Lalu, JLEEB. "Uhook." Suara Violen yang terkena anak panah tepat diperutnya. Tubuh Violen pun langsung terkapar ditanah.
"IBUUUUU." Teriak Simon terkejut.
"Huh, huh, Pergilah Simon, cepat pergilah. Temukan Leon dan pergilah dari sini." Kata Violen yang lemah, bahkan darah sudah keluar dari mulutnya.
"Tidak, tidak. Ibuu, Hikss. Ibuu, bertahanlah." Kata Simon dengan mengangis, bahkan tubuhnya mulai gemetar ketakutan.
"Huh, huh, Uhook. Cepat pergilah Simon, tinggalkan ibu disini. Hiduplah nak, hiduplah demi ibu. Hiks." kata Violen yang sudah lemas.
"Tidak bu, aku tidak akan meninggalkanmu. Hiks." Kata Simon sambil menghampiri Violen.
...
"Hem, dia masih bergerak. Dan anak itu juga harus mati." Kata prajurit itu sambil menarik anak panah lagi kearah Simon.
Violen pun melihat anak panah itu yang meluncur kearah Simon.
"Tidak, SIMOOOON." Teriak Violen sambil berdiri.
JLEBB. Suara anak panah yang menancap di perut Violen.
"Haa.?" Suara Simon terkejut.
"Huh, huh, Nak, hiduplah nak, pergilah dari sini. Ibu akan melindungimu." Kata Violen yang terjatuh di pelukan Simon.
"Aa, Aaa." Suara Simon yang tercengang.
Lalu, JLEBB. Suara anak panah yang menancap lagi di perut Violen. "Uhook." Suara Violen yang kesakitan sambil memuntahkan darah.
"Tidak, ibu, tidaaak, jangan mati bu." Kata Simon yang ketakutan.
"Hiks. Simon, hiduplah bersama Leon. Pergilah dari sini, cepat pergilah. Ibu sangat menyanyangi kalian." Kata Violen dengan lemah.
"Hiks, ibu tidak bu. Bertahanlah, Hiks." Kata Simon yang sangat sedih.
Mata Violen perlahan-lahan menutup, lalu tubuhnya terjatuh kesamping. Violen pun meninggal ditempat. Dan Simon masih tercengang sambil meneteskan air mata.
"Ibuu, Ibuu. HAAAAAAAAA." Teriak Simon dengan sangat sedih. Lalu, aura merah keluar dari tubuh Simon.
Dan prajurit kerajaan pun sudah sampai di tempat Simon.
"Hem, kau juga harus mati nak." Kata prajurit itu sambil menebaskan pedangnya ke leher Simon.
Dengan cepat, Simon pun menghindari pedang itu, dan menatap prajurit itu dengan penuh kebencian.
"Ada apa dengan anak ini." Kata prajurit itu sambil melihat Simon berdiri didepannya.
Tubuh Simon diselimuti aura Magis yang sangat kuat. Lalu dia pun menyerang para prajurit yang mengejarnya.
BUOOK. Suara pukulan Simon yang memukul perut prajurit itu. "Aaarrgh" Suara prajurit itu kesakitan, bahkan ia mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Bunuh anak itu." Kata prajurit lainnya.
Simon pun bertarung melawan puluhan prajurit seorang diri dengan tangan kosong.
...
[Didalam Gua]
Terlihat Leon sedang berlatih pedang seorang diri, lalu gua tempatnya berlatih mulai bergetar cukup kencang.
"Haa.? Ada apa ini.?" Tanya Leon sambil berhenti seketika.
"Apa sesuatu sudah terjadi diluar.?" Kata Leon dengan serius.
Dia pun keluar gua dengan membawa pedang besinya. Lalu, raut wajahnya berubah saat ia melihat kebulan asap yang tebal dari arah desa.
"Haa." Suara Leon terkejut.
"Tidak, ini tidak mungkin." Kata Leon sambil berlari menuju desa.
...
[Makam Leluhur]
Terlihat Simon yang sudah terbaring di sebuah makam sambil terengah-rengah. Tubuhnya terluka dengan parah dan berlumuran darah.
"Hehehe. Kau tidak bisa melawan kami dengan kekuatan seperti itu." Kata prajurit kerajaan sambil berdiri didepan Simon.
"Uhook. Huh, huh." Suara Simon dengan kesakitan.
...
"Ibu, sepertinya aku akan menyusulmu." Kata Simon dalam hati. Lalu, ia pun memejamkan matanya.
"Huh, huh, hiks, ibu maafkan aku. Aku akan hidup demi kamu. Aku harus hidup." Kata Simon sambil membuka matanya dan mulai merangkat menjauh dari sana.
"Huh, huh." Suara Simon yang terengah-rengah sambil merangkak.
"Kau mau pergi kemana nak.? kau tidak bisa pergi dari kami dengan merangkak." Kata prajurit kerajaan.
"Kita tidak punya waktu disini, sebaiknya aku menghabisinya." Kata prajurit lainnya sambil menghampiri Simon.
"Tunggu, aku masih ingin bermain-nain dengannya." Kata prajurit sebelumnya sambil menghampiri Simon.
Lalu. SLARRSHH. Suara pedang yang menotong kaki Simon. "AAAAAAARGH" Teriakan Simon yang kesakitan, namun ia masih berusaha merangkak menjauh dari sana.
"Hehe, kau sudah tidak bisa pergi dari sini nak." Kata prajurit itu.
...
"Aku harus hidup demi ibu, aku harus hidup. Hiks, Leon kamu dimana.?" Kata Simon sambil merangkat dengan menangis.
...
"Sudahlah, kita tidak punya waktu disini. Sebaiknya aku bunuh bocah ini." Kata prajurit lainnya sambil menghempaskan pedangnya ketubuh Simon.
Lalu, sebuah batu melayang dengan cepat kearah prajurit itu. BOUK. Suara batu yang menghantam kepala prajurit itu.
"Aaa." Kata prajurit itu kesakitan, bahkan kepalanya berdarah cukup banyak.
"Siapa itu.?" Kata prajurit lainnya sambil melihat Leon yang berjalan.
Tubuh Leon terlihat samar-samar karena gelapnya malam, dan kabut menyelimuti tempat itu.
"Leoon.?" Kata Simon sambil melihat Leon.
...
"Heerrr. Siapa bocah itu.? beraninya melemparkan batu kepada prajurit kerajaan." Kata prajurit yang terkena lemparan batu.
Leon pun menghampiri Simon yang sudah tergeletak di tanah. Dan prajurit kerajaan masih terdiam ditempatnya.
"Leoon." Kata Simon memanggil.
"Haa." Suara Leon yang terkejut melihat tubuh Simon penuh dengan luka dan berdarah.
"Simon, Simon. Apa yang sudah terjadi.?" Tanya Leon dengan terkejut.
"Pergilah dari sini Leon, cepat pergilah." Kata Simon dengan lemah.
"Hiks, Simon, kakimu." Kata Leon yang mulai meneteskan air mata.
"Ah, biarkan saja kakiku. Aku sudah tidak tahan lagi." Kata simon dengan lemah.
"Hiks, Simon bertahanlah. Bertahanlah. Hiks." Kata Leon sambil mengangkat tubuh Simon dengan menangis.
"Pergilah dari sini Leon. Uhook. Huuuh. Ibu berpesan padaku, tetaplah hidup. Dia sangat menyanyangi kita Leon. Ibu mempertaruhkan nyawanya untukku. Jadi pergilah dari sini, aku akan melindungimu." Kata Simon dengan lemas.
"Ibu.? Dimana ibu.?" Kata Leon sambil mencari Violen.
"Haaa." Suara Leon yang terkejut melihat tubuh Violen yang sudah tergeletak dengan 3 anak panah yang menancap ditubuhnya.
"Tidak, tidak, Ibu jangan mati. Hiks. Kau berjanji padaku untuk tinggal bersama." Kata Leon sambil menangis.
"Leon, maafkan kami. Pergilah dari sini Leon, dan hiduplah." Kata Simon dengan lemah.
"Tidak Simon, aku akan membawamu. Bertahanlah. Hiks." Kata Leon yang terpukul hatinya.
"Huh, huh, terimakasih Leon. Aku juga menyanyangimu." Kata Simon.
Lalu, Simon pun terjatuh dengan sendirinya ke tanah. Dia meninggal di depan Leon, sampai kedua tangan Leon tidak bisa digerakkan. Dan tubuhnya mulai gemetar.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Seila
Joss emang ceritanya. makin seru ini
2022-10-26
1
Denyoong
Joos, alur ceritanya tidak bisa ditebak. Rekomend Novel, alur ceritanya di konsep dengan rapi.
2022-10-17
1
Denyoong
Seorang ibu pasti melakukan apapun kepada anaknya, apa lagi melihat anaknya mau dibunuh. Kasih sayang seorang ibu sangatlah besar.
2022-10-17
2