[Didalam Rumah Eden]
Violen sedang berada dikamar sambil menyusui Leon. Dan di sebelahnya ada seorang bayi laki-laki berusia 10 bulan yang sedang tertidur, bayi itu adalah anak Violen bernama Simon Lester.
"Hoee, hoee." Suara Leon yang menangis.
"Yossh, yossh, Minumlah nak, kau akan baikan setelah minum susu." Kata Violen sambil menyusui Leon.
...
Diruang Tamu.
"Bagaimana rencanamu.? Tanya Eden kepada Iron.
"Kami sudah menyiapkan ratusan pemuda di perbatasan. Tapi sepertinya kita masih kekurangan orang." Jawab Iron.
"Hem, ini akan menjadi pertempuran yang hebat." Kata Eden sambil berfikir.
"Tuan, kita sudah menyiapkan jebakan di sepanjang jalan, mungkin itu bisa menghambat pergerakan mereka." Kata Arga.
"Ah, bagus Arga. Lalu, siapkan beberapa anak panah, kita membutuhkan puluhan ribu anak panah." Kata Eden.
"Siap laksanakan Tuan." Kata Arga.
"Suruh para pengerajin untuk membuat anak panah secepatnya." Kata Eden.
"Laksanakan perintah." Kata Arga sambil berjalan keluar rumah.
"Apa kau akan ikut bertarung.?" Tanya Iron kepada Eden.
"Kita sudah tua Iron. Sebaiknya kita serahkan kepada pemuda desa, mereka adalah masa depan Ellora." Jawab Eden.
"Kekuatan mereka masih jauh dengan kita. Kau juga harus membantu." Kata Iron.
"Apa kau tau, kapan prajurit Aldebaren datang.?" Tanya Iron.
"Aku tidak tau. Mereka hanya mengancam kita kemarin." Jawab Iron.
"Hem, seperti biasa, kau selalu panik saat terjadi masalah. Sudahlah, memang lebih baik kita bersiap-siap." Kata Eden.
Lalu, petinggi desa lainnya datang kerumah Eden, dia bernama Hermes, seseorang yang berumur sama dengan Eden, dan dia adalah ayah Violen.
"Eden, akhirnya kau kembali." Kata Hermes sambil menghampiri Eden.
"Ah, Hermes kah." Saut Eden.
"Aku dengar kau datang membawa bayi. Apa kau menyuliknya dari seseorang. Sonia pasti akan marah padamu." Kata Hermes.
"Bicara apa kau, aku menemukan bayi itu ditengah laut, dan bayi itu juga sudah menyelamatkan hidupku." Kata Eden.
"Hem.? Bagaimana seorang bayi menyelamatkan Master sepertimu.?" Tanya Hermes.
"Ceritanya panjang, sebaiknya kau duduk disana." Kata Eden.
Lalu, Violen pun keluar kamar sambil mengendong Leon.
"Ayah, Lihat bayinya. Dia sangat tampan sekali." Kata Violen sambil menghampiri Hermes.
"Violen, kau disini rupanya." Kara Hermes.
"Aku sedang menyusui bayi ini, sepertinya dia kelaparan." Kata Violen.
"Apa kau baik-baik saja Violen, kau membagi makanan untuk bayimu." Kata Eden.
"Ah, Asiku masih cukup untuk menyusui mereka berdua. Tenang saja Tuan Eden. Simon juga sudah mulai makan bubur, jadi asiku masih cukup banyak." Kata Violen.
"Terimakasih Nak." Kata Eden.
"Tidak perlu berterimakasih Tuan. Lalu, siapa nama bayi ini.?" Tanya Violen.
"Aku menemukan sebuah kertas didalam peti itu, dan disana hanya tertulis Arjun Leon. Mungkin itu adalah nama bayi itu." Kata Eden.
"Hoo, Leon. Nama yang bagus. Kau akan menjadi saudara Simon nak." Kata Violen.
...
"Lalu, lihatlah ini Iron." Kata Eden sambil mengambil pedang didalam peti milik Leon.
Pedang putih itu bersinar cukup terang.
"Pedang apa itu.? bahkan aku bisa merasakan kekuatan yang hebat dari dalam pedangnya." Kata Iron dengan terkejut.
"Itu seperti pedang legendaris. Dari mana kau mendapatkannya Eden.?" Tanya Hermes.
"Ah, pedang ini ada didalam peti bersama Leon. Mungkin orang tuanya meninggalkan pedang ini bersamanya." Kata Eden.
"Hem, sepertinya yang membawamu kesini adalah pedang itu." Kata Iron.
"Aku juga berfikir begitu, bahkan badai laut menghindari peti ini." Kata Eden.
"Apa kau akan mengunakannya Eden.?" Tanya Iron.
"Aku akan menyimpannya, pedang ini adalah milik Leon. Ketika dia sudah besar, aku akan memberikan pedang ini padanya." Kata Eden sambil melihat Leon.
"Akhirnya kau menemukan sesuatu yang berharga Eden." Kata Hermes.
"Ah kau benar, bahkan saat aku melihat Leon, itu seperti melihat harta karun yang menumpuk. Mungkin ini adalah alasanku tetap hidup." Kata Eden.
"Tenang saja Eden, aku juga akan menjaganya untukmu." Kata Iron.
"Aku juga Tuan. Kapanpun Leon membutuhkanku, aku akan memberikannya makanan." Kata Violen.
"Lakukan yang terbaik Violen." Kata Hermes.
"Sudah pasti ayah." Jawab Violen.
"Terimakasih semua. Mungkin saatnya kita melihat keperbatasan. Violen, tolong jaga anak-anak dengan baik." Kata Eden.
"Baik Tuan. Serahkan padaku." Jawab Violen.
Eden, Iron dan Hermes pun berangkat menuju keperbatasan. Dan Violen pergi kerumahnya bersama Leon dan Simon.
...
"Lester. Aku memiliki dua bayi sekarang." Kata Violen sambil mengingat suaminya yang sudah meninggal.
"Huee huee." Suara Leon yang menangis lagi.
"Yossh, yossh. Kita akan sampai dirumah Leon." Kata Violen.
...
5 hari pun berlalu.
Para pemuda dan petinggi desa masih berada di perbatasan. Dan terlihat ribuan prajurit Aldebaren sedang bergerak kesana.
"Mereka sudah terlihat." Kata Iron.
"Sepertinya analisamu benar Iron, mereka datang membawa pasukan." Kata Eden.
"SEMUAA, BERSIAP KEPOSISI MASING-MASING." Teriak Hermes kepada para pemuda.
Para pemuda desa pun bergerak dengan cepat mengambil posisi mereka masing-masing.
...
Disisi lain, pasukan Kerajaan Aldebaren.
"Hem, mereka sudah bersiap-siap disana." Kata salah satu kapten dari pasukan Aldebaren bernama Rio.
"Kapten, mereka menanam jebakan disetiap jalan." Kata salah satu bawahan Rio.
"Bersihkan jebakannya, lalu kita akan menyerang benteng yang sudah rapuh itu." Perintah Rio.
"Laksakan Kapten." Kata prajurit itu.
...
Dibenteng perbatasan.
"Tuan, mereka sedang membersihkan jebakan yang sudah kita pasang." Kata Arga kepada Eden.
"Biarkan saja, jebakan itu tidak akan mampu menghancurkan mereka. Sebaiknya kalian bersiap-siap. Pertempuran akan segera dimulai." Kata Eden dengan serius.
"Laksanakan Tuan." Kata Arga.
...
Beberapa jam kemudian, pasukan yang dipimpin oleh Rio sudah berbaris di luar benteng tua milik Ellora.
Lalu, Eden pun keluar dari benteng bersama Iron dan Hermes.
"Hallo Tuan Eden." Kata Rio.
"Tidak perlu basa-basi. Apa tujuan kalian kesini.? Sebaiknya kita hindari pertempuran ini." Kata Eden dengan tegas.
"Eeeh.? Hahaha. Baiklah Tuan Eden, kita akan pergi dari sini, tapi serahkan desa Ellora kepada kerajaan." Kata Rio dengan tatapan penuh ancaman.
"Apa kau tau, desa Ellora adalah desa para leluhur dibenua wisdom. Desa ini lebih dulu ada dibandingkan dengan kerajaan kalian." Kata Eden.
"Em. Aku tidak peduli dengan itu, perintah tetaplah perintah. Kami memiliki kekuatan untuk berkuasa, sebaiknya kalian menyerah, dan serahkan wilayah ini kepada kerajaan." Kata Rio.
"Apa diotak Raja kalian hanya ingin kekuasan.?" Tanya Eden.
"DIAM KAU. Kau tidak pantas menyebut Raja kami." Kata Rio dengan marah.
"Hem, Raja Philip memang serakah." Kata Eden.
"Herrr. SERAAAAAAAAANG." Teriak Rio kepada pasukannya.
"HOOOOOAAA." Teriakan pasukan Aldebaren yang berlari dan menyerang benteng Ellora.
...
"Ini akan menjadi pertempuran hebat." Kata Eden sambil menarik pedang dari sarungnya.
"SERAAAAAAAANG." Teriak Eden kepada para pemuda desa.
Pertempuran pun terjadi diperbatasan. Pemuda desa Ellora melawan pasukan kerajaan Aldebaren. Mereka menyerang dengan kekuatan Magis yang ada didunia ini.
Dan mereka saling menembakkan anak panah yang dilapisi Magis api, dan digaris depan, mereka bertarung dengan pedangnya.
Pertempuran itu terjadi beberapa jam. Dan terlihat, pasukan kerajaan aldebaren mulai berkurang. Ratusan mayat tergeletak ditanah, tapi Rio masih berjuang melawan orang tua yang sudah rapuh disana.
"Apa kau masih ingin melanjutkannya nak.?" Kata Eden sambil bertarung melawan Rio.
"Huh, huh. Diamlah orang tua." Kata Rio yang sudah terengah-engah.
"Kalian tidak akan bisa mengalahkan kami dengan pasukan seperti ini. Sebaiknya kau pulang bersama prajuritmu." Kata Eden sambil bertarung.
Lalu, "AAAARRgh" Suara Rio yang terkena tebasan di perutnya.
Eden menyerangnya dengan bertubi-tubi, bahkan Rio sudah tidak bisa menangkis serangan dari seorang Master.
"Jika kau masih ingin melanjutkannya, aku tidak akan segan-segan, ini adalah perang dan matilah." Kata Eden sambil mengeluarkan aura putih yang keluar dari pedangnya.
"Haa." Suara Rio terkejut.
Lalu. "Uhuook." Suara Rio yang tertusuk pedang milik Eden tepat diperutnya.
"Huh, huh, Uhoouk. Uuuh." Suara Rio yang sudah lemas sambil memegang pedang Eden.
"Hem, aku akan mengakhiri hidupmu nak." Kata Eden sambil menusukkan pedangnya lebih dalam lagi.
"AAARgh" Suara Rio yang kesakitan. Lalu ia pun tewas ditempat.
"Sepertinya aku sudah selesai." Kata Eden sambil menarik pedangnya dari perut Rio.
....
"HOOOOAAAA." Suara para pemuda desa yang menyerang sisa-sisa prajurit Aldebaren.
"HAAAA,Tidaaak." Ampuuuun." AAAAA" Teriakan para prajurit Aldebaren.
Mereka semua dibunuh tanpa meninggalkan satu orang pun. Pertempuran itu dimenangkan oleh Eden bersama pasukannya.
"Bersihkan mayat mereka, lalu kembalilah kedesa." Kata Eden dengan serius.
"Laksanakan Perintah." Kata salah satu pemuda disana.
"Huh, huh, Kita menang Eden, Kita menang." Kata Iron dengan terengah-engah.
"Huh, huh, ini sangat melelahkan bagi seseorang yang sudah tua." Kata Hermes yang kelelahan.
"Mereka akan berfikir ribuan kali untuk menyerang desa ini lagi." Kata Eden sambil berjalan masuk ke benteng.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Denyoong
Lanjut.
2022-10-17
1
Denyoong
Suaminya sudah meninggal, dan istrinya mempunyai dua bayi. Suami di alam sana. Anak siapa itu.?. behehe. lanjut
2022-10-17
2
Denyoong
Behehehe.
2022-10-17
3