[Desa Ellora]
3 hari berlalu setelah pertempuran di perbatasan. Terlihat, Eden sedang mengendong Leon dan mengajaknya bercanda.
"Naninanina, Ucucucu." Suara Eden yang sedang menimang Leon.
"Tuan, berikan Leon padaku, waktunya dia makan." Kata Violen yang tiba-tiba datang sambil mengendong Simon dibelakangnya.
"Ah, Violen." Kata Eden sambil memberikan Leon kepada Violen.
"Hallo Leon, waktunya kau makan." Kata Violen.
"Sepertinya dia harus tinggal bersamamu untuk sementara Nak." Kata Eden.
"Tuan, seorang bayi harus diberi makan setiap 2 jam sekali. Aku akan merawatnya untuk sementara dirumahku. Apakah boleh Tuan.?" Tanya Violen dengan muka yang senang.
"Hem, aku tidak tau itu Nak. Baiklah, bawalah Leon bersamamu. Aku akan mengunjunginya setiap hari." Kata Eden.
"Terimakasih Tuan." Kata Violen sambil membawa Leon pergi dari rumah Eden.
"Kita akan tinggal bersama lagi Leon, hihihi." Kata Violen sambil mengangkat Leon.
...
"Kelak kau akan menjadi seorang warrior yang hebat Leon." Kata Eden dalam hati.
...
1.5 tahun kemudian. Dirumah Eden.
"Tuan Eden, Sepertinya Leon sudah bisa tinggal disini, apa kau bisa menyuapinya makanan.?" Tanya Violen
"Apa yang harus saya berikan padanya Violen.?" Tanya Eden kebingungan.
"Hem, sepertinya Anda tidak tau. Baiklah, aku akan kesini setiap hari untuk menyuapinya makanan." Kata Violen.
"Terimakasih Nak, aku selalu merepotkanmu." Kata Eden.
"Tidak apa-apa Tuan, aku sangat senang merawat Leon." Kata Violen.
...
3 tahun kemudian, Sejak pertempuran di perbatasan.
"Kakek, kakek, bangunlah kakek." Kata Leon sambil memukul kepala Eden.
"Leoon, berhentilah memukul wajahku." Kata Eden yang masih memejamkan mata.
"Buatkan aku pedang seperti milik Simon." Kata Leon sambil memukul kepala Eden.
"Apa kau ingin belajar memakai pedang Leon.?" Tanya Eden.
"Aku ingin pedang kakek." Jawab Leon.
"Baiklah, aku akan membuatkannya untukmu." Kata Eden sambil berdiri dari tidurnya.
...
5 tahun kemudian, sejak pertempuran di perbatasan.
"Grook, fiuuuh, Grook, fiuuuh." Suara Leon yang tertidur didalam kelas. Tubuhnya penuh dengan luka dan banyak perban yang menempel ditubuhnya.
"Leon, Bangunlah." Kata ibu guru.
"Dia sedang kelelahan bu." Kata Simon tersenyum.
"Bangunkan adikmu itu Simon, atau aku yang membangunkannya." Kata ibu guru.
"Haaiik," Kata Simon sambil berdiri.
Lalu. "BANGUNLAH BODOH." PLAK. Suara pukulan Simon yang memukul kepala Leon.
"HAAAAAaa." Suara Leon yang terkejut.
"Dia sudah bangun bu guru." Kata Simon.
"Heee.?." Suara ibu guru yang terkejut.
"HOAAAAM. Aemm. Apa sudah pulang.?" Tanya Leon.
"Leon, pergilah keluar, disini bukan tempat tidur." Kata ibu guru yang kesal.
"Ah, baiklah bu." Kata Leon yang langsung berdiri dan keluar dari kelas.
"Heeeee.?" Suara ibu guru yang terkejut.
"Dia akan tidur diluar kelas bu. Apa perlu aku membangunkannya lagi.?" Tanya Simon.
"Hee.? Huh. Sudahlah." Kata ibu guru yang mulai frustasi.
...
8 tahun kemudian, sejak pertempuran diperbatasan.
PRAK. PROOK. PROK. PRAK. Suara benturan pedang kayu.
"Kau semakin hebat Simon." Kata Leon yang sedang berlatih pedang bersama Simon.
"Huh, huh, kenapa kau hebat sekali Leon.?" Tanya Simon sambil tetengah-engah.
"Kau tau, aku sudah berlatih pedang sejak kecil bersama kakek." Jawab Leon.
"Huh, huh, kau sangat curang Leon. Dasar Master kecil." Kata Simon sambil menyerang Leon sekuat tenaga.
PRAK. Suara tangisan pedang kayu.
"Hehe, kau masih belum cukup kuat untuk melawanku." Kata Leon dengan tersenyum.
"HIAAAA. RASAKAN INI LEOON." Teriak Simon sambil menyerang bertubi-tubi.
PRAK. PRAK. PROK. Suara benturan pedang kayu.
"Hem, kau harus berlatih lebih keras lagi Simon. HIAAAAA." Kata Leon sambil memukul kepala Simon.
BUOOK. Suara pedang Leon yang terkena kepala Simon.
"Itteeeeeeeeh." Suara Simon yang kesakitan. Bahkan kepalanya sampai mengeluarkan darah.
"HEeee.? Simon, apa kau tidak apa-apa, kepalamu berdarah." Kata Leon sambil menghampiri Simon.
"Hehe, kau lengah Leon." Kata Simon dengan tersenyum.
BUOOK. Suara pukulan Simon yang memukul kepala Leon menggunakan tangannya. Bahkan hidung Leon sampai berdarah.
"Aaarrgh." Suara Leon kesakitan.
"Hehe, kita impas sekarang." Kata Simon.
"Itteeeeeh, Apa yang kau lakukan Simon.?" Kata Leon dengan kesal.
"Kau sudah lengah Leon. Kau harus ingat, kita masih dalam pertempuran." Kata Simon.
"Heee.? Rasakan ini." Kata Leon sambil menyerang balik.
BUOK. PRAK. PRAK PROK.Suara pertempuran Leon dengan Simon.
Mereja berlatih tanding sudah lebih dari 2 jam lamanya, lalu mereka berdua bersandar dibawah pohon besar.
"Huh, huh, kau hebat sekali Leon." Kata Simon yang sudah kelelahan.
"Ini masih belum seberapa, bahkan aku masih belum bisa mengalahkan paman Arga. Hahahaha." Kata Leon yang masih berdiri didepan Simon.
"Hhuuuh, Kenapa kau harus melawan orang itu.?" Tanya Simon.
"Paman Arga sangat kuat, aku ingin mengalahkannya." Jawab Leon.
"Butuh 10 tahun lagi kau bisa mengalahkannya." Kata Simon sambil berdiri.
"Hahaha, tidak perlu selama itu untuk melawannya." Kata Leon sambil membantu Simon berdiri.
...
Dirumah Eden.
"Huh, huh, Sepertinya tubuhku sudah mencapai batasnya." Kata Eden sambil memasak.
"Uhuook." Suara Eden yang batuk. Bahkan ia sampai mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Sebaiknya Anda beristirahat Tuan. Biar aku yang melanjutkannya." Kata Violen yang tiba-tiba datang.
"Violen, aku tidak apa-apa Nak." Kata Eden yang masih memasakkan makanan untuk Leon.
"Tuan, kondisimu sangat buruk, sebaiknya Anda berhenti." Kata Violen dengan sedih.
"Uhuook, Uhuook." Suara Eden yang batuk, sampai ia terjatuh ketanah.
"Tuan, Tuan." Kata Violen sambil membantu Eden berdiri.
"Uuuh, Uhuook." Suara Eden yang masih terbatuk, bahkan ia mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
"Haa. ARGAAA, ARGAAA." Teriak Violen dengan panik.
"Ada apa kakak.?" Tanya Arga yang berlari ke dapur.
"Hiks, tolong angkat Tuan Eden kekamarnya." Kata Violen sambil menangis.
"Tuan, Tuan. Bertahanlah." Kata Arga sambil mengangkat tubuh Eden.
Eden pun dibaringkan ditempat tidurnya dengan muka yang sudah sangat pucat.
"Panggilkan dokter kesini Arga, cepat, cepat." Kata Violen yang panik.
"Baik kak, tunggu disini sebentar, aku akan memanggil Tuan Iron dan Tuan Hermes juga." Kata Arga sambil berlari keluar rumah.
...
Beberapa menit kemudian. Dokter dari desa pun datang bersama Arga.
"Cepat dokter, periksalah Tuan Eden." Kata Violen yang panik.
"Baik Violen, tunggulah." Kata Dokter itu sambil memeriksa Eden.
"Hiks, hiks." Suara Violen yang menangis.
"Sabarlah Kak." Kata Arga sambil mengelus bahu Violen.
Lalu, Iron dan Hermes pun datang dengan tergesa-gesa.
"Violen, bagaimana keadaan Tuan Eden.?" Tanya Hermes yang panik sambil melihat Eden yang sedang diperiksa Dokter.
"Hiks, Ayah." Kata Violen yang menangis.
Lalu, tiba-tiba raut wajah sang Dokter terkejut. "Haaa." Suara Dokter dengan sangat sedih.
"Bagaimana keadaanya Dokter.?" Tanya Iron yang panik.
Dokter hanya menundukkan kepalanya dengan sangat sedih.
"Apa maksudmu dengan wajah seperti itu.?" Tabya Iron.
"Katakan yang sebenarnya Dokter." Kata Hermes yang sudah panik.
"Maafkan saya Tuan. Penyakit yang diderita Tuan Eden sudah sangat parah. Ini sudah diluar kemampuan saya." Kata Dokter dengan sedih.
"Apa yang kau katakan, cepat sembuhkan dia." Kata Iron sambil mengengam kerah baju Dokter.
"Maafkan saya Tuan." Kata Dokter dengan sangat sedih.
"Leoon, Leon." Kata Eden yang mengerang-ngerang.
"Haa." Suara Iron terkejut sambil melepaskan gengamannya.
"ARGAAA, Cari Leon sekarang, dan segera bawa dia kesini." Kata Iron dengan serius.
"Baik Tuan." Kata Arga sambil berlari keluar rumah.
"Eden, Bertahanlah, bertahanlah. Hiks." Kata Iron sambil menghampiri Eden dengan menangis
"Iron, kau sudah tua, tidak pantas kau menangis." Kata Eden dengan tersenyum.
"Hiks, hiks." Suara tangisan Iron.
Hermes pun hanya terdiam sambil mengeluarkan air mata.
"Sepertinya aku akan pergi dulu Iron." Kata Eden dengan mengerang.
"Kau akan sembuh Eden, bertahanlah." Kata Iron.
"Sampaikan pesanku kepada Leon. Jadilah anak yang baik, jangan lupa makan, dan suruh dia berlatih dengan giat." Kata Eden dengan lemah.
"Hiks, katakan sendiri padanya." Kata Iron yang menangis.
"Iron, berikan pedangnya kepada Leon. Dan katakan padanya, aku sangat menyayanginya." Kata Eden dengan lemas.
"Hiks, diamlah, diamlah, kau akan sembuh setelah ini. Jadi bertahanlah." Kata Iron dengan menangis.
"Terimakasih kau sudah membantuku Iron. Lalu Hermes, terimakasih kau sudah mendukung Leon. Dan Violen, aku benar-benar sangat berterimakasih padamu Nak, kau sudah merawat Leon dengan baik. Uhuuok." Kata Eden dengan lemas.
"Hiks, hiks." Suara tangisan semua orang yang ada disana.
...
"Heem, aku akan menyusulmu Sonia, akan aku ceritakan seorang anak nakal yang hebat padamu. Leoon, tumbuhlah menjadi laki-laki yang bertangung jawab, kau adalah harapan Terra. Tunjukan keadilan diatas dunia ini." Kata Eden dalam hati dengan tersenyum.
Lalu, Eden pun menghembuskan nafas terakhirnya. Tangannya yang dipegang oleh Iron, terjatuh dengan sendirinya.
"Tidak, tidak. EDEEEEEEN." Teriak Iron dengan menangis.
"Huaaa." Suara Violen yang menangis. "Hiks Tuan Eden." Kata Hermes dengan menangis
...
Di pasar. Terlihat Leon sedang berjalan sambil membopong Simon melewati pasar.
"Leoon.? Akhirnya aku menemukanmu." Kata Arga sambil berlari menghampiri Leon.
"Ah, paman Arga." Kata Leon.
"Pulanglah kerumah Leon, Tuan Eden sedang sakit parah." Kata Arga.
"Ada apa dengan orang tua itu.?" Tanya Leon.
"Pulanglah sekarang, cepat." Kata Arga sambil mengendong Simon dibelakangnya.
"Apa yang sudah terjadi.?" Kata Leon dengan tercengang.
"CEPATLAAAH." Teriak Arga sambil berlari.
"Leon Cepat, mungkin sesuatu sedang terjadi." Kata Simon.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Denyoong
Ceritanya menarik. Ada unsur dramanya juga. Novel kayak gini patut di apresiasi, konsep ceritanya jelas. Authornya tidak menulis sambil berfikir alurnya. Kerangka cerita oke, karakter dan latar ceritanya sangat bagus.
hanya saja saya menemukan tulisan yang typo. mungkin bisa diperbaiki lagi.
MANTAAAP.
2022-10-17
5
Denyoong
Yah, yah. Meninngal dong.
2022-10-17
2
Denyoong
Anak kecil mah begitu
2022-10-17
2