"Kemana wanita itu pergi?" Askara mencari-cari Asiyah yang menghilang sejak jam 6 pagi tadi.
"Dasar wanita ceroboh! Berani sekali ia keluyuran sendirian di tempat asing seperti ini. Merepotkan saja!" Askara menggerutu sepanjang jalan.
Akhirnya, Askara menemukan Asiyah. Rupanya wanita itu tengah duduk sendirian di bibir pantai. Askara yang menyaksikan Asiyah dari belakang kemudian berjalan mendekatinya. Tetapi langkahnya terhenti tatkala Askara mendengar isak tangis Asiyah.
"Ya Allah, kenapa jadi begini, huuuu…" Asiyah menangis tersedu-sedu.
"Ya Allah, boleh gak Ica balik lagi ke waktu kemarin? Mungkin kalau tahu jadinya bakal begini Ica bakal kabur kemarin. Ica gak sanggup Ya Allah." Ica terus menangis dan mengadukan rasa sedihnya kepada Allah.
"Ping." Handphone Askara berbunyi kencang. Membuat Asiyah menyadari keberadaan Askara.
Asiyah marah saat mengetahui bahwa Askara tengah mengupingnya dari belakang.
"Mas nguping Ica ya?" Tanya Asiyah sewot.
"Jangan geer kamu. Aku ke sini karena mencarimu. Berani-berani sekali kamu keluyuran tanpa sepengetahuanku. Kalau kamu hilang, aku yang akan kena marah oleh Ayah dan Mamah." Askara malah mengomeli Asiyah.
"Iya, Ica salah. Ica keluyuran tanpa izin dari suami. Mohon diampuni salah dan khilaf Ica ya Mas. Tapi, Ica sakit hati Mas. Ica tahu Mas sebenarnya gak mau menikah dengan Ica. Dan Ica pun sebenarnya menolak perjodohan ini. Tapi Ica lebih sakit hati karena ternyata Abi tidak berkata jujur pada Ica. Jika Ica tahu, Ica juga tidak akan mau dinikahkan."
"Kamu kalo jadi cewek jangan bego! Jangan lemah juga!" Tiba-tiba Askara memarahi Asiyah.
"Aku bukan wanita yang bego atau lemah. Aku cuma menuruti perintah dari Abi dan Ummi. Mana bisa aku menentangnya. Mas sendiri, kenapa tetap meneruskan perjodohan ini? Mas kan lelaki, bisa saja Mas memberontak."
"Karena mereka orang tuaku." Askara kemudian menatap kosong ke arah depan.
"..." Asiyah kemudian tersenyum menatap wajah Askara.
"Kenapa kau tersenyum? Kau menganggap omonganku lucu?" Askara menjadi marah.
"Bukan, bukan gitu Mas. Ica cuma ngerasa, aneh aja. Ica kira Mas itu orangnya galak, judes dan pemberontak. Ternyata Mas adalah seorang anak yang penurut. Ica suka." Asiyah berceletuk.
"Aku gak peduli dengan pendapamu kepadaku. Mau kamu suka atau tidak dengan tindakanku aku gak peduli."
"Ya harus peduli dong. Kita kan sudah menjadi suami istri, Ica harus peduli sama Mas dan Mas juga harus peduli sama Ica, baru rumah tangga kita sakinah mawadah warohmah."
"Kau memang benar-benar wanita aneh. Bukannya tadi kau marah-marah karena tidak terima dengan perjodohan ini. Kau merasa telah dihianati oleh orang tuamu sendiri. Sekarang, perkataanmu lain lagi."
"Itu karena….setelah Ica pikir-pikir, gak ada gunanya mengeluh, marah-marah atau memberontak. Mungkin memang benar jika Ica masih belum bisa menerima sepenuhnya. Tetapi Ica yakin, apa yang Abi dan Ummi sudah putuskan untuk Ica pasti itu yang terbaik. Lagi pula, nasi sudah menjadi bubur. Sudah kepalang tanggung, mau Ica gulung-gulung di pantai, nangis kejer atau melakukan aksi demo ke Abi, semuanya gak bakal berubah. Ica udah terlanjur jadi istri Mas. Gak bisa balik lagi."
"Wanita aneh." Celetuk Askara.
"Jangan bilang gitu dong Mas. Harusnya Mas bilang 'istri Solehah' kan biar jadi doa dan dapat pahala juga."
"Mudah sekali kamu berubah suasana hati. Padahal baru bebrapa menit yang lalu kamu menangis. Ah sudahlah, aku lapar. Lebih baik kita kembali ke hotel untuk sarapan." Ajak Askara.
"Lalu?" Tanya Asiyah.
"Lalu…" Askara tak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Kok Mas bingung sih? Kan sekarang kita sudah suami istri Mas. Banyak hal yang bisa kita lakukan, misalnya…." Asiyah terdiam.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh. Meski kau sudah menjadi istriku, tapi kau tetap orang asing bagiku. Jangan pernah berharap aku mau menyentuhmu." Askara tampak marah dan kesal.
"...." Asiyah merasa kecewa saat mendengar perkataan dari suaminya. Hatinya semakin sakit.
"Sabar Ca, kamu harus berjuang lebih keras. Mungkin pintu hatinya masih tertutup. Perlahan-lahan saja, suatu saat pintu hati itu pasti terbuka juga. Bersabar sedikit, ini baru permulaan." Asiyah berbicara dalam hatinya.
Usai sarapan, mereka berdua kembali ke kamar hotel. Askara tampak sibuk di depan layar laptopnya sementara Asiyah tengah membaca kitab hadist di sela-sela waktu luangnya. Ica kemudian menutup kitab tersebut dan mulai beranjak.
"Mas, sibuk apa sih?" Asiyah mencoba mendekati Askara.
"Jangan ikut campur urusan pribadiku. Kau urus saja urusanmu sendiri." Askara menjadi kesal.
"Oke, maafkan Ica kalo gitu. Ica gak bakal ikut campur lagi soal kerjaan Mas. Tapi, Ica cuma mau tanya, Mas lagi sibuk gak?"
"Memangnya kenapa?" Tanya Askara.
"Temenin Ica jalan-jalan ke pinggir pantai yuk. Atau cari makanan yang enak. Mas mau kan?"
"Aku tidak berselera." Jawab Askara dengan dingin.
"Mas yakin?"
"Yakin."
"Ayolah Mas. Kita kan lagi di Bali. Masa lagi bulan madu aja masih ngurusin kerjaan."
"Karena kita ke sini Bukan untuk bulan madu! Kita hanya berpura-pura saja demi orang tua kita!" Askara menaikkan nada suaranya.
"...." Asiyah kaget saat dibentak oleh Askara. Kembali, wanita itu merasa hancur hatinya.
"Ya sudah, jika Mas menolak maka Ica pergi sendiri saja, boleh kan?"
"Terserah!"
"Baiklah, Assalamualaikum Mas." Asiyah lalu pergi.
Askara pada awalnya tidak merasa bersalah dan cuek saja saat istrinya keluyuran sendirian. Tetapi karena Asiyah pergi sudah cukup lama Askara mulai merasa panik. Hatinya tak tenang, ujung-ujungnya ia keluar juga untuk mencari Asiyah.
Askara mulai panik, Asiyah tidak ditemukan dimana pun. Ia bahkan bertanya pada penduduk setempat tetapi hasilnya nihil. Mana handphone nya tidak aktif. Beratus-ratus kali Askara menelponnya tidak diangkat satupun.
"Wanita ceroboh itu hilang kemana lagi?" Askara mulai jengkel.
Saat melihat ke pantai, Askara baru menyadari keberadaan Asiyah. Wanita itu ternyata tengah menaiki jetski sendirian. Askara melongo melihat kelakuan istrinya.
"Woy!" Askara meneriaki Asiyah. Tetapi wanita itu tak bisa mendengar suara Askara. Askara akhirnya duduk menunggu Asiyah.
"Mas? Mas di sini?" Asiyah kaget saat tiba di pantai dan melihat keberadaan Askara.
"Eh, kau gila ya? Kau menaiki jetski sendirian? Kalau kau jatuh ke laut bagaimana? Siapa yang akan susuah? Aku juga!" Askara langsung memarahi Asiyah.
"Gak bakal jatuh kok. Ica sudah main jetski sejak remaja. Abi yang mengajarinya. Jadi Ica sudah jago, bukan amatiran lagi." Iva menjawab.
"Tetap saja, ini daerah orang ,kalau mau keluar jangan seenaknya kayak gini."
"Seenaknya gimana sih Mas? Kan Ica udah izin tadi sama Mas. Kok masih dibilang gitu?"
"Karena ku pikir kau hanya jalan-jalan di tepi pantai saja."
"Kan itu udah kemarin sama tadi pagi. Ica bosen, Ica pengen sesuatu yang lebih menantang."
"Tapi tidak boleh! Ini terakhir kalinya kau main jetski di sini. Sekarang ikut aku pulang."
"Iya Mas." Asiyah tertunduk kecewa. Tetapi tak sepenuhnya begitu juga. Ia merasa sedikit senang karena ternyata Askara peduli dengan keselamatannya. Sampai rela untuk keluar hotel dan mencarinya.
Sesampainya di hotel Asiyah kaget saat melihat layar smartphone nya. Ada puluhan panggilan masuk dari Ummi dan kakaka-kakakanya. Asiyah mulai merasa perasaannya tidak enak. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan keluarganya. Asiyah lalu menelpon kembali Umminya.
"Tuuut." Lama sekali, panggilan tidak diangkat.
Asiyah lalu menelpon Kakak tertuanya, Kak Asya.
"Assalamualaikum. Kak, tadi telpon Ica ya?"
"Wa'alaikumsalam, Iya Ca. Ca kamu pulang ya, Abi ca. Abi!" Terdengar isak tangis dari suara Kak Asya. Asiyah mulai panik.
"Abi kenapa Kak?"
"Abi meninggal Ca!" Kak Asya terisak tangis.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Abiii!" Asiyah langsung menitikan air mata. Ia masih tak percaya terhadap apa yang didengarnya.
Usai mengakhiri telponnya, Asiyah langsung menghampiri Askara sambil masih terisak tangis.
"Mas, kita pulang sekarang ya." Kata Asiyah.
"Kenapa tiba-tiba kau ingin pulang? Menurut rencana masih tersisa enam hari lagi." Jawab Askara.
"Abi meninggal Mas." Asiyah kini benar-benar tak kuasa. Ia menangis tersedu-sedu. Air mata yang tumpah ke pipinya mengalir dengan sangat deras.
Sementara Askara yampak kaget saat mendengar kabar itu. Wajahnya terlihat syok dan tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
dewi susanti
cpt bgt s Abi langsung meninggal,kn blm d jelasin Ica jd pengantin pengganti dr bibi nya
2022-10-17
0
🌷💚SITI.R💚🌷
innalillahi..abi cpt bngt meninggalkn aisyah kan aisyah blm bahagia dan punya anak..smg aisyah sabar menghadapi setiap ujian yg berat..kehipangan abiy menghadapi suami yg ga peduli..lanjuut thoor
2022-10-17
0
Elizabeth Zulfa
mninggal knpa tuh ??? serangan jantung/apa??
atau gara2 brtengkar sama Ica kmrn soal prnikahannya ??🤔🤔🤔
2022-10-17
0