4. Lukisan

Chapter 4

__________

"Tapi sekarang rasa takutku seakan tertutupi. Aku bingung dan penasaran, sebenarnya janji seperti apa yang aku buat sama sosok seperti itu?"

Mobil yang dikemudikan oleh Sera mulai memasuki Gang kecil tempat dimana Kos Bella berada. Kos itu tidak terlalu jauh kedalam, hanya beberapa meter dari Jalan Raya.

Sera berpikir seraya membuka seatbelt, karena kini mereka telah sampai di depan tempat Kost Bella.

"Hmm, gimana ya?" celetuk Sera kemudian, ia terlihat berpikir keras,

Bella pun hanya diam sembari menunggu pendapat dari sahabatnya itu.

"Dari kesimpulan aku, kayaknya sosok ini ada kaitannya dengan masa lalu kamu, Bell" ujar Sera.

"Maksudnya?"

"Coba kamu pikir, dia memangil kamu dengan sebutan Ara. Siapa yang manggil kamu dengan panggilan itu? Hanya keluarga dan teman kecil kamu kan? Nah, itu dia kuncinya!" tutur Sera ambigu. Gadis itu kemudian turun dari Mobil dan diikuti oleh Bella yang turun setelahnya. Mereka berjalan bersisian menuju Kamar Bella yang letaknya kebetulan berada dipojok.

"... kemungkinan, sosok itu mengenal kamu dari kamu kecil, saat semua orang terdekat manggil kamu dengan panggilan Ara," sambung Sera setelah berada didepan pintu kamar kos Bella. Merekapun masuk kedalam setelah pintu dibuka Bella dengan sebuah kunci.

"Cuma Orang rumah dan kawan-kawan kecil doang yang manggil aku Ara!" sahut Bella sambil membuka kulkas dan menuangkan air dingin ke dalam gelas. Gadis itu lalu menyodorkan air dalam gelas kepada Sera.

"Nah, itu dia. Kamu mungkin gak ingat, mungkin aja waktu kamu kecil kamu pernah kenalan sama sosok abstrak itu."

Sera meminum air putih itu sampai tandas.

"...kamu pernah denger enggak, kalau anak kecil bisa lihat yang begituan, semacam hal gaib. Malah ada yang sampai jadi teman," lanjut Sera, ia meyakinkan Bella dengan apa yang terlintas di kepalanya.

"Apa iya begitu? Kayaknya aku gak pernah deh kenalan sama sosok seperti itu, berani banget aku!"

"Ya kamu mana ingat, kan dugaan aku saat kamu masih kecil, Bell..." Sera mendengkus sesaat. ".... coba kamu tanya sama orang rumah. Mama atau Papa kamu, misalnya. Atau sama teman-teman kecil kamu, siapa tahu ada diantara mereka yang kenalan juga sama sosok itu pas kalian kecil."

Sera pun tersenyum kecut. "Ah, kenalan tuh sama cowok ganteng, kek! Jangan sama hantu kayak begini, buat takut aja," cerocos Sera lagi, gadis itu memang selalu cerewet tapi kadang pendapatnya ada benarnya. Itulah yang membuat Bella semakin senang berteman dengan Sera. Sera pintar berpendapat dan selalu sabar mendengarkan semua cerita Bella.

"Aku udah paham sekarang. Berarti aku harus pulang ke Rumah Mama lalu menanyakannya, gitu?" tanya Bella.

"Yups..." Sera mengangguk setuju.

"Temenin ya...Please!!"

"Tapi aku takut, serius deh, Bell. Kalau soal hal mistis kayak begini-an jangan ajak aku deh. Kalau soal cowok ganteng baru boleh, aku maju dan jadi paling depan." Sera cengengesan akibat ucapannya sendiri.

"Dasar kamu! tolongin aku... Nanti aku kabulin deh satu permintaan kamu."

"Cuma satu?" gumam Sera. "Eh tapi gak apa-apa deh. Beneran nih?" Sera menaik-naikkan alisnya.

"Iya... Gimana? Mau enggak?"

"Baeklah, Markonah!" seloroh Sera. "Nanti carikan aku nomor WA nya Arka, ya! Atau WA nya Jodi juga boleh. Eh, eh... Dua-dua nya juga boleh, deh." Sera menatap Bella sambil nyengir kuda, menunjukkan sederetan giginya yang dipagari.

"Iya!!! Dasar temen ganjen!" omel Bella seraya mendengus.

Keduanya lalu tertawa cekikikan.

*

Bella tengah melamun sendirian di kamarnya, ia memikirkan kejadian aneh yang belakangan hari selalu terasa dan terjadi di kehidupannya.

Bella memikirkan hasil lukisannya kemarin, gadis itu tidak berniat melukis dan tidak punya inspirasi sama sekali. Tapi bisa-bisanya Bella melukis pemandangan senja yang sangat indah dan penuh warna. Dan entah kenapa juga lukisannya itu seperti menimbulkan efek menenangkan bagi setiap orang yang memandang.

Bella mengusap wajahnya dengan kasar, ia tak habis pikir, hasil lukisannya itu bahkan bisa selesai dalam kurun waktu dua hari. Biasanya Bella akan menghabiskan waktu berhari-hari hanya untuk mendapat inspirasi.

Bella bergerak ke arah lain, dimana ia meletakkan lukisan yang sedang ia pikirkan. Bella kembali duduk dilantai dan melamun didepan hasil lukisan yang sudah terpampang dihadapannya.

Kebetulan, Bella belum sempat memasangnya di dinding karena ia tak memiliki palu dan paku untuk menggantung lukisan yang sudah berfigura itu.

"Sangking senangnya melihat lukisanku ini, Pak Satrio sampai membelikan figura agar lukisan ini bisa segera dipajang," gumam Bella yang tak habis pikir dengan salah satu Dosennya di Kampus.

"Aku bisa dapat inspirasi dari mana coba? Bisa melukis pemandangan seperti ini? Aku aja gak pernah melihat pemandangan ini sebelumnya..." Bella memandang lekat-lekat lukisan yang masih berdiri dilantai dan disandarkan asal di dinding bagian bawah.

"Kenapa semakin melihatnya aku merasa pernah berada disana." Bella terus saja bergumam sambil matanya fokus menatap pemandangan yang kini mulai terasa nyata di pandangannya.

Kini ia malah merasa berada ditengah-tengah safana itu. Membaur dengan rerumputan hijau ditengah senja yang dikelilingi langit yang menjingga.

Bella menatap sekeliling kamarnya dan kini ia merasa tak lagi berada dikamar karena ia sudah tertarik ke dalam hasil lukisannya sendiri.

Tanpa Bella sadari, disaat bersamaan sekarang Bella benar-benar berdiri ditengah padang safana yang hijau.

"Aku berada dalam lukisanku sendiri?" pekik Bella merasa tak percaya.

Ia ketakutan tapi disini ia merasa terhipnotis dan begitu nyaman. Bella memejamkan matanya, merasakan ketenangan ditempatnya berdiri saat ini. Angin sepoi-sepoi mulai menelisik dan membuat rambut panjangnya yang terurai menjadi bergoyang-goyang. Suara kicauan burung yang akan pulang ke sarangnya di sore hari pun terasa jelas terdengar di telinga Bella.

Bella merasakan kenyamanan yang tiada tara, semacam ia berada di tempat yang damai dan aman dari hiruk pikuk suara kendaraan dan terhindar dari polusi udara. Udara yang ia hirup juga sangat segar serta aroma ditempat ini bagai disiram aromaterapi yang sangat menenangkan jiwa.

"Nyaman sekali disini..." glumam Bella.

"Ara...."

Samar-samar suara yang tak lagi asing itu kembali terdengar memanggilnya.

Bella seketika berbalik, mencoba mencari sumber suara.

Disana ia melihat bayangan sang pemilik suara. Bayangan itu berbeda dengan yang ada di mimpinya selama ini.

Bila di mimpinya bayangan itu terlihat abstrak tak berbentuk, hanya sekelebat bayangan hitam saja. Ditempat ini berbeda, bayangan itu lebih terlihat realistis, seperti bayangan manusia pada umumnya. Ada kepala, tangan dan kaki yang lengkap tapi tetap saja wajah dan rupa sang pemilik suara tak bisa untuk Bella lihat.

"Ara..." panggilnya lagi.

"Ya?" Kini Bela mantap menatap sosok bayangan yang hanya berjarak setengah meter darinya itu.

"Apa kamu merasa nyaman disini dan merasa tak asing dengan tempat ini?" tanyanya.

Bella mengangguk mengiyakan.

"Itu karena kamu pernah kesini sebelumnya" ujar bayangan itu.

"Benarkah? Aku tidak ingat," jawab Bella tak acuh.

"Sepertinya kamu sudah tidak begitu takut padaku, ya?" Sosok itu menjeda ucapannya. "Jika kamu melihat bayangan tubuh asliku sekarang, itu karena saat ini kamu berada di tempatku," sambungnya.

Bella menghela nafasnya dalam-dalam, mencoba mengubur rasa takutnya yang mulai merayap naik ke permukaan. Siapa yang tidak takut jika mendengar bahwa kita tengah berada ditempat asal makhluk astral? Dan apa tadi kata makhluk itu? Bella pernah kesini sebelumnya? Bella mendadak pening, berarti ini bukan pertama kalinya dia ketempat asal makhluk ini.

"Ji-jika benar sekarang a-aku berada ditempatmu, bi-bisakah aku pulang lagi ke te-tempat aasalku? Ke duniaku?" tanya Bella takut-takut, ia tergagap seketika itu juga.

"Tentu. Tapi lakukanlah satu hal."

"A-apa?" Bella beringsut mundur karena sosok bayangan makhluk itu bergerak mendekat kearahnya.

"Ingatlah aku dan ingatlah janjimu padaku!" ucapnya.

"A-aku akan berusaha me-mengingatnya," jawab Bella cepat dan Bella mulai memperhatikan sosok bayangan tadi yang semakin mendekat kearahnya, semakin dekat bayangan itu kepadanya, semakin gugup pula Bella dibuatnya.

Cup!

Bella merasakan ujung bibirnya menyentuh sesuatu. Sangat singkat dan hanya sekilas. Apakah tadi itu sebuah ciuman?

Secara refleks, Bella memegang bibirnya dan saat itu juga Bella sudah kembali berada di kamar kos nya yang senyap.

Bella melihat sekeliling dan ia bernafas lega karena ia benar-benar sudah kembali ke kamarnya.

"Aku akan mencari tahu, janji seperti apa yang sudah ku perbuat dengannya dulu," tekad Bella dalam hati.

.

...TBC......

Terpopuler

Comments

Erni Cahaya Nst

Erni Cahaya Nst

bingung lanjur thor

2022-12-02

0

Ngopi Atuh

Ngopi Atuh

pngn liat visual nya😂

2022-10-26

1

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

Haiiisss aku deg2an ini..itu lukisannya mungkin dibantu sama Felix juga ya..? 😱😱

2022-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!