Alzam menanggapi pertanyaan Tuan Latif dengan wajah yang tidak kalah bahagia dari bosnya itu.
"Saya melakukan bukan karena Anda orang penting, berduit dan lain sebagainya. Saya mengambil keputusan yang bisa dibilang penuh resiko ini, karena adik saya juga wanita. Saya tidak ingin hal buruk menimpa adik saya. Saya akan memperlakukan Qari dengan baik seperti saya menyayangi Tantri, adik saya," jawab Alzam lagi-lagi dengan tegas dan yakin.
"Terima kasih Al, terima kasih. Saya tidak tahu harus membalas kebaikan kamu dari mana, tetapi saya yakin kamu adalah laki-laki yang baik yang pantas untuk Qari, maka dari itu saya rela apabila Qari menikah dengan kamu. Meskipun kamu pasti merasakan rugi dengan Qari, karena cucu saya sudah tidak suci lagi. Terlebih kondisi Qari yang sudah hamil di luar nikah, tetapi saya takut apabila laki-laki lain yang menikahi Qari, malah dia akan lebih menderita lagi. Saya takut laki-laki lain tidak sebaik kamu. Kamu adalah dewa penolong keluarga saya," ucap Tuan Latif. Mungkin terkesan lebay, tetapi itulah kebahagiaan yang dia rasakan ketika mendapatkan jawaban yang Alzam berikan.
"Sama-sama Tuan, Anda tidak usah merasa saya adalah dewa penolong bagi Qari. Saya melakukanya hanya karena itu yang bisa saya lakukan buat Qari, dan saya tahu bahwa dibalik sifat Qari yang jutek dan terkesan meremehkan orang lain dia adalah gadis yang baik, gadis yang lembut, dan gadis yang lemah, tetapi selalu ingin menunjukan pada dunia luar bahwa ia kuat. Dia bukan gadis yang mudah di tindas. Saya akan memperlakukan Qari sebagaimana setatus dia yaitu istri saya nanti," Alzam sangat yakin bahwa keputusanya adalah sudah jalan yang paling baik. Sehingga ia juga sudah yakin bahwa dia tidak akan menyesal nantinya.
Senyum terkembang sepurna dari wajah tua laki-laki yang ada di hadapanya. "Saya akan memberitahu kabar ini pada keluarga saya dan terutama pada Qari. Semua urusan pernikahan secepatnya akan saya urus." Suara yang ringan terdengar dari jawaban tuan Latif, dan itu menandakan bahwa beban berat di sisa hidupnya sudah bisa ia angkat.
"Kalau boleh meminta, pernikahan kami tidak ingin diadakan dengan mewah. Saya ingin pernikahan biasa saja Tuan, asal sah secara agama maupun hukum. Bukan saya tidak mau membagi kabar bahagia ini, hanya saja Qari takut sedih dan juga kecapean," ujar Alzam, entah ini terkesan mengada-ngada atau memang alasan Alzam saja supaya bisa diteriama agar pernikahanya tidak diadakan dengan mewah.
Namun dari dulu Alzam tidak pernah menginginkan pernikahan yang mewah, bukan malu karena fisik yang berbeda dan lain sebagainya, tetapi bagi Alzam menikah itu adalah gimana setelah acara yang biasanya orang adakan denga meriah, dan mewah, tetapi bagiamana kesiapan pasangan untuk memulai menjalani hidup dengan dua kepala yang berbeda, yang jelas masalah pasti akan datang silih berganti, dan disaat masalah berdatangan dua insan bisa dan saling menguatkan untuk melewati cobaan itu.
"Kamu tidak usah khawatir semuanya akan saya siapkan. Kamu tinggal siapkan kesiapan kamu dan secepatnya kapan hari kalian nikah akan di kabarin oleh Naqi kalau tidak Kim nanti yang akan memberi kabar pada kamu." Taun Latif yang saking bahagianya dengan jawaban Alzam hingga entah berapa kali dia mengucapkan kata terima kasih.
Setelah pembahasan selesai Alzam pun kembali ke ruanganya. Langkah ringan ada rasa senang, tetapi juga perasaanya masih sedikit ragu.
Ragu? Bukan karena ragu akan keputusan yang sudah ia berikan pada Tuan Latif, bukan, tetapi ragu apakah dia bisa membahagiakan Qari? Yah itu adalah pertanyaan yang sejak dulu dia takutkan. Terlebih saat ini dia menikahi Qari dengan bebanya yang berat, ada anak dari laki-laki lain ditengah-tengah mereka. "Ya Tuhan bimbing aku agar aku bisa menjadi sumber kebahagiaan untuk Qari, dan semoga jalan yang saya Ambil adalah jalan yang terbaik," batin Alzam sepanjang perjalanan menuju ruanganya.
"Tantri, sekarang tugas terberat aku adalah meyakinkan Tantri, yang tidak begitu suka dengan Qari. Aku harus membujuk Tantri agar bisa menerima Qari sebagai kakak iparnya. Terlebih kalau Tantri tahu apabila aku menikahi Qari karena sebuah tanggung jawab, atas perbuatan yang bukan aku lakukan, apa Tantri akan menerima Qari." Alzam baru mengingat kalau adiknya tidak menyukai Qari.
Di saat Alzam tengah mencari ide agar Tantri bisa menerima Qari. Di ruangan Tuan Latif, beliau juga sedang sibuk dengan agenda persiapan pernikahan cucunya. Lagi-lagi semua urusan dia yang pegang.
Sebenarnya kalau tuan Latif mau cari tahu siapa laki-laki yang bernama Deon, mudah saja ia mencari tahu tentang jati diri laki-laki bajingan itu. Namun kembali lagi, buat apa kakek cari jati diri laki-laki tidak bertanggung jawab itu? Yang ada kebahagiaan cucunya akan semakin terenggut hilang dari wajah cerianya.
Sesama laki-laki, tuan Latif tentu tahu seperti apa sifat laki-laki yang di sebut namanya oleh Qari dengan nama Deon itu. Deon sudah terlihat dengan nyata dan jelas bahwa laki-laki itu tidak bertanggung jawab. Andai dia laki-laki bertanggung jawab. Dia kana datang mengakui kesalahanya. Masalah respon Qari dan keluarganya pasti dia akan hadapi, dan itu memang sudah jadi konsekuensinya dari perbuatan yang dia lakukan.
Bukan seperti Deon menghilang setelah mengambil madu dari anak gadis orang. Lalu mencampakanya begitu saja dengan hina.
"Apapun alasan laki-laki itu meninggalkan Qari dengan masalah yang berat seorang diri. Saya tidak akan memaafkanya," lirih Tuan Latif dengan menatap layar pintarnya.
"Kim kamu urus semua yang sudah saya kirim rincianya." Pesan yang Tuan Latif kirimkan pada Mr Kim, di mana asisten kepercayaanya kini diambil alih oleh Mr Kim.
*****
"Maaf Adam, Rania. Bukan aku melarang kamu mengunjungi Qari, tetapi kondisi Qari saat ini sedang tidak baik-baik. Terutama mentalnya. Lebih baik kalian pura-pura tidak tahu apa-apa. Simpati yang kalian tunjukan pada Qari malah bisa membuat dia semakin sedih. Aku tahu niat kalian memang baik, ingin memberi dukungan pada Qari, tetapi saat ini bukan situasi yang tepat. Mohon dimengerti alasan aku melarang kalian menemui Qari. Dia sedang tidak baik-baik saja mentalnya." Naqi dengan sangat halus melarang Rania dan Adam yang akan menjenguk Qari.
Naqi tahu Qari sedang sensitif terlebih dengan Rania, sehingga lebih baik membiarkan Qari untuk merenung dulu, sampai dia belajar menerima takdir buruknya.
"Kalian jangan merasa kecil hati, karena kedatangan kalin saya tolak masuk. Bukan hanya kalian yang tidak saya izinkan menemui Qari. Bahkan Cyra, istri aku ajah, aku larang menemui Qari untuk saat ini. Meta dan Fifah, serta yang lainya saya larang untuk menemui Qari sampai suasana hatinya membaik dan kuat menerima takdir buruk ini," imbuh Naqi, agar pasangan suami istri itu tidak kecewa atau merasa di bedakan.
"Tidak apa-apa Qi, saya tahu alasan kamu melarang kami untuk sementara tidak mengunjungi Qari. Itu sudah cara melindungi mental Qari dengan paling baik. Kami ngerti dan kami selalu berdoa untuk Qari dan kalian supaya di kuatkan dan semua masalah bisa segera menemukan jalan keluarnya." Adam dan Rania pun akhirnya pulang kembali tidak jadi mengunjungi Qari.
Naqi pun kembali masuk keruangan adiknya setelah berbasa basi dengan sodara tirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Elea Nur Isma
salut bgt sama Naqi dan kakek bisa mengerti perasaan Qari...
2022-11-15
2
Wina Yuliani
selamat bekerja keras mas al.,,, ayo taklukan hati adik kecilmu 😁
kok aku jd curiga c tantry bakal menindas qari y....
2022-10-19
2