Aku tersenyum kepada Davina, senyum lebar yang menggambarkan betapa leganya aku karena sebentar lagi tugasku akan diambil alih oleh pawangnya.
"Sudah Mas bersihkan tapi belum selesai masih bau, ayo kamu bersihkan lagi ya Vin," ucapku.
"Loh kok begitu Mas kalau bekerja itu jangan separuh separuh! kerja itu harus dengan hati dan harus tuntas! kalau Mas sudah niat membersihkan ya sekalian sampai bersih dong Mas kenapa dilempar ke aku, memangnya Mas mau rezeki Mas yang separuh diambil orang," jawab Davina ketus.
Aku pun kesal dengan ucapan Davina biasanya dia tidak pernah seperti ini aku jadi penasaran apa sih sebenarnya yang menyebabkan Davina berubah.
"Kok kamu jadi perhitungan begini sih Vin? biasanya juga kamu yang bersihkan kenapa sekarang harus aku memangnya kamu mau kemana?" tanyaku ketika aku lihat Davina keluar lagi dari kamar.
"Apa kata Mas tadi? perhitungan? aku tidak perhitungan Mas selama ini aku ikhlas, jika saja aku perhitungan coba Mas ingat berapa Mas membayar sewa baby sitter dan perawat untuk merawat ibu? tiga juta lima ratus Mas itu pun banyak yang tidak sabar akibatnya menyiksa ibu dan membuat aku mau tidak mau harus berhenti bekerja untuk merawat ibu, jika aku perhitungan coba Mas hitung tiga juta lima ratus kali tiga tahun sudah berapa yang harus Mas bayar ke aku? ingat Mas selama ini aku merawat ibu tanpa digaji sepeserpun jadi jangan bilang aku perhitungan coba Mas pikir apa balasan Mas untuk aku? apa itu sudah layak untukku?" ucap Davina emosi.
Aku pun jadi kesal karena Davina yang mengungkit kebaikannya, baru kali ini selama tiga tahun merawat ibu Davina bicara kasar kepadaku biasanya dia selalu nurut, apa dia lupa kalau istri yang membangkang dan tidak menuruti perintah suaminya itu neraka tempat akhir nanti. Dan berbakti kepada mertua juga merupakan kewajiban seorang perempuan kalau sudah menikah apakah Davina sudah melupakan itu.
"Kenapa kamu malah mengungkit ungkit kebaikan yang kamu berikan kepada ibu Vin? ada apa denganmu mengapa kamu berubah seperti ini? apa maksud dan maumu tiba tiba jadi marah marah seperti ini?" ucapku dengan nada tinggi karena aku kesal dengan sikap Davina.
Ku tatap wajah Davina yang biasanya polos dan lugu kini berubah dingin dan datar, aku penasaran apa sebenarnya penyebab dia berubah seperti itu? apa sebenarnya salahku padanya?
"Aku tidak mengungkit ungkit kebaikanku Mas! Mas saja yang aneh masa membersihkan kotoran ibu sendiri saja protes dan tidak dikerjakan sampai tuntas padahal itu kotoran ibu Mas sendiri wanita yang dulu memandikan dan membersihkan kotoran Mas waktu Mas masih kecil dan jika sekarang Mas melakukan itu pada ibu bukannya itu memang kewajiban seorang anak Mas? Toh itu tidak Mas lakukan setiap hari, ingat Mas surga itu ada di kaki ibu, jika Mas selalu tidak mau membersihkan ibu dan menyerahkan tugas itu selalu padaku apa Mas tidak takut surga Mas diberikan padaku," ucap Davina santai.
Aku merasa ucapan Davina seperti mempermainkanku, dia menasehatiku dengan kata-kata iming iming surga seperti sedang menasehati anak kecil saja.
"Ya gak seperti itu Vin, kamu merawat ibu dengan ikhlas kan sama juga kamu membantu Mas agar mudah masuk surga dan jika kamu merawat ibu dengan tulus Mas ridho kamu juga bisa dengan mudah masuk surga jadi kita bisa sama sama masuk surga dengan cara kamu merawat dan berbakti sama ibu," ucapku mencoba mencari alasan dengan kata kata yang sama seperti yang diucapkan Davina.
Davina pun terdiam sesaat, seakan akan dia sedang berpikir apa yang akan dia ucapkan untuk membantahku.
"Bukannya aku tidak ingin masuk surga liwat jalan ridhomu dan baktiku pada mertua Mas, tapi merawat orang tua yang lumpuh dan tidak bisa apa-apa itu sangat melelahkan, aku bukan robot Mas, aku manusia yang punya rasa capek dan jenuh nyatanya Mas sendiri telah merasakan baru sebentar saja membersihkan dan merawat ibu Mas sudah tidak sanggup," ucap Davina lagi.
"Baiklah jangan bawel, aku akan membersihkan ibu begitu saja kok ngelantur kemana-mana omongannya," ucap ku kesal.
Aku pun berjalan menuju kamar ibu dan aku lihat Davina masih berdiri di depan pintu kamar yang tidak jauh dari kamar ibu. Aku berharap Davina minta maaf dan menyusul aku untuk membantu membersihkan ibu tapi harapanku itu sia sia bukannya permintaan maaf yang aku dapat tapi perkataan yang membuatku kaget.
"Atau begini saja Mas, kalau Mas tidak mau kecapekan merawat ibu Mas cari saja istri lagi biar ada yang menggantikan tugasku merawat mertua yang tidak bisa apa-apa, aku mau lihat sampai berapa lama mereka tahan merawat orang lumpuh tanpa di gaji bukan ucapan terima kasih yang didapat malah suami main hati dengan wanita lain di luaran," ucap Davina yang membuatku shock.
Aku ingin bertanya pada Davina apa maksud ucapannya tapi belum sempat itu aku lakukan dia sudah berlenggang pergi meninggalkan aku menuju kamar anak anak, aku jadi penasaran dan bingung apakah selama ini Davina sudah tahu kalau aku punya hubungan dengan wanita lain diluar sana? tapi itu mustahil secara Davina tidak pernah keluar ke mana mana jadi kemungkinan untuk itu sangat mustahil.
****
"Mas hari ini Mas harus mengajakku jalan-jalan ke butik dan toko perhiasan, belikan aku baju baru dan perhiasan baru itu sebagai hukuman untuk Mas karena kemarin malam gagal jalan," ucap Amel dengan bibir sensualnya yang cemberut saat aku menemuinya hari ini.
Semua rencanaku untuk menghabiskan waktu bersama Amel gagal karena Davina yang memaksa pergi dan menyebabkan aku harus merawat dan menjaga ibu.
"Tentu Sayang apa sih yang tidak buat mu," ucapku sambil mencubit pipi Amel, aku menghiburnya agar tidak cemberut dan marah terus padaku kalau sampai itu terjadi pasti aku tidak akan mendapatkan jatah dan aku tidak mau itu terjadi aku sudah lelah di rumah puasa karena Davina yang selalu uring-uringan dan ketika bersama Amel Amel pun sedang merajuk kasihan si junior merana.
Mendapatkan perlakuan seperti itu dariku Amel pun mulai mau tersenyum lagi dia memelukku dengan mesra.
"Tapi janji ya Mas, Mas yang bayarin aku gak mau pakai uang yang kemarin Mas berikan karena ini hukuman buat Mas," ucapnya lagi.
"Iya Sayang itu gampang nanti sebelum kita berangkat ke butik kita ambil dulu uang untuk belanja, tapi ingat setelah semua kemauanmu aku turuti jangan lupa kamu juga harus memberikan servis terbaikmu," ucap ku sambil mengerling naka.
Amel pun tersenyum dia menggigit bibir bawahnya sambil bersikap seakan akan dia sedang menggodaku di ranjang, ah istri mudaku ini memang selalu tahu bagaimana caranya membahagiakan aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
FIX, DAVINA PASTI TAU SUAMINYA NIKAH LGI MA AMEL..
2023-06-24
0
Yunerty Blessa
dasar suami gila
2023-05-19
0