Aku pun mengajak Amel segera jalan agar nanti tidak kemalaman, ku arahkan mobil menuju mall terbesar di mana terdapat berjajar toko toko brand ternama, sebelum memasuki mall aku pun memutuskan untuk menarik tunai guna membelikan apa yang di minta Amel.
Di sampingku Amel bergelayut manja, senyum manis selalu menghiasi bibir sensualnya.
"Mas... aku makin cinta deh sama Mas," ucapnya manja.
Aku pun tersenyum dan ku acak rambut lembutnya dan Amelku pun mengerucutkan bibirnya ingin rasanya aku ******* bibir itu kalau seandainya aku tidak mengingat kalau saat ini kami sedang berada ditempat umum.
Ku percepat langkahku menuju mesin ATM, dan segera aku masuk ke sana.
Ku masukkan kartu lalu ku tekan nomor yang sudah aku hafal di luar kepala, nomor yang merupakan tanggal pernikahanku dengan Amel.
Tapi aku merasa kaget karena di layar monitor terpampang tulisan nomor pin anda salah, aku coba sekali lagi dan muncul tulisan yang sama, kenapa bisa begini? apakah Davina telah mengganti nomor PINnya lagi.
Amel yang sejak tadi memperhatikan dan melihat aku yang kebingungan pun segera menghampiriku.
"Kenapa Mas? kok pin salah?Mas ganti nomor pin nya ya?" tanya Amel.
Aku pun bingung harus jawab apa karena aku tidak merasa mengganti nomor PINnya tapi memang kenyataan Pin berubah.
Aku pun menjawab pertanyaan Amel dengan tersenyum kecut, pasti tadi Davina telah mengganti nomor PINnya, apa jangan-jangan Davina mengganti nomor PINnya dengan tanggal pernikahan kami? berpikir demikian akhirnya aku pun mencoba untuk memasukkan kembali kartu ATM ke mesin dan mencoba menekan nomor Pin semula yang merupakan tanggal pernikahanku dengan Davina. Dan boom akses pun di terima.
Melihat itu Amel pun marah dia pun memukul tanganku dengan lumayan keras.
"Kamu bohongi aku Mas? katanya lebih sayang aku, lebih cinta aku, kenapa kok kamu sengaja mengganti nomor PINnya dengan tanggal pernikahanmu dengan Davina, katamu Davina tidak menarik lagi, dia Kumal, dia jelek, Ah aku benci kamu Mas!" ucap Amel kesal.
Amel pun beneran marah dia pergi meninggalkan aku sendiri di mall itu Amel pulang dengan naik taksi, aku mengejarnya dan sampai rumah Amel segera mengunci pintu dia tidak menghiraukan ketika aku mengetuknya beberapa lama, Amel benar benar marah padaku.
Aku pun memutuskan untuk pulang percuma saja aku berada di sini kalau Amel sudah marah sangat sulit untuk membujuknya, ah sial malam ini aku benar-benar harus berpuasa, Davina pun sedang uring-uringan tidak mungkin mau melayaniku, mengingat Davina aku jadi kesal. Ini semua karena ulahnya hingga membuat Amel marah, aku pun mempercepat laju mobil menuju rumah aku ingin segera bertemu Davina dan menanyakan mengapa dia lancang mengganti nomor PIN Atmku.
"Vin... Davina,"
Dengan tidak sabar lagi aku turun dari mobil dan segera masuk ke rumah langsung aku teriak teriak memanggil nama istriku itu.
"Ada apa sih Mas? baru datang sudah teriak teriak seperti hidup di hutan saja, ibu itu baru tidur nanti bisa bisa kebangunan lagi kecilkan suaramu!" ucap Davina yang keluar dari kamar ibu. Dia pun berjalan menghampiriku yang saat ini berdiri tidak jauh darinya.
"Mengapa kamu mengganti nomor PINnya? Lalu kamu buat apa mengambil uangku sepuluh juta bukannya kamu kemarin baru saja aku beri jatah bulanan lalu kamu kemanakan uang itu?" ucapku tidak bisa membendung kemarahan.
"Aku mengambilnya untuk belanja baju dan juga pergi ke salon Mas, tadi kan aku sudah bilang, gak masalah kan Mas seorang istri menikmati uang suaminya untuk keperluan pribadi toh itu juga termasuk kewajiban Mas memenuhinya kalaupun Mas memberikan uang belanja bulanan itu untuk keperluan bersama Mas bukan untuk keperluan pribadiku," jawab Davina santai.
"Gak masalah katamu? tentu itu masalah aku juga ada kebutuhan yang kadang tidak bisa di prediksi jadi harus ada uang lebih di ATM toh kamu sudah dapat jatah bulan pandai pandai kamu saja dalam mengelolanya agar kebutuhan pribadimu pun bisa tercukupi dan satu lagi kenapa kamu lancang mengganti nomor PIN kartuku, toh kamu sendiri juga punya kartu ATM," ucapku kesal.
"Loh Mas bukannya kita suami istri ya? ATM itu milik kita bersama, uangmu juga uangku Mas, jadi sudah sewajarnya kita menggunakan password dengan nomor yang sama sama kita ingat, jika terjadi sesuatu dengan Mas tiba tiba misalnya Mas sakit keras atau meninggal dunia bagaimana kalau aku tidak tahu atau lupa nomor PINnya? aku tidak mau pusing mengurus ke bank memakan waktu lama dan juga ribet Mas, jadi untuk antisipasi aku mengganti nomor PINnya dengan tanggal pernikahan kita," jawab Davina dan melenggang meninggalkan aku seorang diri di sana.
Aku merasa semakin kesal karena jawaban Davina yang sangat terkesan mengada-ada, tapi aku tidak bisa melampiaskan kekesalanku pada Davina karena aku melihat kedua putriku masih terjaga aku tidak ingin mereka melihat kami yang sedang ribut.
Aku duduk di ruang tamu mencoba meredahkan kekesalanku tapi hati ini masih merasa dongkol dengan ulah Davina, hingga Davina keluar dari kamar anak anak dia berjalan menuju dapur dan melewatiku aku pun masih kesal melihat wajahnya.
"Lain kali jangan lancang mengganti nomor PIN tanpa konfirmasi padaku dulu dan mengambil uang pun harus memberitahuku butuh berapa dan untuk apa jangan seenaknya saja," ucapku dengan nada kesal.
Davina yang mendengar ucapanku pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatapku dengan tatapan tajam ada kilat kemarahan di sana.
"Ya Mas ini yang pertama dan terakhir kali aku mengambil uangmu untuk keperluan pribadiku karena mulai lusa aku akan kerja lagi, aku akan mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhanku," ucap Davina ketus.
"Mulai besok tolong cari perawat untuk mengurus ibu, aku lusa ingin bekerja lagi, aku akan mulai memikirkan diriku sendiri karena selama ini aku sudah membiarkan diriku tidak terurus, aku dulu memiliki karir yang bagus di perusahaan bahkan penampilanku pun tidak ajak ajakan seperti sekarang semua rela aku korbankan demi mengabdi padamu, demi menjadi istri yang baik, aku merawat ibu sendiri merawat anak anak dan pekerjaan rumah sendiri tanpa mempedulikan penampilanku lagi tapi apa yang aku dapatkan darimu Mas bukan ucapan terima kasih malah kalimat yang selalu menyalahkan ku yang setiap hari aku dengar, maafkan aku Mas kalau aku sudah mulai menyerah dengan keadaan ini coba kamu pikir sendiri apa balasan yang kamu berikan padaku selama ini sudah pantas aku dapatkan," lanjut Davina dengan nada tenang.
Sungguh aku kaget di buatnya aku tidak pernah menyangka Davina akan berkata-kata seperti ini sungguh Davina telah berubah bahkan dia mengatakan menyerah dengan keadaan ini apa yang sebenarnya terjadi pada Davina hingga dia bisa bersikap seperti ini sungguh berbeda dengan Davina yang selama ini penurut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KRN LO TK MNGHARGAI PENGORBANN VINA, LO MLH NIKAH LGI DGN AMEL & BRSENANG SNANG...
2023-06-24
0
Sulaiman Efendy
PASTI PIN NYA DI GANTI DAVINA LGI...
2023-06-24
0
Amsya
sama istri aja pelit,kamu sendiri lihat perubahan istri dari salon terpukau,bukanya ksih tambhn uang buat istri mempercantik diri mlah ngasih wanita lain
2023-01-20
1