"Password nomor pin masih sama kan Mas?" tanya Davina pada Bagus.
Bagus pun bingung menjawab pertanyaan Davina karena password yang dulu merupakan tanggal pernikahan mereka semenjak Bagus menikah dengan Amel password itu telah di ganti dengan tanggal pernikahan Amel dan Bagus, Bagus bingung bagaimana caranya memberi tahu Davina agar tidak marah kalau sampai dia marah sudah bisa di pastikan dia tidak akan mau merawat ibunya Bagus.
"Gimana Mas nomornya masih sama kan?" tanya Davina karena aku terlalu lama diam.
"Itu Vin nomernya sudah aku ganti karena kamu kan tahu sendiri kita diharuskan sering mengganti nomor password agar tidak mudah di bobol," jawab Bagus beralasan.
"Oh begitu ya, berapa Mas nomornya," ucap Davina dengan wajah datar.
Bagus pun menyebutkan sederet nomor yang sudah dia hafal di luar kepala karena itu merupakan tanggal pernikahannya dengan istri muda sekaligus password baru kartu ATM.
"Loh Mas kok password-nya seperti tanggal waktu Mas pergi meeting ke luar kota dan tidak pulang hampir dua puluh hari dan tiba tiba Mas posting sedang di Yogya itu ya," ucap Davina sambil menatap Bagus tajam.
"Ya sudahlah Mas itu tidak penting! aku bawa ya kartunya jangan lupa nanti kalau ibu buang air besar atau air kecil langsung dibersihkan jangan nunggu aku pulang nanti bisa bisa ibu iritasi," lanjut Davina dan berlalu pergi.
Bagus pun kesal karena tingkah Davina seharusnya malam ini dia pergi jalan-jalan bersama Amel, menemaninya memilih baju dan perhiasan setelah itu makan malam bersama di restoran favorit mereka sepulangnya dari restoran Bagus aku menyisikan waktu untuk di servis Amel sebelum dia kembali pulang ke rumah tapi malam ini Davina menggagalkan semua rencananya.
"Yah itu nenek gelisah terus sejak tadi mungkin nenek sedang buang air besar Yah," suara Ara putri pertamaku membuyarkan semua lamunan yang membuat aku kesal.
Kekesalanku semakin bertambah ketika aku mendatangi ibu dan ternyata memang benar ibu telah buang air besar, sungguh bau sekali,
rasanya tidak nyaman sekali saat membersihkan kotoran ibu padahal aku sudah memakai masker tapi tetap saja bau itu menusuk hidung, mungkin ini sebabnya para baby sitter dan perawat tidak betah bekerja di sini dan kadang yang bertahan bekerja di sini mengerjakannya dengan asal asalan dan membuat ibu iritasi sungguh sangat berbeda dengan Davina yang selama ini telaten, betah dan sangat sabar mengurusi ibu.
Davina memang sosok menantu yang penyayang dan aku tidak salah menjadikannya istri yang bisa menggantikan perawat perawat itu merawat ibu tanpa bayaran lagi.
Tubuh ibu bergerak gelisah terus seakan akan memintaku untuk cepat membersihkannya tapi sungguh aku bingung bagaimana caranya membersihkan tubuh ibu dari kotoran itu agar tidak menyakitinya karena selama ini aku tidak pernah membersihkannya walau sekalipun.
Ibuku berusia lima puluh tahun dia mengidap darah tinggi dan berakibat stroke tubuhnya lumpuh tidak dapat di gerakkan lagi selama lima tahun ini.
Aku bingung belum bergerak untuk membersihkan ibu karena aku benar-benar tidak tahu caranya memang ibu menggunakan diapers tapi walaupun begitu aku juga harus masih membersihkan area sensitif yang terkena sisa sisa kotoran.
Aku tunda sebentar untuk membersihkan tubuh ibu, aku berinisiatif untuk menghubungi Davina dan memerintahkannya agar segera pulang untuk memberikan ibu tapi ketika aku menghubungi ponsel Davina yang aku terima hanya jawaban dari operator provider yang mengatakan bahwa nomor Davina saat ini tidak bisa dihubungi.
Aku mengacak rambutku kasar dimana kamu Davina kenapa terasa lama sekali kamu pergi apa kamu tidak merasa kalau saat ini aku membutuhkanmu untuk membersihkan ibu yang sedang buang air besar.
Ibu terlihat semakin gelisah akhirnya mau tidak mau aku pun membersihkan ibu , sungguh baunya jangan ditanya seperti apa, dalan hati kecilku terselip rasa bersalah pada Davina karena selama ini dia telah mengurus ibu mulai kebutuhan makan minum mandi hingga buang air besar yang baunya sungguh tidak bisa digambarkan bukannya aku berterima kasih malah membalasnya dengan penghianat, haruskah aku meminta maaf pada Davina?.
"Assalamualaikum Mas...anak anak mama pulang," ucap Davina dari ruang tamu tapi masih kedengaran sampai kamar ibu.
Hatiku terlonjak gembira malaikat penolongku sudah datang jadi aku tidak perlu lagi membersihkan tubuh ibu yang belum bersih semua karena buang air besar tadi, kain basah yang aku gunakan untuk membersihkan ibu pun aku taruh di ember dan aku segera keluar menghampiri Davina dan memintanya untuk membersihkan ibu dan setidaknya aku bisa menjawab telepon Amel yang sejak tadi sudah menerorku karena tidak jadi keluar malam ini.
Aku pun segera berjalan menuju ruang keluarga untuk menghampiri Davina dan memintanya untuk segera membersihkan ibu tapi betapa kagetnya aku ketika sampai di ruang tengah aku terbengong dan menatap penampilan Davina tanpa berkedip sungguh aku tidak mempercayai pemandangan yang ada di depanku saat ini.
Davina yang setiap harinya bau keringat campur bau dapur tapi malam ini bau harum menguar dari tubuhnya dan membuat libidoku naik, rambutnya yang biasanya lepek dan hanya diikat model cepol, malam ini digerai dan berkilau sungguh Davina terlihat sangat memukau malam ini.
"Kemana sebenarnya kamu tadi Vin mengapa pulang pulang kamu menjelma menjadi sosok bidadari," gumamku dalam hati.
Tubuh Davina yang biasanya hanya berbalut daster lusuh kini berganti dengan gamis modis yang elegan dan sangat cocok di tubuhnya. Walaupun aku memiliki Amel yang setiap hari menyegarkan mataku ini tapi melihat Davina yang berdandan seperti ini membuatku senang aku tidak menyangka Davina bisa secantik ini.
"Kamu dari salon Vin?" tanya ku pada Davina dengan tatapan tajam yang aku gunakan untuk menutupi perasaanku yang sebenarnya.
Padahal tanpa bertanya sebenarnya aku tahu kalau Davina baru saja dari salon membuat penampilannya berubah yang belum aku mengerti apa penyebab Davina mau berdandan seperti ini biasanya dia cuek dengan penampilan.
"Ya Mas aku dari salon, masa yang halal tidak bisa pergi ke salon sedangkan yang benalu saja puas pergi ke salon sesuka hati," ucap Davina sambil berlalu menuju kamar tanpa menghiraukanku lagi.
Aku pun menyusulnya ke kamar karena heran dengan apa yang baru saja dia katakan tadi.
"Maksudnya bagaimana ucapanmu barusan Vin?" tanyaku.
"Gak ada Mas lupakan saja! oh ya tadi kata Ara ibu buang air besar apa sudah di bersihkan?" ucap Davina yang malah bertanya balik padaku.
Aku pun bernafas lega istriku ini memang sosok menantu yang berbakti walaupun dia tidak berada di rumah aku yakin pasti dia juga kepikiran tentang ibu yang ada di rumah, aku pun senang Davina datang itu artinya aku tidak perlu lagi membersihkan ibu dan aku pun bisa membujuk Amel yang saat ini merajuk karena gagal jalan.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KAYAKNYA DAVINA TAU KLO SUAMINYA PNYA WANITA LAIN
2023-06-24
0