Sesampainya di kantor Pengadilan, Dara dan Jay beserta Noah masuk ke dalam ruang sidang. Tepatnya hanya lima menit sebelum sidang dimulai, mereka hampir saja terlambat. Seorang wanita Amerika menghampiri Dara dengan wajah paniknya yang mereda.
"Nona Alexandra, aku pikir anda tidak akan datang," ucapnya menyambut Dara.
Dara segera bergegas duduk di sisi sebelah kanan di mana perwakilan pihak penggugat ada di sana. Sedangnya di sisi yang berlawanan ada beberapa pihak tergugat dan pengacara mereka. Jay segera menyadari bahwa sang ayah tak ada di sana, dugaannya rupanya salah.
Noah yang berada di pangkuannya Jay tiba-tiba turun dan merangkak keluar ruangan. Jay yang menyadari hal itu segera mengikuti Noah. Beberapa menit ketika sidang dimulai, Dara belum menyadari bahwa sang putra dan Jay keluar dari ruang sidang. Hingga ia memeriksa tas yang ia tenteng dan mendapati botol dot Noah yang belum ia berikan pada Jay, membuat wanita itu menoleh menelusuri jajaran saksi yang duduk di dalam ruangan. Wanita itu berniat akan memberikan botol dot itu, namun ia tak menemukan keberadaan Jay dan Noah.
'Di mana Noah?' batin Dara. Rasa khawatir menggelayuti kepalanya, ia tak bisa fokus dengan argumen lawan saat itu. Dara hanya celingukan untuk menemukan di mana keberadaan sang putra. Ya, seharusnya ia tak mempercayai pria asing yang baru ia kenal semalam. Sekarang nasib Noah yang akan jadi taruhannya.
"Baik, selanjutnya saya persilahkan pada Nona Alexandra Meggie untuk menyampaikan tuntutannya," ucap hakim.
Dara yang sedang hilang konsentrasi tak menghiraukan interupsi itu. Wajah resahnya membuat seluruh orang di ruangan itu bertanya-tanya, mengapa wanita itu tak juga berdiri untuk menyampaikan tuntutannya di depan hakim.
"Nona Alexandra Meggie," panggil hakim sekali lagi.
"Nona Alexandra!" Wanita Amerika di sebelahnya menarik jas Dara sehingga membuat Dara tersadar.
"Ma-maaf, tuan hakim." Dara segera berdiri dari tempat duduknya, kemudian naik ke mimbar untuk menyampaikan tuntukan yang ia catat di sebuah notebook kecil.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bill Parker kini berada di sebuah ruangan saksi di dalam kantor pengadilan itu. Ia sengaja tak keluar karena tanpa sengaja mengetahui keberadaan Jay di sana. Di ruangan itu terdapat sebuah jendela berjeruji di mana Bill bisa mengamati keadaan di luar dari tempatnya.
Seutas senyum mengembang di wajahnya. Mengamati Jay—sang putra angkat—yang kini sabar meski disibukkan oleh anak laki-laki berusia satu tahun membuatnya merasakan haru.
"Seharusnya dia segera menikah, bukan malah melakukan hal konyol yang tak berguna seperti sekarang," ucap Bill pada asistennya yang bernama Freddy.
"Tuan Jay merasa bisnisnya selama ini selalu bersih." Freddy memberikan tanggapan.
Bill kembali tersenyum, ia masih tak bisa melepaskan pandangannya dari Jay yang ada di luar sana. Tangannya merogoh saku jasnya dan mengambil sebuah cerutu. Seolah tanggap, Freddy segera mengambil korek dan menyulutnya ke cerutu milik sang bos.
"Siapa anak kecil itu?" tanya Bill.
"Sepertinya dia anak dari pengacara perwakilan pekerja, Alexandra Meggie," jawab Freddy. Pria separuh baya itu memang sangat ahli mengumpulkan informasi.
Sebuah senyum kecut terukir di wajah tua Bill setelah mendengar jawaban dari Freddy.
"Itu artinya Jay berusaha menyelidiki pihak lawan, ya. Dia licik." Bill menyesap cerutunya, tatapannya masih terkunci pada Jay. Sebuah rasa takut tiba-tiba memenuhi kepalanya.
"Apapun yang terjadi, aku tak boleh terlihat bersalah di depan Jay. Apa kau bisa mengaturnya?" pinta Bill.
"Tentu, tuan. Ada banyak alternative yang sudah disediakan oleh tim pengacara kita. Lagi pula, aku tak yakin Alexandra Meggie cukup kompeten. Dia terlihat kurang pengalaman, aku ragu dia bisa memenangkan kasus ini," jawab Freddy memberikan pendapat.
"Kau tidak boleh meremehkannya. Jika dia bisa memberikan bukti-bukti valid yang menunjukkan bahwa pihakku yang bersalah, hakim tetap akan memberikan trophy kemenangan padanya." Bill beranjak dari duduknya. Ia berjalan mendekat ke jendela agar bisa melihat Jay lebih jelas.
"Dia pakai baju siapa?" Bill bertanya. Seingatnya Jay tak pernah memiliki baju murahan seperti itu.
"Tuan Jay mungkin membelinya di pasar loak untuk melengkapi penyamarannya," ucap Freddy.
"Kau tau, Fred..." Bill berbalik menatap Freddy. "Aku sudah merawat Jay puluhan tahun. Dia sudah seperti putraku sendiri. Jadi, kumohon padamu dan tim pengacara untuk bekerja keras dan menyelamatkan image-ku di depan Jay. Kau mengerti 'kan?"
"Baik, tuan." Freddy menunduk patuh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Begitu persidangan selesai, Dara segera berlari keluar untuk mencari keberadaan Noah. Persidangan itu memakan waktu sekitar empat puluh lima menit dan kemungkinannya kecil untuk menemukan Noah jika Jay menculiknya, tapi Dara masih mencoba berpikir positif.
Di depan ruang sidang tak ada siapa pun, wanita itu kemudian berlari keluar ke arah pintu masuk gedung. Di sana ada seorang security yang bertugas.
"Pak, apa anda melihat seorang pria Asia dan anak laki-laki balita yang keluar lewat sini?" tanya Dara.
Security itu mencoba mengingat-ingat. "Maaf, nona. Memang ada beberapa orang yang keluar masuk ke sini, tapi aku tidak melihat pria Asia dan anak balita yang keluar dari tadi," jawabnya.
"Kalau boleh tahu, ada berapa akses keluar masuk ke gedung ini?" tanya Dara lagi, bisa saja Jay melewati pintu yang lain.
"Sebenarnya ada tiga, tapi hanya ini satu-satunya akses jalan yang digunakan. Tidak ada banyak security di sini, kami tak bisa menjaga semua pintu," jelas si security.
"Begitu, ya. Terima kasih," ucap Dara. Wanita itu kemudian berlalu, menelusuri seluruh gedung hingga ia sampai di ruangan bebas/halaman yang letaknya di bagian belakang. Tempat itu ditutupi oleh tembok kokoh yang tinggi, mustahil ada orang yang bisa memanjatnya tanpa tangga.
Sibuk mengedarkan pandangannya, Dara dikejutkan oleh sebuah lemparan bola rotan dari arah samping. Ketika wanita itu menoleh, ia mendapati dua sosok yang mengusik pikirannya sejak berada di ruang persidangan tadi. Di saat itu juga, Dara merasa lega.
"Dara..." Jay menggendong Noah yang semula bergumul di atas rumput. Ia berjalan menghampiri Dara yang nyaris mengutuknya jika sampai ia kedapatan menculik Noah.
"Noah sepertinya ingin bermain di luar, jadi aku mengajaknya ke sini," ucap Jay bahkan sebelum Dara bertanya.
"Bola milik siapa ini?" Dara meraih bola kecil dari anyaman rotan yang semula dimainkan oleh Noah.
"Tadi ada seorang kakek tua yang memberikan bola ini pada Noah. Dia bilang, Noah mengingatkan kakek itu pada cucunya di rumah," jawab Jay.
"Jay, terima kasih sudah menjaga Noah." Dara menyesal sudah mencurigai Jay.
"Kau terlalu sering berterima kasih padaku, padahal kita bahkan belum mengenal lebih dari dua puluh empat jam," jawab Jay lirih.
Dara tersenyum dan meraih Noah dari gendongan Jay. Sebaliknya, Jay mengambil alih tas yang berisi keperluan Noah yang semula ada di tangan Dara.
"Aku bawakan," ucap Jay.
"Nona Alexandra," panggil seorang wanita Amerika yang datang menghampiri bersama beberapa orang.
"Terima kasih sudah menyampaikan tuntutan kami di depan hakim dengan baik. Sebagai imbalannya, kami memberikan ini padamu." Wanita separuh baya itu menyodorkan sebuah amplop berwarna putih. Nampak tipis di mata Jay, bayaran yang menurutnya tak setimpal dengan usaha yang telah dilakukan oleh Dara.
"Terima kasih banyak," ucap Dara sambil menerima uluran amplop itu.
"Kami juga memberikan sedikit hasil panen kami padamu, semuanya ada truk di depan," ujar seorang pria separuh baya yang juga ada di sana.
"Ya ampun, kalian sangat baik padaku. Terima kasih banyak."
"Ada beberapa hasil panen, jadi kami mengangkutnya dengan truk. Tapi sebenarnya itu tak banyak, kami memakai truk itu sekaligus untuk alat transportasi kami pergi ke persidangan ini," jelas wanita separuh baya itu.
"Oh, begitu ya." Untuk sejenak Dara kebingungan, bagaimana caranya membawa hasil panen itu pulang. Dia saja sudah merasa lelah berjalan sejauh lima kilometer meski tak membawa barang apa pun.
"Tenang saja, nona. Kami akan mengantar kalian sampai ke halte di Asia Town," ucap wanita itu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments