Dunia manusia, masa kini.
Suara ******* terdengar menggema di seluruh ruangan. Kamar luas dengan desain mewah. Di atas kasur, seorang pria tengah memejamkan mata. Menikmati service dari seorang wanita cantik yang sengaja dia bayar untuk memuaskannya.
"Lebih cepat sayang," suara pria itu terdengar serak. Si wanita menuruti perintahnya. Semakin mempercepat gerakannya. Namun ketika dia hampir mencapai puncaknya. Wanita itu melepas hisapannya. Berteriak, lalu langsung kabur dari tempat itu.
"Sial!" Pria itu mengumpat kesal. Lagi-lagi terjadi. Para wanita itu kabur darinya, sebelum dia mencapai puncaknya. Apalagi yang bisa dia lakukan sekarang. Selain berlari ke kamar mandi. Menuntaskan sendiri hasratnya.
Pria itu menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandinya. Dia tampan, rupawan. Tubuhnya sempurna tapi kenapa semua wanita kabur darinya tiap kali bercinta dengannya. Meski sebenarnya dia tidak bercinta dengan para wanita itu. Dia hanya making out dengan mereka.
Di tempat lain Re dan Ri menyeringai penuh arti. Lagi-lagi mereka berhasil menggagalkan pria itu agar tidak kehilangan keperjakaannya akibat berhubungan intim.
Dan pria yang tengah mereka jaga itu adalah jelmaan Dewa Api. Setelah Ice dan Wind berhasil memastikan kelahiran Dewa Api dengan selamat. Giliran Re dan Ri yang bertugas menjaga reinkarnasi Dewa Api. Sebagai hukuman karena telah melakukan kesalahan saat Dewa Api masuk ke gerbang reinkarnasi.
"Re....Ri....!" Teriakan pria itu membuat seringaian pasangan dewa itu hilang seketika. Sudah pasti mereka akan kena amukan lagi. Tapi setidaknya amukan pria ini tidak sampai mengeluarkan Api Phoenix. Paling pol, pria itu akan mengeluarkan bakat terpendam yang tidak kesampaiannya, ngerap.
"Bagaimana kalian ini? Tidak becus mencarikan wanita untukku. Dia langsung kabur begitu melihat milikku. Apa kalian tidak bisa mencari wanita bayaran dengan benar? Apa aku sendiri yang harus mencarinya sendiri. Rugi aku membayar mahal mereka kalau ujung-ujungnya aku harus bersolo karir," ocehan pria itu malah terdengar seperti Suga BTS yang lagi ngerap di lagu Jump. Tidak ada titik koma. Tidak ada jeda. Semua terucap dalam satu tarikan nafas.
Lagi-lagi Re dan Ri hanya bisa saling pandang. Sebab telinga mereka sudah mereka sumpal dengan headset bluetooth masing-masing. Pria itu menatap marah pada duo asisten yang bukannya meringankan pekerjaannya. Tapi semakin membuat pusing kepalanya. Dan yang ditatap bukannya takut tapi malah nyengir. Memamerkan senyum terbaik mereka.
"Menyebalkan!" Hanya kata itu yang akhirnya terucap dari bibir pria tersebut.
"Kalian sengaja ya melakukannya padaku?"
"Melakukan apa?" tanya Re polos.
"Sengaja agar aku tidak bisa bercinta dengan para wanita itu." Sambil meraih rokoknya, pria itu mendelik ke arah Re dan Ri.
"Ayolah Cedric, kau tahu benar kan aturannya. No *** before married," pria yang dipanggil Cedric itu mendengus geram. Mendengar ucapan Ri.
"Berarti kalian mengakui kalau kalianlah yang selalu menggagalkan acara making outku?" Todong Cedric.
"Tidak juga. Bagaimana kami bisa menggagalkan acara ena-enamu kalau kau mengunci kita di ruang kerja," protes Re.
Cedric sejenak berpikir. Iya juga ya, tiap kali para wanita itu datang. Dia selalu mengunci Re dan Ri di ruang kerjanya. Dan kuncinya otomatis. Hanya bekerja dengan perintah suara darinya saja.
Cedric kembali mendelik pada Re dan Ri. Masuk ke walk in closetnya. Tak berapa lama pria itu keluar dari sana. Dengan pakaian setengah terbuka.
"Ini kalau para dewi melihatnya, mereka pasti auto pingsan," telepati dari Re masuk ke pikiran Ri.
"Mimisan kali malahan" sahut Ri. Duo R itu akhirnya terkikik sendiri.
"Tapi kenapa juga kita yang selalu beruntung ya. Tubuh Dewa Api kita sudah melihatnya. Komplit dari ujung kepala sampai ke ujung kaki."
"Tapi kalau tiap hari melihatnya...lama-lama enek juga kali,"
Keduanya langsung manggut-manggut saling membenarkan pemikiran masing-masing.
"Aku mau pergi, jangan mengikutiku," Cedric berkata penuh nada peringatan. Dan duo asisten itu langsung mengiyakan tanpa membantah sama sekali.
***
Di sisi lain, seorang gadis berambut panjang. Dengan make up cantik khas pengantin. Plus gaun pengantin melekat di tubuhnya, tampak berlari kencang. Berusaha menghindari kejaran orang-orang berpakaian hitam yang sejak tadi mengejarnya.
"Ampuun deh, gini amat ya jadi bridemaid-nya Mika," gerutu seorang gadis dengan gaun selutut berwarna violet. Sedang yang gadis yang dipanggil Mika malah tertawa terbahak-bahak. Di sela-sela usahanya berlari menggunakan heels sepuluh senti juga menahan beratnya gaun yang dipakainya.
"Malah tertawa. Habis ini aku tidak mau ya digantung sama Papamu," sambung teman Mika itu.
"Jangan khawatir. Papa tidak akan menggantungmu. Karena aku...tidak akan pulang ke rumah," sahut Mika enteng.
"Maksudmu apa?"
"Ya, aku mau kabur beneran, jadi runaway bride. Ogah aku Ell, dipaksa nikah mulu. Aku baru mau 21 dan kau lihat berapa kali Papa mencoba menikahkanku. Takut amat aku gak laku." Kedua gadis itu sejenak menarik nafasnya lega. Setelah berhasil mengalihkan perhatian para bodyguard itu. Mereka tengah bersembunyi di sebuah basement apartemen mewah di pusat kota.
Ini adalah pelarian ketiga Mika tahun ini. Sebagai bentuk protes Mika pada Papanya. Yang senang sekali menyuruhnya menikah. Dia pikir, kenapa juga harus tergesa-gesa menikah. Dia masih muda, masih ingin menikmati kebebasan hidup. Bukannya terbelenggu dalam ikatan sebuah pernikahan.
"Aku heran deh sama Papamu, kenapa sih dia suka sekali memaksa agar kamu menikah," ucap Elly sambil celingukan ke kiri dan kanannya.
"Aku tidak tahu sebabnya, tapi demi keselamatanku kata Mama aku harus menikah sebelum usiaku genap dua puluh satu tahun," balas Mika. Elly mengerutkan dahinya mendengar perkataan Mika.
"Aneh," gumam Elly pelan. Saat itulah, para bodyguard ayah Mika melihat mereka. Tak ayal adegan kejar-kejaran kembali terjadi. Mika terus saja mengumpat, sambil berlari sekuat yang dia bisa.
"Kita berpencar untuk mengecoh perhatian mereka," usul Elly. Detik berikutnya mereka berpisah. Satu ke kiri, satu ke kanan. Setelah berjanji akan bertemu di taman kota. Tapi sialnya rencana mereka tidak sesuai dengan harapan keduanya.
Alih-alih mengejar Elly, semua pengawal itu malah mengejar Mika. "Mati aku," Mika mengumpat seketika. Dia jelas kelabakan melihat banyaknya pengawal yang mengejarnya. Dia harus segera mencari akal agar bisa kabur dari kejaran para bodyguard sekaligus melarikan diri dari pernikahan konyol ini.
Ide langsung terbersit di kepala Mika. Gadis tengil dengan sejuta trik di kepalanya itu. Mika berlari ke arah sebuah mobil berwarna hitam, yang pengemudinya baru masuk ke dalamnya.
"Brak!" Terdengar suara pintu mobil yang ditutup cukup keras. Membuat Cedric yang baru saja akan menghidupkan mesin mobilnya langsung melihat ke kursi belakangnya.
"Hei, apa yang kau lakukan di mobilku?" Cedric bertanya heran pada Mika yang sudah duduk di jok belakang mobilnya. Merapikan gaun pengantinnya, sambil merunduk. Jelas tengah bersembunyi dari sesuatu.
"Jalankan saja mobilnya," pinta Mika setengah memaksa. Cedric mengerutkan dahinya
"Tidak mau, memangnya siapa kamu. Main menyuruh-nyuruhku saja," Cedric mulai menelisik penampilan Mika. Yang jelas terlihat cantik dalam balutan gaun pengantin model sabrina. Meski berantakan tapi kecantikan Mika tidak terbantahkan.
Seketika satu ide muncul di kepala Cedric. Apalagi pria itu melihat beberapa bodyguard yang melintas di depannya. Dia sepertinya mulai paham dengan apa yang terjadi.
"Baik, aku akan menolongmu. Tapi dengan satu syarat," sebuah seringai licik terbit di bibir seksi Cedric. Melihat kecantikan Mika. Sepertinya dia bisa memanfaatkan gadis ini.
Mengabaikan ucapan Cedric. Mika terus saja mengumpat kenapa juga dia terus menjadi runaway bride di dunia nyata.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments