"Kalian sudah pernah bertemu?" tanya Bela menatap kedua nya dengan heran.
"Tidak, kami tidak pernah bertemu apa lagi kenal," jawab Laras dengan cepat membuat Tama menatap nya dengan heran.
"Oh kirain, beneran tidak pernah bertemu? atau saling kenal?" selidik Bela menatap ke arah Tama yang hanya diam saja.
"Tidak penting Mah, Mama tidak dengar? dia tidak pernah bertemu, apa lagi kenal, jadi anggap saja ini pertama kali nya kami bertemu," jawab Tama dengan datar tanpa ekspresi sedikit pun.
"Ih Tama, selalu saja dingin, Mama sedang bertanya dengan baik-baik, tapi malah seperti itu, Laras, kau harus banyak sabar deh sepertinya, punya suami kaya anak tante ini yang paling irit bicara sekali nya bicara menyebalkan," jelas Bela panjang lebar membuat Tama mendengus kesal dengan ocehan mama nya itu.
Sementara Malik Adi dan Sarah justru malah terkekeh melihat wajah Tama yang seperti itu.
"Sudah-sudah kita makan malam saja dulu, nanti kita lanjutkan lagi obrolan nya, kasihan pasti sudah pada lapar," ajak Malik yang tidak enak hati.
"Ayo mari! Sarah, Laras, Adi kita ke meja makan, Aku sudah memasak masakan spesial untuk menyambut kedatangan kalian," sambung Bela mengajak semuanya menuju meja makan .
Semuanya pun sudah berada di meja makan, Bela tampak antusias menyuguhkan banyak nya makanan di meja, membuat Tama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Mama nya yang tidak seperti biasanya itu, apa lagi dia sendiri yang memasak.
"Mah, sudah cukup! aku tidak makan sebanyak itu juga!" protes Tama saat mamanya itu meletakkan lauk pauk di piring nya.
"Siapa tahu, kau mau nambah, tapi malu jadi sekalian saja," jawab Bela sambil tersenyum tipis, membuat Tama hanya mendengus kesal tidak berani menolak lagi.
"Tante, ini semua Tante yang masak? bukan kah Tante sedang sakit?" tanya Laras yang sedari tadi diam dan merasa heran melihat Bela terlihat sehat dan Baik-baik saja.
Mendengar Laras yang bertanya seketika Adi langsung saja menginjak kaki putrinya itu agar tidak banyak bertanya lagi.
"Aaaaaw, sakit!" pekik Laras sambil menatap ke arah papa nya dengan tatapan heran .
"Laras kau tidak papa?" tanya Malik akhirnya angkat bicara.
"Tidak Om, hanya ada sesuatu saja tadi," jawab Laras dengan tersenyum tipis .
"Kau pasti heran dengan tante yah? tentu saja tante memasak spesial untuk menyambut kedatangan kalian, jadi walaupun kondisi nya sering lemah, tapi dia tidak pernah mau berhenti melakukan apa yang di inginkan nya dia itu rajin sekali," jelas Malik sambil merangkul pinggang Bela, membuat Bela hanya menanggapi nya dengan senyuman saja karena merasa sangat tersipu malu dengan pujian suaminya itu.
"Oh iya, terima kasih Tante, sudah repot-repot memasak sebanyak ini untuk menyambut kedatangan kami," jawab Laras sambil tersenyum tipis.
"Tidak masalah, ayo Laras, Adi, Sarah, jangan sungkan, silahkan di nikmati, terlalu banyak mengobrol makan malam nya jadi tidak enak," ucap Bela yang mengerti situasi karena sedari tadi melihat Sarah dan Adi hanya diam saja.
Mereka pun makan dengan hening tidak ada yang berbicara sama sekali meskipun tatapan Tama sedari tadi merasa tidak suka dengan keberadaan Laras tapi wanita itu menanggapi nya dengan cuek dan acuh. Hingga selesai makan kini akhirnya Malik menatap ke arah Tama.
"Oya, pernikahan akan di adakan Minggu depan, jadi untuk persiapan gaun pengantin dan resepsi pernikahan dari pihak sini yang akan mengatur semuanya," ucap Malik tiba-tiba Membuat Tama yang masih makan tiba-tiba tersedak.
"Uhuk-uhuk"
"Tama kau baik-baik saja? ayo minum," ucap Bela dengan khawatir sambil memberikan segelas air putih dan menepuk pundak Tama agar berhenti terbatuk-batuk.
"Pah ko Minggu depan? sejak kapan aku setuju menikah Minggu depan?" tanya Tama saat sudah minum.
"Apa-apaan ini Malik? ko putra mu terkejut begitu, bukan kah kau bilang sudah membicarakan pada nya?" tanya Adi yang melihat ekspresi wajah Tama yang terlihat tidak terima.
"Mungkin, Tama lupa kali, karena dia terlalu sibuk di perusahaan, makannya dia terkejut begitu," jelas Malik sambil menatap ke arah Tama yang terlihat sangat begitu kesal.
"Bisakah? Aku berbicara dengan Laras?" tanya Tama yang melihat Laras hanya diam saja tanpa sedikitpun berbicara.
"Oh silahkan, berbicara lah agar kalian bisa saling mengenal," jawab Adi sambil mempersilahkan keduanya untuk berbicara.
Laras yang sedari tadi diam dengan terpaksa akhirnya mengikuti Tama, meskipun dalam hati nya dia bertanya-tanya kenapa harus berbicara berdua? padahal menurutnya tidak ada yang perlu di bicarakan pikir nya.
Tama yang merasa sudah berada di dalam langsung menarik tangan Laras, karena merasa gadis itu berjalan dengan santai, hingga sampailah di Dapur yang terlihat sepi, Tama langsung menyudutkan Laras ke tembok dan mencengkram dagu nya.
"Jelaskan apa tujuan mu tidak menolak perjodohan ini haaah!" ucap Tama dengan nada meninggi, menatap Laras dengan tatapan tajam.
"Kau kasar sekali? mana Aku tahu, kalau kau yang akan di jodohkan dengan ku, terus aku harus berbuat apa? haaah!" jawab Laras tak kalah meninggi nya.
"kau yang berpura-pura tidak mengenal ku? padahal kita sudah saling mengenal dan kau tahu sendiri kan? seperti apa hubungan ku dengan Ti, tapi kau santai saja, saat tahu kita akan di jodohkan dan akan menikah Minggu depan, di mana pikiran mu itu? haaah!" jelas Tama panjang lebar sambil menatap Laras dengan tatapan tajam.
"Terus apa yang harus aku lakukan? kau tidak tahu bagaimana di posisi ku, aku terpojok di sini, jadi jangan menyalakan ku saja, minggir!" jawab Laras sambil menepis tangan Tama yang masih mencengkram erat dagunya.
"Batalkan pernikahan itu, sekarang juga! sebelum semuanya terlambat, jika kau masih punya hati!" ucap Tama sambil memegang tangan Laras dengan kuat dan kembali menyudutkan Laras ke tembok.
"Kenapa? kau tidak menolak nya sendiri saja!" ketus Laras sambil meringis kesakitan, karena Tama mencengkram Tangan nya dengan erat.
"Tama, Laras, kalian di mana?" panggilan Bela membuat Tama melepaskan tangan nya.
"Ingat, kita bertemu besok di Cafe biasanya, kita selesaikan semua nya bertiga, bersama Tiara juga, kau harus datang!" ucap Tama dengan penuh peringatan dan segera menoleh saat mendengar suara langkah kaki semakin mendekat.
"Kalian ko ada di sini sih? sedari tadi Mama cariin, malah di sini, sedang apa di dapur?" tanya Bela menatap kedua nya dengan heran.
"Kita hanya berbicara sedikit ko Tante, tadi Laras kebelet, jadi aga lama, maaf yah," jawab Laras dengan berbohong sambil berusaha untuk tersenyum.
"Ya udah, ayo kita ke sana, tidak baik lama-lama di dapur, syukur lah kalau kalian sudah berbicara, Tante ikut seneng denger nya!" jawab Bela sambil merangkul lengan Tama dan mengajak nya kembali ke depan.
"Pah, Mah, kita pulang aja yah, Laras aga lelah, pengin istirahat!" ajak Laras saat sudah berada di depan kedua orang tua nya.
"Loh, ko cepat-cepat begitu sih? kita belum bicara banyak loh?" tanya Malik dengan heran.
"Iya Ras, apa Tama berkata kasar? makan nya kau tiba-tiba ingin pulang?" sambung Bela menatap Laras dengan penuh selidik.
"Tidak tante, Ka Tama tidak berkata apa-apa, cuma ngomong biasa aja ko, tapi emang Laras sedang aga cape aja, dari kemarin banyak kerjaan," jawab Laras sambil tersenyum tipis menggandeng tangan Mama dan papa nya dengan cepat.
"Ya sudah kalau begitu, Malik, Bela, Tama, kami pamit ya, terima kasih loh, untuk semua hidangan yang kalian sajikan, kami sangat begitu menikmati nya!" pamit Sarah dan Adi bersamaan. Bela dan Malik pun ikut mengantar ketiganya ke depan sementara Tama segera kembali ke kamar nya.
Sepanjang perjalanan hening tidak ada yang berbicara, Laras yang biasanya banyak bicara kini menjadi pendiam membuat Adi merasa heran dengan putrinya itu, hingga sampailah mobil di depan rumah nya.
"Ras, kau baik-baik saja? sejak tadi kau menjadi pendiam begini apa yang terjadi dengan putri papa ini?" tanya Adi sambil menatap Laras dengan penuh selidik.
"Apa, perjodohan itu tidak bisa di batalkan, Pah?" tanya Laras setelah sudah sampai di dalam sambil duduk di sofa.
"Apa kau keberatan dengan perjodohan ini?" bukan nya menjawab Adi malah balik bertanya.
"Aku tidak keberatan Pah tapi ..!" ucapan laras terpotong.
"Tapi karena kau tidak mencintai nya, makan nya kau keberatan, ingat Ras dulu mama dan papa mu juga menikah karena perjodohan, tapi sampai sekarang lihat, hubungan kami langgeng kan? kau tadi tidak lihat sendiri tante Bela yang terlihat sangat begitu senang kau menjadi menantu nya, apa kau tidak kasihan dengan nya?" ucap Adi memotong ucapan Laras menjelaskan panjang lebar sambil mengelus rambut Laras dengan lembut membuat Laras menjadi bingung sendiri.
"Baiklah, kalau begitu Laras Cape, pengin istirahat dulu," jawab Laras yang tidak ingin membantah ucap papa nya itu dan langsung saja berjalan menuju ke arah kamarnya.
"Pah, sepertinya Laras terlihat sangat begitu sedih, Mama tidak tega melihat nya," ucap Sarah sambil menatap ke arah punggung Laras dengan tidak tega.
"Sudah, nanti Putri kita juga akan mengerti," jawab Adi berusaha untuk menenangkan istrinya itu.
Sepanjang malam Laras bener-bener gelisah pikiran nya menjadi kacau ucapan Tama terus saja terngiang-ngiang di pikiran nya, gadis itu merasa gundah sendiri entah apa yang harus di lakukan nya.
KEESOKAN HARINYA
Sepanjang pagi hingga menjelang siang hari, Laras yang di landa galau akhirnya memutuskan untuk menemui Tama sesuai yang di katakan Tama semalam, kini sudah ada Tiara yang terlebih dahulu datang.
"Ras, tumben ngajak ketemuan siang-siang begini? biasanya juga sibuk?" tanya Tiara sambil memeluk sahabatnya itu dengan sangat begitu senang.
"Ada hal perlu di bicarakan!" jelas Laras melepaskan pelukan Tiara sambil duduk membuat Tiara heran.
"Ka Tama sudah datang?" sambung nya lagi sambil menatap ke arah kanan dan kiri.
"Oh Mas Tama, dia tadi ada urusan dengan klien, mungkin sebentar lagi dia datang, apa sih yang membuat mu harus memanggil nya dengan ka Tama?" jelas Tiara sambil bertanya karena merasa heran dengan panggilan Laras yang tidak biasa nya.
"Karena dia ternyata, adik dari Frans Nugroho yang dulu sering sekali memanggil ku Ka Tama dan dia juga adalah wanita yang akan di jodohkan dengan ku," jawab Tama yang baru saja datang membuat Tiara terkejut dengan apa yang di dengar nya.
"Jadi kalian akan menikah? dan calon mempelai wanita nya adalah sahabat ku sendiri? luar biasa, selamat!"ucap Tiara berusaha untuk menutupi rasa sesak yang ada di dalam hati nya.
"Ti, hanya itu saja kau? Kau tidak marah?" tanya Laras menatap Tiara dengan heran.
"Lalu aku harus apa? marah-marah? tidak Ras, Aku bukan tipe orang yang seperti itu, kau memang pantas untuk nya, aku apa Ras? hanya wanita miskin yang tidak pantas bersanding dengan nya!" jawab Tiara berusaha untuk tenang dan biasa saja, meskipun hatinya merasa sangat begitu sesak.
"Tiara, Aku hanya mencintai mu, Aku tidak ingin menikah dengan nya, cinta ku hanya untuk mu, mana mungkin? Aku menikah dengan nya," jelas Tama panjang lebar, sambil memegang tangan Tiara dengan erat.
"Laras, jelas kan apa yang perlu kau lakukan!" sambung nya lagi menatap ke arah Laras dengan tatapan tajam karena melihat Laras hanya diam saja.
Laras menghela nafas panjang, berusaha untuk tenang, diri nya benar-benar merasa terpojok, di satu sisi dia terus teringat ucapan papa nya dan tidak ingin mengecewakan kedua orang tua nya, di sisi lain dia tidak ingin menyakiti sahabat nya itu.
"Tiara, Aku akan menikah dengan nya, tapi pernikahan ini hanya karena terpaksa, aku tidak akan pernah menuntut apa pun darinya kau tetap menjalin kasih dengan nya, Aku tidak akan pernah mengusik hubungan kalian, meskipun Aku sudah menjadi istri nya, aku berjanji!" ucap Laras sambil memegang tangan Tiara membuat Tama semakin menatap tajam ke arah Laras.
"Pernikahan bukan hal yang main-main, jadi jangan macam-macam!" jawab Tama dengan penuh peringatan.
"Tapi, apa kau tega membiarkan tante Bela sedih? melihat wanita yang melahirkan mu bersedih, meskipun aku tidak pernah sedikit pun menginginkan pernikahan ini, aku juga memikirkan perasaan orang lain, di sini aku juga terpojok, pokok nya kau harus menerima perjanjian ini, dan lagian ini tidak merugikan mu sama sekali!" jelas Laras dengan penuh penekanan memberikan sebuah Map yang sudah di sediakan nya.
Keduanya akhirnya membaca Map tersebut dengan sangat begitu intens
"Kau gila yah? ini semua tidak menguntungkan bagi mu, lalu untuk apa kau melakukan semua ini?" pekik Tiara sambil menatap Laras dengan tidak habis pikir.
"Tanda tangan di sini, Aku tidak akan menuntut apa pun dari mu? meskipun aku sudah menikah dengan mu, jadi kalian tidak perlu khawatir!" ucap Laras tanpa sedikitpun memperdulikan pertanyaan Tiara, membuat Tama lagi-lagi mendengus kesal dan dengan terpaksa akhirnya mengikuti apa yang di inginkan wanita yang menurutnya gila itu .
"Deal, perjanjian ini tidak boleh di khianati, kalian berdua masih tetap menjalankan hubungan kalian seperti biasanya!" ucap Laras sambil mengambil Map yang sudah di tanda tangani oleh Tama dan segera melangkah keluar dari ruangan tersebut.
"Laras, ku harap kau tidak menyesal dengan apa yang kau lakukan!" teriak Tiara saat melihat sahabatnya itu sudah menjauh.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Uthie
menarik 👍
2025-02-25
0
moms 3 anak
laras sumpah km in mnyesal nntinya...krana witing tresno jlaran soko kulino.....cinta itu akn tumbuh seiring brjlnya waktu ..kalian kn saling jtuh cinta
2022-10-16
1