Part 3. Mimpi

Bangunan berdinding putih itu memberikan suasana sendu bagi seorang pria berumur yang datang dengan terburu-buru.

"Bagaimana keadaan putri Saya Dok?" Abi Zayid bergegas ke rumah sakit saat mendapat kabar putrinya kecelakaan. Dan setelah menunggu selama dua puluh menit pria berpakaian putih yang menangani sang putri keluar dengan tergesa-gesa.

"Pasien kritis karena kehilangan banyak darah, kita akan mengusahakan yang terbaik." Jawab dokter singkat kemudian berlalu yang membuat Abi Zayid terduduk lemas dengan perasaan carut marut. Hanya Aish satu-satunya yang ia miliki sekarang.

"Kata Abi Ken Allah pasti sembuhin Bunda." Nasya turun dari pangkuan sang paman. Memberanikan diri mendekati Kakek Zayid yang sedang bersedih. Karena melindunginya Bunda Aish jadi tidak bisa bangun sekarang.

Jemari mungil gadis itu terulur menggenggam tangan Kakek Zayid. "Kakek marahin Nasya aja, karena Nasya yang bikin Bunda masuk rumah sakit." Ucapnya dengan tangisan pilu, hatinya sangatlah lembut.

Abi Zayid tersenyum diikuti gelengan kepala, membawa Nasya duduk di pangkuannya. "Kakek gak marah sama Nasya," katanya seraya memeluk dan mengecup puncak kepala si gadis kecil yang sudah seperti cucunya sendiri.

"Tapi Nasya bikin Kakek sedih," sahut Nasya peduli. Tangan mungilnya tidak bisa diam memain-mainkan tangan Kakek Zayid untuk menghilangkan ketakutannya.

"Hanya sedih sebentar," pria berumur itu tersenyum meyakinkan. Dalam hati terus berdoa agar putri semata wayangnya tidak kenapa-kenapa.

"Kalau Bunda gak bangun, Aish main sama siapa?" Tanyanya semakin menangis kencang.

"Bunda Aish pasti bangun Sayang. Nasya banyak berdoa ya agar Allah memberikan kesembuhan untuk Bunda." Ken menenangkan keponakannya yang menangis tersendu-sendu dalam pangkuan Abi Zayid.

🍃

Sampai sore Aish masih belum sadarkan diri. Perempuan itu masih belum bisa ditemui karena kondisinya masih kritis. Suara deru monitor di ruangan menandakan para dokter sedang berusaha keras untuk melakukan misi penyelamatan pasien.

"Nasya pulang sama Abi Sayang, biar Abi Ken yang menemani kakek disini. Nanti Ummi khawatir sama Nasya." Bujuk Adnan pada sang putri yang tidak mau diajak pulang.

Bocah kecil itu bahkan tidak mau makan, netranya terus menatap nanar pintu ruang ICU. Menunggu penghuni ruangan itu bangun dan bisa bermain dengannya lagi.

Nasya tidak menyahut ucapan sang abi. Ia tidak menangis lagi, juga tidak banyak bicara setelah menunggu lama orang yang ditunggunya tidak juga bangun. Jelas sangat kentara kalau anak itu seperti ketakutan.

"Nasya," panggil Abi Zayid. Putri Adnan itu menoleh seperti orang linglung. "Nasya pulang sama Abi ya, nanti kalau bunda sudah bangun kakek kabari." Bujuknya khawatir, Nasya tidak seperti saat datang tadi masih bisa berceloteh. Mungkin karena yang ditunggunya tidak juga bangun jadi ekspresi bocah itu berubah ketakutan.

"Nasya mau nunggu Bunda," sahutnya sambil memilin-milin jemari cemas.

Ken mengkode sang kakak agar membawa paksa Nasya pulang. Dia ikut khawatir pada kondisi keponakannya itu.

"Abiii, Nasya gak mau pulang. Nasya mau nungguin Bunda!!" Teriak Nasya histeris saat sadar sang abi membawanya keluar dari rumah sakit dan memasukkannya ke mobil.

"Dengerin Abi Sayang, Ummi khawatir nunggu Nasya pulang." Ucap Adnan lembut membujuk sang putri. Mengendarai mobil sambil memangku Nasya yang masih menangis dan berteriak-teriak.

Perlu waktu lebih lama untuk Adnan sampai ke rumah karena dia mengemudi sambil menenangkan Nasya. Sesampainya di rumah pria itu menggendong sang putri langsung ke kamar. Nasya tidak berhenti menangis ingin minta antar kembali ke rumah sakit. Membuat seisi rumah khawatir termasuk kakek dan neneknya.

"Nasya, sama Ummi Sayang." Attisya mengambil alih memangku putrinya. Karena perutnya yang sudah berat dan membuncit, tidak bisa menggendong Nasya lagi. Biasanya ia membawa Nasya dalam gendongan sambil berjalan-jalan untuk menenangkan saat menangis.

"Nasya mau sama Bunda. Nasya mau nunggu Bunda bangun," teriak Nasya yang membuat Attisya semakin khawatir. Nasya memang dekat dengan Aish, selain itu rasa empati putrinya ini sangat tinggi. Saat kucing kesayangannya mati saja Nasya sampai bersedih berhari-hari.

"Ummi tahu Nasya mau nunggu Bunda bangun, tapi sekarang tenang dulu ya Sayang. Ummi sedih lihat Nasya nangis," Attisya mengusap-usap kepala sang putri sampai isak tangis itu perlahan menghilang dan tertidur dalam pelukannya.

🍃

Geo langsung kembali ke apartemen setelah joggingnya pagi ini kacau. Sekian lama tidak keluar kenapa malah bertemu mantan. Tidak hanya bertemu, mereka bahkan satu mobil. Apakah ini yang namanya takdir yang menyakitkan. Huuhh!!

Usai membersihkan diri ia membaringkan tubuh di sofa ruang tengah. Berkali-kali menghembuskan napas dengan kasar untuk melegakan dadanya yang terasa sesak. Secinta itu dia kepada Ara sampai sangat sulit untuk menghilangkan bayangan cantik sang mantan dari kepalanya.

"Aarrrghh!!" Geo mengerang frustasi karena lagi-lagi kepalanya hanya terisi oleh Minara Yumna.

"Om penculik bangunin Bundaaaa!!" Teriak seorang gadis kecil.

Geo terbangun dari tidur dengan napas terengah-engah. Tidak tahu kenapa dia sampai didatangi oleh bocah kecil itu dalam mimpi. Dan suara teriakannya terasa sangat nyata.

Suara itu masih terngiang-ngiang di telinganya. Geo bergegas berganti pakaian dan mengambil kunci mobil. Dia harus memastikan apa yang terjadi pada perempuan yang ditolongnya tadi. Hatinya tidak tenang sampai-sampai merasa dihantui.

Terpopuler

Comments

kookv

kookv

lanjut

2023-05-02

0

andi hastutty

andi hastutty

GEO ma aish jodoh tu 😀

2023-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!