Part 2. Sang Mantan

Setelah beberapa bulan mengasingkan diri akhirnya Geo memilih keluar apartemen untuk jogging pagi ini. Sudah cukup dia menghilang dari dunia, biar saja orang mengenalinya dan kebingungan mengetahui kalau dirinya masih hidup.

Ya setelah aksinya menyelamatkan sang kekasih. Geo dinyatakan meninggal dunia karena racun yang disuntikkan ke tubuhnya. Namun sebenarnya yang terjadi dia tidaklah meninggal. Kematiannya dipalsukan oleh sang papa dan dia yang tengah kritis dilarikan ke rumah sakit di Singapura. Hingga kini hanya Ferdinand sang ayah yang mengetahui keberadaannya.

Saat tengah asyik jogging ada anak kecil yang memanggil. Bertepatan dengan banyaknya mobil-mobil yang berhenti mendekat ke sana.

“Om penculik bantu bunda please!!” Teriaknya, mungkin dari orang-orang yang ada disana tidak ada yang dikenalnya jadi memanggil dirinya. Padahal mereka juga tidaklah saling kenal. Bukan takut, anak itu malah meminta tolong padanya yang dianggap penculik.

“Om penculik?” Geo menatap dirinya sendiri. Kemudian menoleh ke arah bocah yang sedang memegangi tangan perempuan yang tergeletak berlumuran darah.

"Kecelakaan," gumamnya langsung berlari mendekat sambil berusaha mengingat-ingat bocah yang sepertinya Geo pernah melihat wajah itu.

"Penculik?" Ulang Geo ketika bisa mengingat. Bocah kecil itu bocah yang ditemuinya di pinggir danau dan ketakutan karena menganggap dirinya penculik.

"Iya Om penculik pinggir danau. Bantu bunda please," mohonnya lagi.

Geo mengangguk, "bisa bantu bawa ke rumah sakit," ujarnya pada salah satu pemilik mobil yang baru keluar ingin membantu. Karena mobilnya terparkir di taman, cukup jauh kalau Geo harus mengambil mobil terlebih dulu.

“Cepat bawa masuk!!” Ucap pemilik mobil itu kemudian meminta pada orang-orang yang berdatangan tapi hanya menonton untuk memberi mereka akses.

Geo belum menyadari kalau yang memberikan bantuan itu suami dari mantan kekasihnya.

"Ayo ikut Om ke rumah sakit." Ajak pria itu bergegas menggendong si bocah kecil ke dalam mobil.

Saat pria itu mendudukan sang bocah, Geo baru tersadar kalau dia menumpang pada mobil Guntur. Suami Minara Yumna yang kerap disapa Ara sang mantan tersayang. Kedua pria itu saling tatap karena sama-sama terkejut.

"Om cepat, bunda bisa meninggal!!" Teriak bocah kecil itu dengan air mata yang berjatuhan melihat wanita yang dipanggilnya bunda berlumuran darah dalam pangkuan sang penculik.

Guntur masuk ke mobil lalu menjalankannya menuju rumah sakit. Suasana mobil hening, tidak ada yang bersuara. Hanya terdengar suara isak tangis anak kecil.

"Bunda akan baik-baik saja," Geo mengusap kepala bocah perempuan itu untuk menenangkan. Di tengah keheningan yang terjadi.

Geo hanya bisa menatap wanita yang paling dicintainya dengan tatapan sendu. Sedang wanita itu terlihat tidak nyaman dengan keberadaannya.

Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit mereka sampai di rumah sakit. Guntur memanggil para perawat untuk menangani perempuan itu.

"Bunda masih hidupkan?" Tanya Nasya melihat perempuan yang dipanggilnya bunda dibawa para perawat. Memecah keheningan yang lagi-lagi terjadi.

"Tentu saja masih hidup," Guntur mencubit pipi bocah yang menggemaskan itu.

"Abang pipinya sakit!" Ara memukul tangan sang suami yang tidak bisa melihat anak kecil selalu gemas. Semua kemesraan itu tidak terlepas dari pandangan Geo.

"Ayo kita culik Sayang," bisik Guntur yang masih bisa didengar Nasya.

"Om penculik juga?" Tanya Nasya pada Guntur, ternyata dua orang yang menolongnya ini sama-sama penculik.

"Tentu saja Om ini penculik," jawab Guntur sambil menahan diri agar tidak tertawa.

"Abang, jangan macam-macam!!" Ara melotot tajam pada sang suami. Disaat seperti ini suaminya masih saja bisa bercanda.

"Cuma satu macam Sayang," Guntur mengedipkan mata pada wanitanya.

Nasya membuang wajah dari Guntur lalu menoleh pada Geo. “Baju Om penculik kotor,” pekiknya lalu mengeluarkan tissue basah dari dalam tas.

“No problem nanti langsung Om buang bajunya,” jawab Geo asal karena kegerahan melihat kemesraan Guntur dan mantan kekasih.

“Om, gak baik mubazir.” Sahut Nasya kemudian matanya menatap perut buncit Ara, baru menyadari kalau wanita itu hamil.

“Ada baby sama kayak perut Ummi,” seru Nasya nyaring langsung memeluk Yumna. Hanya helaan napas berat yang keluar dari mulut Geo. Keadaan ini sungguh tidak menguntungkan dirinya.

“Kamu ini turunan siapa sih?” tanya Guntur gemas.

“Om ini selalu menyebalkan!” Nasya yang tadi senang langsung cemberut.

“Nasya, are you okay?” tanya Ken, paman bocah itu. Karena kakaknya Adnan sedang ada meeting yang tidak bisa ditinggal jadi dia yang datang ke rumah sakit.

“Yes, I’m okay. Tapi bunda masih belum bangun,” lirihnya memeluk kaki sang paman dengan erat.

“It’s okay. Dokter insyaAllah bisa sembuhin bunda.” Ken berjongkok lalu menggendong keponakannya dan mengucapkan terima kasih pada Geo yang sudah menolong kakak sepupu istrinya.

“Mereka yang membawa ke rumah sakit,” Geo menunjuk pada Guntur dan Ara kemudian dia berpamitan pulang lebih dulu.

“Om penculik namanya siapa?” teriak Nasya memanggil Geo yang meninggalkan mereka.

“Geo,” jawab Geo lalu melanjutkan langkahnya karena merasa tidak kuat hati berada diantara pasangan itu.

“Om penculik?” Ken mengernyitkan kening.

“Itu Om penculik yang Nasya ceritakan di pinggir danau Abi.” Nasya memanggil paman dan bibinya sama dengan sebutan untuk kedua orang tuanya. Ken mengangguk mengerti kemudian menoleh pada pasangan yang sedari tadi duduk di kursi tunggu melihat aksi mereka.

Terpopuler

Comments

Huzaima Moh Arif

Huzaima Moh Arif

ko sy blm ngeh banyak banget pemerannya,ad bunda,Abi jd ngulang spy paham

2024-08-29

3

andi hastutty

andi hastutty

astaga jodoh GEO sama2 patah hati

2023-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!