Mulan tak tahu apa yang ia lakukan. Meski dirinya menandatangani surat perjanjian itu dengan kesadaran penuh, tetapi tetap saja ia melakukan itu di bawah tekanan seseorang. Bahkan tanpa bisa melakukan perlawanan.
Semenjak Rayyan hadir ke dunia, secara otomatis seluruh hidupnya telah tercurah hanya untuk dia. Dan ketika bocah itu tak ada, ia seperti kehilangan separuh jiwa.
Bara Aditama adalah nama yang tertulis di sana. Pria itu yang kelak akan menikahinya. Mulan tak tahu pria itu siapa. Bahkan ketika membubuhkan tanda tangan pada surat perjanjian, pihak pertama tak ada di sana.
Hanya pria bernama Hendrik yang datang ke kamarnya dan memberinya perintah melakukan itu. Entah ke mana perginya Edo. Mungkin ia sedang melakukan penyembuhan wajah dan operasi hidung, sebab sepertinya semalam ia membuat tulang hidung mancung itu patah.
Dalam pertemuan singkat mereka tadi Mulan menyempatkan diri memperhatikan Hendrik. Pria itu juga berpenampilan rapi dan formal. Tubuhnya lebih tinggi dan proporsional dari Edo. Pria itu hanya menyebut calon suaminya dengan sebutan Tuan. Dan saat itu Mulan sempat mencurigai satu hal. Bukankah jelas-jelas pria beruban itu yang semalam dipanggil tuan? Meski masih terlihat gagah dan tampan, mungkinkah pria seumuran dia belum pernah menikah juga? Atau jangan-jangan ....
Dalam hati Mulan mendecih. Mungkinkah pria itu adalah perjaka tua yang menjerat wanita muda untuk dinikahinya? Lantas, kenapa sasarannya adalah dia? Wanita jelek dan kampungan yang tak memiliki harta benda. Apa karena Rayyan penyebabnya?
Mulan menghela napas kasar. Kendatipun terasa janggal, tetapi ia tak mungkin bisa melakukan perlawanan sebab yang jadi taruhan adalah Rayyan. Tak ada pilihan lain. Ia harus bersikap manis dan patuh sampai benar-benar bertemu dengan Rayyan. Lalu langkah selanjutnya, ia akan menyusun rencana untuk kabur dari sana. Meninggalkan tua bangka itu sendirian. Sejauh-jauhnya.
Namun, langkah pertama yang harus ia lakukan adalah mendatangi pamannya untuk meminta pria itu menjadi wali nikah. Untuk hal ini entah kenapa hatinya merasa berat. Bertemu dengan orang-orang itu seperti membuka luka lama yang masih menganga.
Sudah lebih tujuh tahun ia bersembunyi dan mengasingkan diri dari hingar-bingar kemewahan kehidupan metropolitan. Tak disangka, semua ini akhirnya terjadi dan ia harus melawan ketakutannya. Termasuk melepas semua amunisi untuk menyamar yang selama lebih tujuh tahun ini juga ia gunakan.
***
Sopir yang mengantar Mulan menghentikan mobilnya tepat di parkiran sebuah mall besar. Tentunya itu atas permintaan wanita tersebut yang beralasan hendak membeli sesuatu di dalam sana. Mulan bergegas turun dan melarang sang sopir yang berniat mengantarnya itu keluar dari mobilnya.
Sebelumnya, Hendrik memang menerima persyaratan Mulan agar wanita itu pergi ke kediaman sang paman sendirian saja. Tanpa rasa curiga, ia menunjuk seorang sopir yang hanya bertugas mengemudikan kendaraan, tanpa didampingi para bodyguard yang seharusnya memberi pengawalan pada calon Nyonya mereka.
Namun, siapa sangka. Ternyata Mulan tak kunjung kembali dan sopir itu kehilangan jejak Mulan hingga beberapa jam kemudian.
***
Tak ada satu pun yang tahu jika sosok wanita jelek yang masuk ke toilet wanita di mall besar itu keluar dengan penampilan yang berbeda.
Rambut keriting yang biasanya terlihat kusut dan tak terurus itu berubah lurus dengan warna hitam yang berkilau. Kaca mata tebalnya hilang entah ke mana. Baju kumal dan sandal sederhana yang tadi dikenakan kini berganti menjadi outfit mahal dan sepatu hak tinggi yang begitu pas melekat di badan.
Mulan bahkan melepas gigi palsu yang membuat bibirnya agak monyong ke depan. Ia merias wajahnya dengan sapuan tipis make up natural. Lalu terakhir membubuhkan lipstik warna nude hingga dirinya semakin terlihat segar.
Perubahan Mulan sangat drastis, dan itu adalah dirinya yang sebenarnya. Bahkan saking cantiknya Mulan, sang sopir yang tadi bertugas mengantarnya sampai-sampai tidak mengenali saat mereka berpapasan tanpa sengaja.
Setelah naik taksi selama beberapa waktu, Mulan meminta sopir menurunkannya di depan sebuah rumah besar dan mewah. Memang, rumah itu tak semewah rumah milik tuannya Hendrik yang kelak akan menikahi dirinya karena kesepakatan, tetapi baginya rumah itu sangat hangat dan penuh dengan kenangan.
Sejenak Mulan masih berdiri terpaku di sana, memandang sedih dan penuh kerinduan pada kediaman penuh kenangan, hingga akhirnya terkejut saat pagar besi itu terbuka dan muncul seseorang dari sana.
"Non Mulan? Benar ini Non Mulan?" Wanita berpakaian pelayan itu membulatkan mata tak percaya. Ia menjatuhkan kantong sampah di tangannya demi mengucek mata untuk memperjelas penglihatannya.
"Bi Sumi," lirih Mulan dengan nada bergetar. Meski senyumnya tersungging kaku, tetapi tak bisa menutupi matanya mulai yang berkaca-kaca.
"Ya Tuhan, Non Mulan! Syukurlah Non kembali!" Sumi menjerit histeris lalu berhambur memeluk Mulan. Wanita paruh baya itu bahkan tak segan menitikkan air mata bahagia. Mulan dengan sikap tegarnya mencoba mengusap punggung kurus wanita itu berniat untuk menenangkan.
"Sudah ya, Bi. Mulan baik-baik saja," ujarnya meyakinkan.
"Non Mulan ke mana saja selama ini? Semua orang sampai berpikir kalau Non Mulan telah mati," ujar Sumi dengan nada putus-putus lantaran sesenggukan. Ia mengurai pelukan mereka lalu menatap penuh kerinduan pada putri tunggal majikannya yang telah tiada.
Lebih tujuh tahun tak jumpa, rupanya keadaan Mulan tetap sama. Cantik dan baik terhadapnya. Banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan mengenai apa saja yang Mulan lakukan selama lebih tujuh tahun ini. Namun, hal itu terpaksa ia tunda lantaran putri sang majikan memiliki sebuah kepentingan terkait kepulangannya.
"Bi, apa Om Bima ada?"
"Oh, ada Non. Sedang sarapan bersama Nyonya Meylisa dan Nona Alexa."
"Makasih, Bi. Saya datang hanya untuk menemui mereka."
"Hah? Maksudnya ... Non Mulan mau pergi lagi?" Mata Sumi kembali berkaca-kaca.
"Untuk sementara memang begitu, Bi."
"Non," rengek Sumi sambil meraih tangan Mulan. "Pulang ya, Non. Kembalilah di sini. Rumah, perusahaan dan harta Tuan adalah milik Non Mulan semuanya. Bukanlah Tuan Bima atau Nyonya Meylisa! Saya tidak rela jika Non Alexa yang justru menikmati fasilitas mewah Non Mulan. Demi Tuhan saya tak rela!"
Mulan tersenyum lembut lalu mengelus punggung wanita itu. Yang dikatakan Sumi memang benar. Seluruh harta kekayaan yang dinikmati Bima dan keluarganya adalah milik orang tuanya. Bima hanya diutus untuk menjalankan bisnis mereka. Namun, ia belum bisa kembali sebelum urusannya juga selesai.
***
"Makan yang banyak, Sayang," tegur Meylisa pada Alexa yang pagi itu tampak ogah-ogahan menyantap sarapannya. "Bukankah hari ini ada meeting penting? Kau pasti butuh tenaga ekstra untuk ini. Dan itu, susunya jangan lupa diminum juga."
"Aku sedang diet, Mama. Jangan paksa aku makan banyak!" Dengan kesal gadis itu membalas teguran sang Mama. Akhir-akhir ini jarum timbangannya selalu geser ke kanan. Di saat dirinya mati-matian menahan lapar, sang Mama justru terus membujuknya untuk banyak makan.
Pemandangan berbeda justru ditunjukkan oleh Bima. Di saat istri dan anaknya asik berdebat, pria paruh baya itu hanya diam menikmati sarapannya.
Awalnya sarapan pagi keluarga kecil itu masih berjalan terkendali seperti biasanya. Namun, hal itu tak berjalan lama sebab sesuatu di luar dugaan pun terjadi setelahnya. Sesosok wanita cantik tiba-tiba muncul di tengah kebersamaan mereka dan mengacaukan semuanya.
"Selamat pagi ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Siti Mujimah
mulan ternyata oh ternyata
2023-09-01
0
Pia Palinrungi
waoww ternyata bulan oyang kaya...lanjut thor
2023-02-21
0