"Mulan. Bangun, Mulan. Coba lihat siapa yang datang."
Mulan merasakan tubuhnya diguncang, lalu suara Ratna menyusul terdengar samar. Ia berusaha membuka mata. Wajah Ratna yang sedang tersenyum langsung menyambutnya.
Mendapati dirinya tengah berbaring, Mulan spontan menyadari jika dirinya tertidur di kursi ruang tamu setelah tadi lelah menangis. Seketika rasa marah pada dirinya sendiri langsung timbul begitu saja. Bisa-bisanya ia enak-enakan tidur nyenyak sementara putranya tak jelas bagaimana kabarnya.
"Mulan. Kamu mau ke mana?" tanya Ratna panik sebab Mulan tiba-tiba bangun dan hendak beranjak pergi.
"Aku harus mencari Rayyan, Ratna. Putraku harus segera ditemukan!"
"Tapi kamu mau cari ke mana?" tanya Ratna cemas sambil memperhatikan pergerakan Mulan.
"Ke mana saja, Ratna. Asalkan putraku ditemukan."
"Mulan, dengarkan aku–" Ratna berusaha menahan Mulan, tetapi Mulan malah menepis tangannya dengan wajah menahan tangis.
"Lepas, Ratna. Aku harus pergi."
"Nyonya Mulan, Anda merasa sudah baikan?" Suara berat itu menginterupsi pergerakan Mulan. Wanita itu sontak berhenti, lalu menoleh ke sumber suara. Bola matanya sembab itu spontan membulat melihat sosok yang ada di sana.
Duduk seorang pria dengan balutan stelan jas mahal warna hitam. Rambut hitamnya disisir sangat rapi ke arah belakang. Mulan tak mengenal siapa dia, hanya saja senyuman penuh arti pria itu mampu mengintimidasi dirinya yang tengah rapuh.
"Si–siapa Anda?" tanya Mulan terbata. Ia hanya wanita jelek dan miskin. Jika sampai ada orang kaya bertamu ke kontrakannya yang kecil, bisa dipastikan ada masalah serius yang menimpa Rayyan, putranya. Ya, setelah menghilang siang tadi, bocah itu masih belum ada kabar hingga petang ini.
"Saya hanya orang suruhan atasan saya. Nyonya Mulan bisa memanggil saya dengan nama Edo jika berkenan," jawab pria itu tenang dengan senyumannya yang rupawan.
"Tuan Edo? Ada kepentingan apa Anda kemari?" tanya Mulan dengan kening bertaut heran. Wanita itu tak bisa menyembunyikan rasa penasaran.
Edo tak langsung menjawab. Usai memperkenalkan dirinya, ia justru mengeluarkan amplop coklat berukuran besar dari dalam koper berkasnya. Mata Mulan masih setia mengamati ketika ia membuka amplop itu lalu mengeluarkan sesuatu dari sana. Dan seketika wanita itu membelalak oleh apa yang dia lihat. Ia pun tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakannya.
"Apa itu?"
"Bisakah Nyonya Mulan duduk dengan tenang sebentar saja?"
Mulan mendengkus lirih. Meski demikian ia tetap bersikap patuh dengan menempati kursi kosong di samping Ratna.
"Apa Nyonya Mulan mengenal siapa bocah ini?" tunjuk Edo pada sosok di dalam foto. Ia lantas menaruhnya di atas meja lalu mendorong foto tersebut agar lebih dekat dengan Mulan.
Tubuh Mulan menegang. Matanya berkaca-kaca. Tentu saja ia tahu itu gambar siapa. Itu adalah foto putranya yang tengah berlari ke arah jalan. Foto itu jelas diambil dari potongan rekaman CCTV dari arah depan sekolah. Yang membuat Mulan kian gamang, tak ada foto adegan selanjutnya yang memperlihatkan Rayyan, sehingga ia harus berpikir keras mengira-ngira seperti apa keadaan putranya.
Yang ada hanya gambar kekacauan yang terlihat di sekitar tempat kejadian. Ada beberapa mobil yang mengalami kerusakan di beberapa bagian. Dan dari semua yang mengalami kecelakaan adalah mobil mahal yang hanya dimiliki oleh orang kaya.
Mulan tak tahu apakah ada korban jiwa atau tidak. Namun, yang membuatnya ingin menangis sekarang, adalah bagaimana keadaan sang putra?
"Di mana putra saya! Di mana Rayyan berada?" teriak Mulan histeris tanpa bisa lagi menahan air mata. Tangannya bahkan tanpa sadar menggebrak meja di depannya lantaran Edo hanya diam tanpa menjawab apa-apa. "Jawab! Jangan membuat saya kesal!"
Tak terpengaruh oleh kemarahan Mulan, Hendrik bahkan hanya tersenyum tenang seperti tak terjadi apa-apa. Lalu kemudian dengan santainya, ia menjawab.
"Keadaan putra Anda, itu bergantung bagaimana sikap Anda, Nyonya."
Mulan tergeragap. Wanita itu menghentikan tangis lalu bertanya tak mengerti. "Maksudnya?"
***
Duduk di jok belakang mobil mahal, Mulan berusaha menelaah apa yang sedang menimpanya. Setelah bertahun-tahun dirinya bisa hidup tenang, tiba-tiba saja putranya yang pendiam itu berbuat ulah mengacaukan pikiran. Ia bahkan dipaksa ikut bersama orang kaya ini untuk mengetahui keberadaan Rayyan.
Tak ada satu barang pun yang ia bawa dari kontrakannya. Entah dengan alasan apa Hendrik melarangnya. Terpaksa, Mulan harus berangkat dengan penampilan seadanya.
Padahal sudah sejam lebih mereka dalam perjalanan. Namun, sepertinya belum ada tanda-tanda akan sampai tujuan.
Sepanjang perjalanan, Mulan hanya bisa diam tanpa berani menanyakan hal apa pun tentang Rayyan. Tentu saja ini atas ancaman tegas pria berbadan tegap yang saat ini duduk di sisinya.
Malam sudah larut ketika mobil itu berbelok ke sebuah bangunan mewah. Apa ini rumah? Mulan mengerutkan kening ketika menyadari dirinya justru dibawa ke sebuah rumah yang sangat megah, dan bukanlah rumah sakit seperti yang sempat ia pikirkan.
Ia hanya bisa melangkah patuh mengekori pria bernama Edo itu. Berusaha tetap tenang sekalipun hati sudah tak sabaran ingin melihat keadaan Rayyan dan memeluk putra semata wayangnya dengan penuh kerinduan.
Kesabaran Mulan kian diuji dengan titah gila Edo pada seorang maid yang menyambut mereka untuk menyiapkan sebuah kamar tidur baginya.
"Kamar?" protesnya pada Mulan dengan alis bertaut heran.
"Ya. Tentu saja." Edo menjawab enteng. "Sepertinya kita perlu beristirahat. Bukankah Nyonya merasa lelah setelah melakukan perjalanan jauh?"
Padahal Edo berbicara dengan nada wajar, tetapi entah mengapa itu mampu menyulut api amarah Mulan. Bukan hanya tangan wanita itu yang terkepal, tetapi matanya juga menatap Edo penuh ancaman. Ia salah memaknai maksud dari kata-kata 'istirahat' yang Edo ungkapkan. Bahkan merasa dipermainkan di saat keadaan putranya tanpa kejelasan.
"Istirahat, kau bilang? Kau pikir aku bisa istirahat sementara aku tak tahu keadaan putraku seperti apa!"
Edo terkejut saat tiba-tiba Mulan mencengkeram kerah jasnya. Ia tak sempat mengelak sebab ini di luar dugaannya. Wanita jelek yang terlihat rapuh itu ternyata memiliki tenaga besar. Mulan mengamuk layaknya singa yang lapar. Ia bahkan sampai kesakitan lantaran Mulan membenturkan tubuhnya ke tembok di belakang.
Keadaan Edo kian terancam. Belum sempat dirinya melakukan perlawanan, Mulan justru kembali melayangkan ancaman dengan garang. "Katakan di mana putraku berada, atau rumah mewah ini benar-benar kuhancurkan!"
Edo nyaris tak percaya andai saja Mulan tak berhasil menjatuhkan tubuhnya. Wanita itu bahkan mengunci pergerakan dengan memelintir tangannya ke belakang dan menindih tubuhnya hingga tak bisa lagi berkutik.
Sialan. Ia merasa terhina sebagai seorang pria. Andai sejak awal ia tak terkecoh oleh penampilan dan tak bersikap meremehkan. Ingin melawan, tetapi apalah daya. Ia hanyalah orang suruhan bosnya yang tidak mengizinkan Mulan terluka. Ia bahkan menahan beberapa anak buahnya yang bergerak maju hendak menolong.
"Kenapa diam! Katakan putraku di mana!" hardik Mulan tak sabaran. Seolah belum puas menghajar, wanita itu menjambak rambut Edo lalu membenturkan wajahnya ke lantai berulang-ulang. Emosi bercampur sedih membuat jiwa petarung yang sejak lama ia redam kini meronta-ronta ingin diluapkan. Mulan menghajar Edo dengan derai air mata dan amarah yang membuncah. Ia bahkan nyaris mematahkan tangan Edo andai saja tak memiliki belas kasihan.
Di saat seperti ini, kata-kata Edo beberapa waktu kembali terngiang di benak Mulan.
Saya hanya orang suruhan atasan saya. Nyonya Mulan bisa memanggil saya dengan nama Edo jika berkenan.
Orang suruhan? Jangan-jangan?
Kembali naik darah, Mulan menarik rambut Edo dengan gigi yang menggemertak. "Owh, bukankah kau hanya orang suruhan? Lantas di mana bosmu itu hah? Di mana!" desaknya dengan lantang.
Edo yang tidak bersuara justru membuatnya kian meradang. Mulan menekan punggung Edo dengan lutut, menarik kepala pria itu dengan kuat, lalu kemudian mendesis di telinganya.
"Kau pasti suruhan Reno. Kau pasti disuruh Reno menculik Rayyan! Katakan, di mana Reno sekarang!"
"Bagus!" Suara tepuk tangan menggema dari balkon lantai dua. Seketika Mulan melempar pandangan ke sana lalu bibirnya pun ternganga.
Melihat sosok pria beruban tengah berdiri di sana dengan sikap jumawa, jambakan Mulan terasa mengendur di rambut Edo. Ia tak mengenal pria itu. Namun, dari sikapnya yang angkuh, Mulan bisa memastikan jika pria itulah bos Edo yang sebenarnya.
"Teruskan!" ujar pria itu dengan lantang. "Hajar dia sampai mati jika kau ingin melihat mayat putramu hari ini."
Mulan tercekat. Lagi-lagi nyawa Rayyan yang mereka gunakan untuk menekan dirinya. Wanita itu mendengkus lirih sebelum melepaskan Edo dengan terpaksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
lanjut thot, penasaran ayah rayyan
2023-02-21
0
💞 Hati Hampa 💞
wah,,Mulan ternyata org kaya
2023-02-16
4