4

Laura dimarahi dan mendapat ceramah panjang karena mendapatkan posisi kedua pada pembagian raport kali ini. Padahal itu peringkat untuk seluruh murid yang ada di kota mereka, artinya peringkat kedua sudang sangat menakjubkan untuk sebagian besar orang. Yah, kalau mereka keluarga normal tentunya. Tapi itu tak berlaku untuk Pipit yang sangat menuntut anaknya untuk selalu menjadi yang pertama. Pipit memberlakukan pembelajaran yang lebih ketat lagi, bahkan wanita itu berniat mengikat kaki anaknya di meja belajar agar Laura terus belajar dengan fokus tanpa terpengaruh apa pun.

Bibi pelayan datang membawakan makanan untuk nona majikannya itu, dia juga membujuk agar anak itu mau mengisi perutnya meski hanya sedikit saja. Untungnya Laura termakan juga bujukan bibi pelayan tadi, dia setuju untuk makan sesuai saran wanita di depannya ini.

"Ini raport anda, nona?" tanya si bibi menunjuk kertas-kertas yang tadi sudah dirapikan oleh Laura.

"Ya," balas Laura singkat.

"Bolehkah bibi melihatnya sebentar, nona?" tanya wanita itu lagi. Dia penasaran seberapa buruk sebenarnya nilai nonanya ini hingga majikannya marah besar seperti tadi.

Laura mengangguk pelan. "terserah bibi," kata gadis itu menyelesaikan makannya di suapan ke lima. Asupan makanan yang terlalu sedikit untuk gadis seusia nonanya ini.

"Astaga, nona benar-benar pintar!" kata-kata pujian itu terucap begitu saja setelah wanita tua itu melihat deretan nilai-nilai nona majikannya ini. "Bagaimana bisa anda begitu jenius dan cantik, nona?" kata si pelayan menatap bangga ke arah Laura.

Laura tak mengubah ekspresinya, wajahnya tetap saja datar menerima pujian pelayannya barusan. "Saya masih jauh dari kata pintar, bi," balas si anak dengan nada pelan. "Makanya saya harus belajar lebih banyak agar mama senang dan puas saat saya mendapatkan nilai sempurna nanti," lanjut gadis itu merasa dirinya masih kurang.

Si bibi pelayan tak bisa lagi berkata-kata, wanita itu hanya bisa menatap iba ke arah majikan kecilnya itu. Kemana hilangnya gadis kecil yang sangat ceria dulu. Di mana senyum polos dan tingkah lucu yang selalu ditampilkan nonanya itu. Kini nonanya tak ubah seperti robot, hanya tahu belajar, belajar, dan belajar. Mengikuti semua perkataan nyonya besar mereka.

Secara tak sadar, tangan wanita tua itu mengelus lembut kepala Laura. "Nona sudah sangat pintar menurut saya. Nona sangat berharga, bahkan jika nona melakukan suatu kesalahan karena kecerobohan, saya akan menganggap itu sebagai hal lucu karena nona masih kecil. Jadi, jangan terlalu keras pada diri anda sendiri, nona," kata si bibi merasa terenyuh melihat nonanya memikul begitu banyak beban dan tekanan dari berbagai arah.

Laura menelengkan kepalanya, dia menatap aneh pelayan tua yang sedang bersimpati padanya itu. "Saya hanya ingin membuat mama bahagia, saya tak terlalu peduli pendapat orang lain, bi," kata Laura menanggapi.

Memang terdengar dingin, tapi pelayan itu tahu kalau nonanya tak bermaksud menyakiti hatinya dengan berkata jahat. Gadis itu hanya jujur dengan apa yang dia rasakan dan inginkan saat ini. Laura ingin melihat ibunya kembali tersenyum hangat padanya, mengatakan kalau dia senang dan bangga memiliki anak sepertinya. Mereka bisa tertawa bersama, tanpa peduli dengan apa pun yang orang lain katakan tentang keluarga mereka.

Si bibi tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. "Anda anak termanis dan terbaik yang pernah bibi kenal, nona!" kata si bibi dengan nada penuh kasih sayang.

"Itu karena bibi sudah lama bekerja di sini dan hanya ada saya satu-satunya nona yang bibi layani," timpal Laura dengan santai menanggapi.

"He-he, anda benar, nona," kata si bibi tertawa kecil. "Kalau begitu saya permisi dulu, nona. Semangat belajarnya, jangan lupa istirahat sebentar kalau anda lelah, nona," kata pelayan itu pamit untuk pergi. Dia masih memiliki pekerjaan lain yang harus dilakukannya, padahal dia ingin terus menemani nona kecilnya dan memberikan semangat serta dukungan bagi gadis malang itu. Namun, apa data. Dia hanya pelayan kecil yang makan gaji dari nyonya yang dia layani, dia tak mungkin ikut campur terlalu banyak dengan jelas. Si pelayan tak lupa mengingatkan nonanya untuk memanggil mereka saat nonanya memerlukan sesuatu, Laura mengangguk tanpa menatap lagi seperti sebelumnya.

Begitu pintu kamarnya kembali tertutup setelah dibuka barusan, Laura meletakkan buku yang sejak tadi dia baca begitu saja di meja, membiarkan buku itu terbuka. Tangan Laura menyentuh kepalanya yang tadi dielus oleh pelayannya, seulas senyum tulus terbentuk meski hanya sesaat. "Hangat," gumam gadis itu. Setelahnya ekspresi wajahnya kembali seperti semula, datar dan fokus pada buku yang kembali dia baca.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Pelayan yang barusan membawakan makanan untuk nona mereka berjalan dengan pelan, wanita itu sibuk memikirkan nona mereka yang terlihat sangat patuh dan menuruti semua tuntutan sang nyonya. Patuh memang bagus, tapi terlalu patuh terasa sangat aneh. Bukannya di mengatai majikan kecilnya itu aneh, hanya saja dia merasa majikannya itu seperti robot yang sudah diprogram untuk melakukan apa saja yang sudah dimasukkan ke dalam datanya. Terlalu monoton dan tak berwarna, sangat tak menyenangkan, dan penuh dengan tekanan. Si pelayan khawatir kalau nona mudanya itu lama-kelamaan bisa-bisa stress berat dan susah disembuhkan kalau sudah terjadi.

"Kenapa nona gak main ke luar, ya? Padahal ini kan udah masuk libur panjang?" si pelayan tak sengaja mendengar ocehan para pelayan lain di tengah sibuknya pekerjaan mereka. Gosip sudah seperti hal wajib di antara para pelayan yang berkumpul bersama.

"Kamu gak tahu karena kamu anak baru di sini. Nona kita itu gila belajar, tahu!" celetuk yang lain dengan suara pelan.

"Apa nona sangat bodoh? Makanya harus belajar terus?" tanya pelayan yang katanya baru diterima di rumah Laura.

"Bukan begitu, justru nilai nona sangat-sangat sempurna menurut aku!" bisik pelayan lain. "Tapi entah kenapa, nyonya kita tak pernah merasa puas dan terus saja menuntut yang lebih," bisiknya melanjutkan.

"Astaga, kasihan sekali nona kita," pekik si pelayan baru merasa kasihan. Harusnya anak seumuran nona mereka itu menikmati waktu untuk bermain game atau berkumpul bersama teman sebayanya. Bukannya hanya berhadapan dengan deretan huruf dan angka yang sangat memuakkan setiap detiknya.

"Kalau kalian sudah tak suka bekerja di sini, teruskan bergosip seperti sekarang!" si pelayan tua mulai tak suka mendengar nonanya digosipkan.

"Kepala pelayan!" pekik mereka serempak, terkejut dengan kehadiran kepala pelayan yang terkenal galak di antara mereka.

"Kenapa? Apa kalian baru saja melihat hantu?" kata wanita tua itu sambil melempar tatapan tajam.

Mereka menggeleng serempak, takut kalau mereka dipecat hanya karena bergosip. Hari gini susah cari kerja, lapangan pekerjaan sangat sulit dengan berbagai persyaratan yang ditetapkan. Belum lagi kalau mereka mendapatkan bos yang seenaknya, bilangnya saja butuh koki, padahal pas masuk dan bekerja, mereka harus mengerjakan hal lain yang bukan tugas mereka dari awal. "Maafkan kami, bu kepala!" kata mereka takut.

Si pelayan tua melambaikan tangan sambil menghela napas pelan. "Pergi, kerjakan pekerjaan kalian dengan baik. Dan jangan lagi bergosip tentang nona kalau masih mau bekerja di sini untuk waktu yang lama!" buru-buru mereka segera pergi tanpa menunggu waktu lebih lama. Bisa saja mereka dipecat kalau mereka tak segera pergi, lebih baik mencari aman. Mereka semua berjanji akan mengunci rapat mulut mereka, lebih baik mereka bergosip tentang artis dari pada dipecat karena menggosipkan nona mereka. Setidaknya menggosipkan artis tak akan membuat mereka dipecat, ya paling mereka hanya diperingatkan dan disuruh kembali bekerja, itu pun kalau mereka bergosip saat jam kerja. Kalau tidak, maka mereka tak akan dihukum atau pun ditegur.

...°°°°°...

...══════❖•ೋ° °ೋ•❖══════...

Terpopuler

Comments

Sri Astuti

Sri Astuti

ibu yg terobsesi dan ambisius menjadikan anak spt sebuah boneka

2022-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!