bab 4

Kenan dan Alice duduk berdampingan di sofa, masing-masing memegang secangkir teh hangat. Suasana di antara mereka terasa hangat dan penuh kasih sayang. Kenan, dengan senyum jahil, menoleh ke Alice.

"Sayang, ayolah ikut bersamaku ke kantor." Bujuknya, matanya berbinar-binar penuh harapan.

Alice tersenyum manis, matanya berbinar-binar, namun sedikit geli melihat wajah suaminya. "Mas, kita sudah tua, lihat tu rambut kamu sudah banyak ubannya tau, malu sama anak-anak kita..."

"Apa salahnya kita mesra dan romantis seperti dulu waktu kita baru menikah?" Kenan menimpali, tangannya meraih tangan Alice dan menggenggamnya erat.

"Kamu ya Mas, baiklah Alice ikut tapi, jangan macam-macam ya waktu disana." Alice menatap suaminya dengan tatapan tajam, seolah memperingatkan Kenan.

"Baiklah, tapi tidak janji, bukankah tidak masalah bagi seorang suami menginginkan dimana pun bersama istrinya?" Kenan bertanya, mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.

"Dasar mesum!" Alice berlalu pergi menuju kamarnya, meninggalkan Kenan yang masih tergelak. Kenan segera mengejar Alice, senyum nakalnya tak kunjung padam.

Tanpa mereka sadari, Dilan memperhatikan dan mendengar percakapan mereka dari atas. Senyum tipis terukir di bibir Dilan, matanya berbinar-binar penuh kebahagiaan.

"Ternyata Papa dan Mama sangat romantis, aku sangat bahagia, bisa melihat mereka selalu bersama dan tidak pernah aku melihat mereka bertengkar," Dilan bergumam, hatinya terasa hangat. Ia kemudian bergegas turun, duduk di sofa, dan memainkan ponselnya.

"Ternyata tidak ada Dilara membuat hatiku sedih dan tidak bersemangat seperti saat ini, semoga saja dia cepat kembali, aku sangat merindukanmu adik tapi sama usia," Dilan bergumam dalam hati, matanya menatap kosong ke arah layar ponselnya.

 

Bastian dan Dilara berada di dalam mobil, keduanya sama-sama diam, tidak ada yang bersuara satupun. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya suara mesin mobil yang menemani perjalanan mereka. Bastian sesekali melirik Dilara yang duduk di sampingnya, wajahnya tampak murung.

"Aku ingin sekali membuka koper ini, mungkinkah ada batu didalam ini kenapa berat sekali, kalau bukan adikku sudah aku buang saja koper berat sekali," batin Bastian, tangannya tak sengaja menyentuh koper yang berada di sampingnya.

Setelah mereka sampai di rumah Azi Prananda, mereka berdua turun dari mobil. Bastian mengambil koper milik Dilara dengan perlahan, mendorong koper tersebut.

"Astaga, aku akan membawa koper batu ini ke atas," batin Bastian, wajahnya sedikit mengernyit menahan beban koper yang berat.

Ketika mereka masuk, Azi dan Riska sudah menunggu mereka. Dilara langsung berlari memeluk Kakeknya, sementara Bastian hanya diam dan melihat mereka saja. Wajah Dilara tampak ceria, matanya berbinar-binar.

"Cucu Kakek ini, kamu akan tinggal bersama dengan Kakek dan Oma disini," ucap Azi, melepaskan pelukannya dan menatap wajah cucunya.

"Benar, tapi apa Kakek sudah tahu hukuman dari Papa?" Dilara bertanya, matanya menatap wajah Kakeknya yang tersenyum.

"Sudah, mana mungkin menantu tersayang Kakek tidak bercerita." Azi menjawab dengan nada santai.

"Dilara..."

Seorang wanita cantik memakai pakaian santai berlari menghampiri Dilara dan memeluknya.

"Lepaskan Tante, kita selalu bertemu di kampus bukan?" Dilara berkata, wajahnya menunjukkan sedikit ketidaksukaan.

Alessandra melepaskan pelukannya dan ia tersenyum manis kepada Dilara. "Maaf aku terbawa suasana sebab kau akan tinggal bersama dengan kami disini, kau tahu bukan aku tidak memiliki adik. Jadi aku kesepian disini..." Alessandra berkata sambil tersenyum menatap wajah Ayahnya.

"Ale, bawa Dilara masuk kedalam kamarnya," pinta Riska pada putrinya.

"Baik, Ibu, ayo kita masuk kedalam kamar mu." Alessandra menarik tangan Dilara, mengajaknya menuju kamar.

"Baik. Kak ayo bawakan koper Dilara." Dilara berkata, lalu berlalu pergi menuju atas.

"Bastian kamu hanya diam saja, cepat bawa koper itu kita ada meeting penting bukan pagi ini?" ucap Azi yang menatap kearah Bastian.

Bastian tersenyum dan ia langsung berjalan dengan sekuat tenaganya membawa koper Dilara yang sangat berat. Bastian berlahan membawa koper tersebut sampai ia mengeluarkan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Wajahnya memerah, dan napasnya tersengal-sengal.

Setelah sampai di atas, Bastian bernafas lega sebab ia sudah sampai dan ia bergegas membawa koper tersebut masuk kedalam kamar Dilara. Setelah sampai kamar ia langsung meletakkan koper tersebut di samping sofa lalu ia duduk di sofa.

"Kak Bastian, kenapa Kakak berkeringat?" ucap Dilara yang menatap wajah Kakaknya tersebut.

"Sebenarnya Kakak ingin jujur tapi, kamu jangan marah ya?"

"Katakan saja Kak Bastian pasti Dilara tidak akan marah bukan Dilara." Alessandra menepuk pundak Dilara dengan perlahan.

"Sebenarnya kamu membawa apa didalam koper ini kenapa berat sekali..." ucap Bastian dengan nafas ngos-ngosan dan ia menatap wajah Dilara. Wajahnya menunjukkan rasa penasaran.

Alessandra menatap wajah Dilara dan ia juga menatap kearah koper milik Dilara.

"Oh, didalam ada alat olahraga milik Dilara Kak..." Kata Dilara sambil tersenyum manis, sedangkan Bastian langsung lemas. Wajahnya menunjukkan rasa kecewa.

"Elo ya Ra, ada-ada aja kasian tu kakak elo, kan?" Alessandra menepuk pundak Dilara dengan perlahan.

"Ini kenapa aku tidak menyukainya," batin Dilara, matanya melirik Alessandra dengan sedikit kesal.

"Kalau begitu Kakak pergi dulu ya, kamu jangan lupa siang ini ada jam kuliah bukan?" Bastian beranjak dari duduknya dan ia menatap wajah Adiknya tersebut.

"Baik Kak, terimakasih sudah mengantarkan Dilara, jangan lupa ya, nanti malam datang." pesan Dilara kepada Kakaknya.

"Nanti malam?" ucap Bastian dengan sangat bingung.

"Masa Kakak lupa, bukankah kita akan pergi ke..." Dilara menghentikan ucapannya dan ia mengedipkan sebelah matanya. Wajahnya menunjukkan sedikit senyum jahil.

"Katakan saja Kakak lupa."

"Cepat Ra, ada apa aku penasaran?"

"Em, sebenarnya setiap malam Minggu Dilara akan pergi ke Cafe untuk nyanyi maksudnya ngamen." ucap Dilara. Sontak saja Alessandra terkejut, matanya terbelalak.

"Elo ngamen, yang benar aja, bukannya Papa Mama elo orang kayak terus buat apa lagi elo uang?" tanya Alessandra yang sangat penasaran. Wajahnya menunjukkan rasa heran.

"Bukan untuk uang Tante, tapi, Dilara hanya ingin membantu anak-anak yang kurang mampu itu saja." jelas Dilara.

"Baiklah nanti malam bersiaplah..." ucap Bastian yang berlalu pergi.

Setelah kepergian Bastian, Alessandra menghampiri Dilara dan ia menatap wajah Dilara dengan sangat dalam.

"Elo, emang keponakan gue yang terbaik dan mulia. Kenapa elo enggak pinta uang aja sama Kak Alice?" tanya Alessandra dengan sangat penasaran.

"Benar sih tapi, aku juga mau menghasilkan uang sendiri tau. Aku sangat bangga pada diri aku sendiri Tan," Dilara menjawab dengan bangga.

"Ya udah, gue akan lihat elo deh entar malam, ngomong-ngomong elo walaupun enggak memiliki sifat wanita tapi, elo memiliki jiwa wanita juga ya."

"Tante, aku juga wanita sebel deh," Dilara menjawab dengan sedikit kesal.

"Iya, enggak-enggak becanda doang." Alessandra tertawa kecil.

 

Dilan sudah sangat rapi, ia bersiap-siap untuk berangkat ke kampus dan ia berjalan menuju motor sport miliknya. Ia segera menaikinya, selama di perjalanan ia terus memperhatikan jalanan. Wajahnya tampak tenang dan fokus.

Setelah sampai ia langsung memarkirkan motornya dan ia membuka helem yang ia gunakan tadi. Para wanita yang melihatnya tampak terpesona, matanya tertuju pada Dilan.

"Dilan!" teriak seorang gadis cantik yang memakai dress berwarna merah seksi menghampiri nya.

"Maaf aku sudah terlambat." Dilan bergegas pergi meninggalkan wanita cantik tersebut, saat di jalan ia melihat wanita berjilbab dihadapannya dan ia menghentikan langkahnya. Wajahnya tampak sedikit terkejut.

"Siang Nona..." sapa Dilan kepada wanita berhijab tersebut.

"Siang, maaf saya sudah ada kelas, bukankah kamu juga sama?" tanya wanita berjilbab tersebut.

"Ha, iya benar sekali, ayo kita sama-sama masuk kedalam kelas saja." ucap Dilan yang menatap wajah wanita berjilbab tersebut.

"Mari, tapi saya berjalan di belakang kamu saja sebab kita bukan mahram." ucap wanita berjilbab tersebut yang membuat Dilan bingung. Wajahnya menunjukkan rasa heran.

"Mahram?"

"Iya, itu artinya agama saya yang mengartikan kita tidak boleh bersentuhan dan tidak boleh berdekatan dan kita tidak boleh saling pandang." jelas wanita berjilbab tersebut.

"Hey, aku juga Islam..."

"Oh maaf saya kira kamu non muslim, sebab kamu tidak pernah mengucapkan salam."

.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

IW

IW

Bukankah anak azi & riska bernama Agam Prinanta kenapa menjadi Alessandra author? 😅

2022-12-25

0

lihat semua
Episodes
1 01
2 bab 02
3 bab 3
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 POV Dilan. Tergoda janda cantik
16 POV Author. Buaya darat
17 bab 15
18 POV Author mengadopsi anak remaja
19 POV Author. Rencana Dilara dan Alessandra
20 POV Author. Masa depan yang tersakiti
21 POV Author.
22 POV Author, rencana Dilara dan Alessandra berjalan lancar
23 POV Author
24 POV Author, Dilan menikahi Kisya
25 POV Author
26 POV Author
27 POV Dilan
28 POV Author
29 POV Author
30 POV Author
31 POV Author mafia cantik
32 POV Author
33 POV Author
34 POV Author
35 POV Author
36 POV Author
37 POV Author
38 POV Author
39 POV Author cuci piring
40 POV Author mafia cantik
41 POV Author buaya buntung buaya darat
42 POV Author sudah jadian
43 POV Author perasaan yang sama
44 POV Author memiliki bukti
45 POV Author Sholat Subuh berjamaah
46 POV Author pergi ke pantai
47 POV Author menyusun rencana pernikahan
48 POV Author, doa untuk Dilara
49 Kompak sekali
50 Rencana Kisya
51 Doni dan Bastian
52 Kembar selalu sama
53 Empat perasaan yang hancur
54 Di pingit
55 Menikah
56 Tidur bersama
57 Pindah ke Apartemen
58 Kecoak
59 Memijat suami?
60 Ameena
61 Dilara memakai jilbab
62 Bertemu Alessandra
63 Perasaan Ameena
64 Rencana Bagas membuat bisnis
65 Tidak suci lagi
66 Ungkapan Ameena
67 Dilara mual
68 Ingin menjadi istri terbaik
69 Malam pertama
70 Junga
71 Bertengkar lagi
72 Malam kedua
73 Masuk rumah sakit
74 Kenan menguping
75 Bertemu Kisya kembali
76 Ciuman penambah stamina
77 Pawang untuk Dilara
78 Salah sasaran
79 Dilan dan Alessandra
80 Ramalan Caira gadis kecil
81 Perubahan sikap Dilara
82 Alessandra berhalusinasi
83 Perasaan Dilara
84 Harus berbohong
85 Dendam Kenta
86 Melamar pekerjaan
87 Pertama bekerja
88 Apakah cemburu?
89 Agam Prananda
90 Riska pingsan
91 Muntah Muntah
92 Hamil
93 Dilara mengetahui
94 Amarah Dilara
95 Bagas sakit
96 Sama-sama Muntah
97 Pernikahan
98 Tamat
Episodes

Updated 98 Episodes

1
01
2
bab 02
3
bab 3
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
POV Dilan. Tergoda janda cantik
16
POV Author. Buaya darat
17
bab 15
18
POV Author mengadopsi anak remaja
19
POV Author. Rencana Dilara dan Alessandra
20
POV Author. Masa depan yang tersakiti
21
POV Author.
22
POV Author, rencana Dilara dan Alessandra berjalan lancar
23
POV Author
24
POV Author, Dilan menikahi Kisya
25
POV Author
26
POV Author
27
POV Dilan
28
POV Author
29
POV Author
30
POV Author
31
POV Author mafia cantik
32
POV Author
33
POV Author
34
POV Author
35
POV Author
36
POV Author
37
POV Author
38
POV Author
39
POV Author cuci piring
40
POV Author mafia cantik
41
POV Author buaya buntung buaya darat
42
POV Author sudah jadian
43
POV Author perasaan yang sama
44
POV Author memiliki bukti
45
POV Author Sholat Subuh berjamaah
46
POV Author pergi ke pantai
47
POV Author menyusun rencana pernikahan
48
POV Author, doa untuk Dilara
49
Kompak sekali
50
Rencana Kisya
51
Doni dan Bastian
52
Kembar selalu sama
53
Empat perasaan yang hancur
54
Di pingit
55
Menikah
56
Tidur bersama
57
Pindah ke Apartemen
58
Kecoak
59
Memijat suami?
60
Ameena
61
Dilara memakai jilbab
62
Bertemu Alessandra
63
Perasaan Ameena
64
Rencana Bagas membuat bisnis
65
Tidak suci lagi
66
Ungkapan Ameena
67
Dilara mual
68
Ingin menjadi istri terbaik
69
Malam pertama
70
Junga
71
Bertengkar lagi
72
Malam kedua
73
Masuk rumah sakit
74
Kenan menguping
75
Bertemu Kisya kembali
76
Ciuman penambah stamina
77
Pawang untuk Dilara
78
Salah sasaran
79
Dilan dan Alessandra
80
Ramalan Caira gadis kecil
81
Perubahan sikap Dilara
82
Alessandra berhalusinasi
83
Perasaan Dilara
84
Harus berbohong
85
Dendam Kenta
86
Melamar pekerjaan
87
Pertama bekerja
88
Apakah cemburu?
89
Agam Prananda
90
Riska pingsan
91
Muntah Muntah
92
Hamil
93
Dilara mengetahui
94
Amarah Dilara
95
Bagas sakit
96
Sama-sama Muntah
97
Pernikahan
98
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!