Happy reading
"Jangan pergi dariku ya," pinta Beby pada Satya yang juga sedang berbaring disampingnya itu.
Keduanya kelelahan karena adegan ehem ehem tanpa bisa masuk gua itu. Tapi syukur karena Beby tidak sepolos yang dipikirkan jadi ia tak begitu sakit kepala Satya.
"Kenapa ngomong gitu? Tanpa aku jawab pun kamu sudah tahu jawabannya," tanya Satya menatap lembut wanita yang sudah bersamanya sekitar 4 tahun yang lalu itu.
Satya dan Beby tahu rahasia masing masing, mereka juga korban broken home. Dimana Mama dan Papa Satya sering berantem saat Satya kelas 9 SMP hingga akhirnya bercerai hingga Satya dibawa oleh Mamanya setelah ia kelas 1 SMA Satya memutuskan untuk membeli apartemen sendiri dengan uang saku yang sudah lama ia simpan.
Mama Satya adalah seorang desainer ternama yang butiknya juga ada dimana mana. Tapi hal itu membuat Satya jauh dari Mamanya karena Mamanya sibuk dengan pekerjaannya tanpa memperhatikan dia yang masih butuh perhatiannya.
Juga orang tua Beby yang lebih mementingkan adiknya disana seperti tak ingat di sini masih punya anak yaitu Beby. Beby di tinggal oleh Mama dan Papanya sejak dia berusia 8 tahun.
Dulu Beby diasuh neneknya tapi setelah neneknya meninggal diusia Beby 16 tahun. Beby memilih untuk hidup sendiri walau ia masih mendapat kiriman uang dari orang tuanya.
"Sudah jangan sedih, kan masih ada aku," ujar Satya mengelus rambut Beby dengan lembut.
Beby tersenyum dengan lembut, bersama Satya ia bisa merasakan lagi kasih sayang yang selama ini belum ia miliki. Jika ditanya menyesal atau tidak Beby menyerahkan kehormatannya pada Satya jawabannya iya. Memang ada rasa menyesal dalam hati Beby tapi mau bagaimana lagi, beras sudah menjadi nasi liwet tinggal kasih lauk dan siap dimakan.
"Ohh shitt... Udah jam 7 malam Beb. Dews dan Dewi masih ada di perpustakaan," panik Satya saat melihat jam dinding kamar itu.
Merekapun akhirnya memutuskan untuk mencuci muka saja. Untunglah pakaian Beby masih aman di tubuhnya walau sedikit kusut.
***
"Dewa, Dewi ngantuk," ujar Dewi menutup matanya.
Sepertinya di luar sudah malam dan mereka masih berada di perpustakaan sekolah. Apalagi cuaca dingin membuat Dewi yang tak tahan dengan yang namanya dingin langsung meletakkan tangannya di dada Dewa.
"Ara badan kamu panas lagi?" tanya Dewa mulai panik karena suhu tubuh kekasihnya panas seperti minggu lalu.
"Hmm, tapi aku ngantuk."
"Ya sudah kamu boleh tidur," jawab Dewa membuka jas almamater miliknya kemudian membuka kancing baju seragamnya dan memeluk tubuh Dewi yang panas itu.
"Kemana sih mereka, kok belum juga bukain pintu ini. Suhu tubuh Dewi makin naik lagi," gumam Dewa memeluk erat Dewi agar tak kedinginan.
Dewa mencari tempat yang sekiranya hangat untuk tubuh Dewi. Hingga ia melihat sebuah sofa disudut perpustakaan walau sedikit jauh.
"Astaga, apa aku harus membangun kamar pribadi di sekolah ini?" tanya Dewa menatap sofa itu.
Dewa saat ini hanya duduk di sofa mini saja walau cukup untuk mereka berdua tapi jika digabung dengan sofa yang ada di samping rak buku itu semakin lebar.
Saat Dewa ingin bangun, suara lirih Dewi menghentikannya.
"Aku mau peluk kamu aja, gak mau tidur disofa."
"Tapi kamu panas sayang, aku gak bisa tinggal diam aja."
"Di dalam tas aku ada minyak telon kok."
Dewa yang mengerti itu langsung mengambil apa yang diucapkan Dewi. Ia mengambil minyak telon yang hampir tak pernah lupa dibawa oleh Dewi.
Pria itu mulai menggosokkan minyak itu di kaki dingin Dewi sedangkan satu tangannya mengelus lembut rambut Dewi. Bahkan bibirnya tak henti hentinya mengecup kening dan rambut Dewi.
"Jangan sakit, jangan sakit. Ara wanita yang kuat kamu gak boleh sakit lagi. Aku gak mau kamu seperti minggu lalu," gumam Dewa dengan lembut.
"Heem."
Dewi yang merasakan perhatian kekasihnya itu tersenyum hangat dibalik dada bidang Dewa. Ia bersyukur memiliki Dewa dalam hidupnya, sejak perkenalan dulu. Dewa selalu melakukannya istimewa bahkan jika ia membuat kesalahan tapi Dewa tak pernah memarahinya ataupun main tangan.
Mereka dijodohkan saat Dewa dan Dewi kelas 1 SMA, dulu mereka tidak satu kelas hingga membuat Dewa yang sangat anti berinteraksi dengan wanita itu tak mengenal Dewi. Dewi juga begitu hanya mendengar saja gosip tentang anak sebelah yang katanya ganteng tapi ia tak tahu jika laki laki itu adalah Dewa, orang yang dijodohkan dengannya.
"Makasih ya," bisiknya dan dianggukkan oleh Dewa.
Saat mereka sedang memeluk satu sama lain, pintu perpustakaan itu terbuka dan ia melihat Satya serta Beby disana.
"Sorry bos telat kita jemput kalian," ujar Satya menatap bosnya yang memangku Dewi.
"Dewi kenapa?" tanya Beby yang khawatir melihat sahabatnya berada dalam pangkuan Dewa itu apalagi ia melihat minyak telon yang ada di atas meja itu.
"Demam lagi."
"Bawa mobil gak?" tanya Dewa dan Satya memberikan kunci mobilnya sedangkan Satya memberikan kunci motornya pada Satya.
"Gue bawa dulu mobil kalian. Gue gak tega lihat Dewi lebih kedinginan kayak gini," ujar Dewa dengan pelan mengecup kening Dewi.
Tanpa ba bi bu Dewa langsung membawa tubuh Dewi menuju mobil Satya. Meninggalkan barang barang yang dibawa Beby ke mobil juga.
"Hati hati kalau nyetir, gue gak mau temen gue kenapa napa."
Entah kenapa ia sangat peduli dengan keadaaan Dewi yang notabene adalah teman sekaligus pacar sahabat kekasihnya.
"Hmm."
Setelah mengucapkan itu Dewa langsung melajukan mobil itu menuju apartemennya sendiri. Meninggalkan Satya dan Beby disana.
Beby menatap mobil itu sedangkan Satya memeluk perut Beby dari belakang dengan dagu yang berada di bahu Beby.
"Jalan yuk, mumpung kita bisa rasain motor mahal punya Dewa," ajak Satya dan dianggukkan oleh Beby.
Akhirnya mereka berjalan menuju parkiran dimana Motor Dewa terparkir disana tapi sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan motor mahal itu.
"Bentar Beb, sepertinya ada yang tidak beres dengan motor Dewa. Lihat oli di bawah ini kenapa kok berceceran kayak gini," tunjuk Satya dibawah motor sport keluaran terbaru berwarna merah itu.
"Emang ada yang sengaja mau jahilin mereka sih. Gak mungkin kan pintu perpustakaan yang biasanya tutup jam 7 malam, bisa tutup begitu saja jam 4," jawab Beby.
Dia tak bodoh untuk mengetahui apa ini, pasti ada yang tak suka pada Dewa dan Dewi bahkan ada yang ingin menyelakai mereka.
"Untung tadi mereka membawa mobil kamu, kalau pakai motor ini aku gak bisa mikir lagi," ujar Beby menghembuskan nafasnya.
"Sekarang kita gimana?" tanya Beby lagi. Jika motor Dewa tak mungkin mereka pakai apakah harus menginap disini.
"Aku telepon anak di markas biar bisa anterin motor ke sini."
Padahal jarak bengkel dari parkiran itu hanya sekitar 10 menit sampai di bengkel jika jalan kaki.
"Oke."
Setelah menelepon teman mereka yang ada di markas, mereka memutuskan untuk duduk dulu di warung yang tak jauh dari sana.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Sri Mulyati
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-10-29
0
Bundanya Robby
💪💪💪💪💪💪 KK author
2022-10-13
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi
2022-10-13
0