5 : Bukan Keluarga Sempurna

Padahal waktu ditelepon, Jehan mendengar dengan jelas kalau sang kakaknya itu mengatakan akan menunggu di kediamannya. Tapi, pada saat Jehan selesai berbelanja di minimarket, sebuah mobil SUV tanpa terduga berhenti tepat di sampingnya. Saat melihat mobil itu, Jehan langsung bisa dengan mudah untuk mengenali.

Tak yang tahu kalau dirinya sedang dijemput pun mulai mengetuk kaca mobil itu, kemudian membuka pintu bagian depan, persis pada kursi penumpang. Tanpa mengatakan banyak hal ataupun memberikan sebuah sapaan kepada sang kakak, Jehan pun dengan mudahnya langsung duduk dan menempatkan dirinya dalam posisi nyaman.

Skyler yang kini ada di kursi penumpang pun kelihatan begitu kecewa karena ekspresi datang yang diberikan oleh Jehan. Rasanya seperti adiknya memang tidak menginginkan niat baik berupa jemputan ini.

"Tidak bisakah kamu menyapa?" Singgung Skyler, tapi tak berhasil membuat seorang Jehan langsung melemparkan sapaan.

"Kita sudah menyapa lewat panggilan telepon tadi," ujar Jehan dengan pandangan mata yang langsung terfokus pada jalanan kota.

Dengan tingkah dari sang adik yang seperti ini, sama sekali tidak membuat seorang Skyler terkejut. Pasalnya selama mereka bersama, Skyler kerap kali mendapatkan perlakuan dingin dari adiknya itu. Meskipun demikian, Skyler tetap sangat menyukai sepupu jauh yang sudah dianggap seperti adik sendiri itu. Terkadang Jehan memang bisa bertingkah dingin, terkadang juga Jehan bisa bertingkah manis.

"Apa yang kamu beli dari minimarket itu?" Tanya Skyler sembari terus berfokus untuk mengemudikan mobil ini.

"Seperti yang aku katakan. Hanya minuman dingin," jawab Jehan dengan santai.

Pada saat Jehan berniat untuk meletakan kantong belanja yang berisi minuman dingin itu ke jok belakang, tiba-tiba ia menyadari kalau dompet yang seharusnya ada di saku celana sudah hilang.

Jehan yang menyadari dompetnya tidak ada pun mulai berusaha mencari. Siapa tahu dompet itu tak sengaja terjatuh di mobil ini. Jehan lebih senang untuk mencarinya terlebih dahulu, ketimbang harus merasa panik.

Karena tidak berhasil menemukan dompet miliknya, Jehan pun meminta kepada sang kakak untuk menghentikan mobilnya. Bukan tanpa sebab, hanya saja Jehan merasa kalau dompetnya itu pasti tertinggal di minimarket pada saat membayar belanjaan tadi.

"Turun dulu ya. Kak Skyler tunggu aja di apartemen. Nanti aku sendiri yang akan datang kesana. Lagipula jaraknya dari minimarket juga tidak terlalu jauh," ujar Jehan yang sudah melangkahkan kakinya turun dari mobil.

"Kalau kamu turun dan ujungnya pergi sendiri, itu berarti aku percuma untuk menjemputmu," kata Skyler yang siap memutar balikkan arah mobilnya supaya bisa menjangkau kembali minimarket tadi.

"Dari awal kan aku sudah bilang untuk tidak menjemput," ujar Jehan yang kini sudah melepaskan sabuk pengamannya.

Tanpa mempedulikan Skyler lebih banyak lagi, Jehan pun mulai melangkahkan kakinya turun dari mobil. Setelah menutup pintu mobil dan membiarkan barang belanjaannya ada di kursi belakang, Jehan dengan segera kembali menjangkau minimarket tempat dimana Kayla sedang melakukan kerja paruh waktunya. Jehan datang kembali hanya untuk mengambil kembali dompet yang tertinggal.

...•••...

Sesampainya di minimarket yang sama,

Jehan terkejut ketika mendapati kondisi yang bisa dibilang begitu sepi. Entah kemana perginya Kayla, tapi yang jelas meja mesin kasir sekarang ini sedang tak ada penjaganya.

Karena memang tujuan Jehan kembali hanya untuk mengambil dompet pribadi miliknya, setelah mendapatkan benda itu, ia pun berniat keluar lagi dari tempat ini. Namun, baru membuat beberapa langkah, telinganya mendengar dengan jelas suara teriakan yang berasal dari gudang minimarket ini.

Teriakan yang dibuat oleh seorang perempuan itu berhasil memunculkan firasat aneh dari dalam diri Jehan. Tak ingin langsung pergi tanpa memeriksa kondisi, Jehan dengan ragu mulai melangkahkan kakinya perlahan-lahan menuju ke arah gudang.

Belum sempat masuk, ia sudah terlebih dahulu dikejutkan oleh seorang gadis yang datang padanya sambil meminta tolong. Gadis pemilik nama Kayla itu kelihatan begitu ketakutan. Ada apa sebenarnya? Jehan dibuat bertanya-tanya akan situasi dan kondisi yang sekarang sedang terjadi.

Baru mau melemparkan pertanyaan kepada gadis yang kini telah bersembunyi dibalik tubuhnya, Jehan malah sudah bisa mendapatkan jawaban sendiri. Setelah Kayla keluar dari gudang, secara tidak terduga seorang pria yang kelihatan berusia lebih tua dari mereka berdua, juga mulai memunculkan dirinya. Jehan menatap tajam ke arah pria yang saat ini hanya bisa tersenyum khawatir itu.

Jehan paling tidak suka melihat ada seorang perempuan disakiti, oleh karena itu sebelum pria bajingan itu membuat alasan ataupun menyangkal tindakannya, Jehan terlebih dahulu melemparkan sebuah bogem mentah dengan sekuat tenaga dan itu berhasil mengenai pipi dari pria asing yang sudah berbuat kurang ajar.

Seakan hanya perlu untuk memberikan pelajaran berharga, Jehan pun dengan segera menggandeng tangan dari gadis yang masih terlihat ketakutan itu, keluar dari minimarket ini untuk menuju ke tempat yang jauh lebih aman.

.

.

.

Jehan sempat mengatakan kepada Kayla kalau ingin melaporkan kejadian ini ke polisi, ia bisa melakukannya. Tapi, gadis itu malah memilih untuk pulang tanpa ingin terlalu mempermasalahkannya.

Merasa kalau tidak boleh meninggalkan gadis itu sendirian, Jehan pun bergegas mengekor tepat dibelakangnya, sambil terus meminta kepada Kayla, agar mau memberikan izin untuk mengantarkannya pulang.

Penolakan berulang kali di dapatkan oleh Jehan dan itulah mengapa mau tidak mau ia harus ikut dalam satu bus yang sama. Membuat alasan kalau ia memang sedang ingin jalan-jalan naik bus.

Sepertinya hanya karena Kayla, Jehan sampai melupakan kalau ia juga memiliki janji kepada sang kakak — Skyler. Meski sudah ingkar, Jehan terlihat begitu biasa saja. Karena memang sekarang ini yang sedang ada dipikirannya hanya tentang mengantarkan gadis itu pulang dengan selamat.

...•••...

Jehan telah berhasil mengantarkan gadis itu pulang dengan selamat sampai di rumahnya. Sekarang sama sekali tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan oleh dirinya. Mengingat kalau Kayla sedang berjalan dan membawa ibunya yang kelihatan sedang mabuk menuju ke rumah.

Setelah memastikan kalau gadis itu memang pergi pulang bersama ibunya, Jehan pun kembali melangkahkan kaki menuju ke arah halte bus. Sepertinya sekarang ia harus segera kembali pulang ke rumah. Pesan dari sang kakek yang baru saja didapatkannya, berhasil membuat Jehan terburu-buru untuk pulang. Untung saja, ada sopir pribadinya yang ternyata sejak tadi memang terus mengikuti dan memantau gerak-gerik dari Jehan.

Tak membutuhkan terlalu banyak waktu saat diperjalanan, akhirnya Jehan bisa juga tiba di ruang — tempatnya tinggal bersama dengan seluruh keluarga. Jehan yang memang tak ingin membuat sang kakek menunggu pun dengan cepat mulai beranjak turun dari mobil, lalu melangkahkan kakinya cepat-cepat menunju ke arah pintu rumah.

Belum sempat untuk mengetuk pintu, sang kakek yang memang sudah menunggu pun langsung menyambut kedatangannya dengan sebuah tamparan yang bisa dibilang cukup keras. Tadi saat di minimarket, Jehan lah yang memberikan pukulan keras, tapi kalau di rumah justru dirinya yang harus menerima itu.

"Siapa yang menyuruhmu meninggalkan bimbingan belajar?" Tanya sang kakek yang kelihatan begitu keras kepada cucunya.

"Tidak ada yang menyuruh. Jehan hanya lupa jadwalnya," kata laki-laki itu sambil menundukkan kepalanya.

Tak hanya satu tamparan saja, sebuah tamparan lainnya juga kembali diberikan oleh sang kakek. Beginilah memang cara mendidik yang selalu diterapkan oleh beliau. Terkesan kejam dan tegas.

"Mau jadi apa kamu nanti? Kalau sering kali membolos untuk bimbingan belajar?" Tanya sang kakek dengan suara yang meninggi.

Sebenarnya ini hanya kedua kalinya bagi Jehan memilih untuk tidak menghadiri bimbingan belajar. Bukan tanpa sebab, hanya saja kalau 24/7 Jehan selalu diminta untuk belajar, ia juga merasa bosan dan capek sendiri.

Sekali saja, tidak bisakah kakeknya itu memberikan sedikit kelonggaran kepada Jehan? Jangan terus menyuruh atau meminta Jehan untuk kelihatan sempurna dalam segala hal. Sungguh itu sangat melelahkan dan bisa merusak kondisi mental.

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

-----------------------------------------------------------

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

-----------------------------------------------------------

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!