From, J
Hari ini adalah pertandingan paling penting dan dinanti-nanti oleh tim basket JK Warriors untuk menghadapi musuh bebuyutan yang selalu sulit dikalahkan, yaitu tim basket Strikers Dazzling. Hanya untuk menghadapi pertandingan ini, tim yang dibawahi oleh kapten Jehan sudah harus berlatih keras selama sebulan penuh. Mereka tak boleh mengulang kekalahan seperti yang terjadi dalam final tahun lalu.
Kalah bukan berarti tim JK Warriors tak sanggup untuk mengalahkan tim lawan, hanya saja waktu itu kapten Jehan yang sekaligus menjadi andalan tim tidak bisa bergabung hanya karena mengalami cedera pada pergelangan kakinya.
Iya, Jehan sangat ingat betul saat dimana pergelangan kakinya harus memakai gips dari dokter. Latihan yang terlalu keras mampu membuat laki-laki itu mengalami cedera serius pada pergelangan kakinya.
Supaya kejadian seperti itu tak terulang lagi, untuk mempersiapkan pertandingan ini Jehan sudah lebih berhati-hati. Tidak akan terlalu memaksakan diri seperti apa yang dilakukannya tahun kemarin.
Sebelum pertandingan antar dua tim besar ini dimulai, Jehan selalu kapten dari tim JK Warriors pun memberikan sedikit pengarahan kepada para anggota basketnya. Bukan untuk menang, Jehan selalu meminta kepada mereka supaya selalu berhati-hati dan jangan sampai terluka selama pertandingan berlangsung. Karena bagi Jehan dibandingkan kemenangan, keselamatan anggota tim adalah yang nomor satu.
"Pengarahan terakhir sebelum pertandingan, gue gak akan bosan-bosan mengingatkan tentang keselamatan kalian. Jangan sampai terluka hanya karena ambisi ingin menang!" ujar Jehan dengan tegas.
Karena pengarah dari pertandingan basket sudah meminta agar dua tim pemain masuk ke lapangan, terlebih dahulu Jehan meminta kepada para anggota agar mau meneriakkan nama tim JK Warriors dengan begitu lantang. Teriakan yang bisa menjadikan sebuah penyemangat dalam pertandingan ini.
"Yo JK Warriors..." Teriak Jehan dengan penuh semangat yang membara.
"Fighting!!!" Mereka membalas teriakkan itu.
Tak lama setelah melakukan semuanya, dua tim yang akan bertanding hari ini pun mulai memasuki lapangan basket. Sambutan meriah dengan sorak-sorai di tribun dari lapangan basket pun terdengar begitu jelas pada telinga. Banyak supporter dari kedua tim ini mulai memberikan semangat serta ada juga yang menunjukan yel-yel. Suasana pertandingan seperti inilah yang sanggup membuat Jehan selalu menyukai sebuah pertandingan.
Wasit yang akan memimpin jalannya pertandingan basket ini pun sudah terlihat mulai memasuki lapangan. Ia berdiri tepat di tengah-tengah antar dua kapten basket yang mulai melemparkan tatapan tajam. Dihadapan Jehan sekarang ini sedang berdiri kapten dari tim basket lawan yang selalu dihadapinya selama beberapa tahun belakangan.
"Senang karena bisa melihatmu bertanding kembali," kata Daniel selaku kapten tim Strikers Dazzling.
"Senang juga karena masih boleh diberikan kesempatan untuk menghadapi tim kamu," balas Jehan diikuti dengan sebuah senyuman tipis.
Peluit panjang pun dibunyikan dan bola basket juga sudah dilemparkan oleh wasit. Ini berarti pertandingan final antar JK Warriors vs Strikers Dazzling sudah dimulai. Teriakan dari para supporter semakin begitu keras memenuhi stadion basket ini.
"Jehan oper!" Suruh Javier yang langsung dituruti oleh si pemilik nama.
Pertandingan basket berjalan dengan penuh semangat antara kedua belah pihak tim yang sama-sama ingin menjadi pemenang. Saling kejar mengejar skor terus saja terjadi. Kalau boleh bilang dua tim yang sekarang sedang bertanding ini sama-sama hebat. Kerja sama mereka juga patut diacungi jempol.
Sampai pada akhirnya, babak pertama dari pertandingan basket ini berakhir. Tim JK Warriors jauh lebih unggul dua poin karena di detik terakhir sebelum peluit berbunyi, Jehan berhasil memasukan bola basket ke dalam ring.
Keunggulan tipis yang tentu saja masih bisa dikejar ini tetap disambut dengan begitu hangat oleh tim JK Warriors. Terlihat dengan jelas kalau mereka langsung berpelukan dan meneriakkan yel-yel khas dari tim mereka.
"Kita harus buat selisih skor yang besar," pinta Javier kepada teman-teman anggota lainnya.
"Yok semangat! JK Warriors pasti bisa menang," tambah Javier dengan teriakan cukup kencang.
Tak butuh waktu lama lagi, pertandingan di babak kedua pun dimulai. Peluit panjang sudah berhasil dibunyikan. Wasit yang menjaga jalannya pertandingan pun telah melemparkan bola basket lagi. Kali ini tim lawan yang bisa terlebih dahulu mengambil bola basket.
Di tengah keseruan dan euforia dari pertandingan basket antar dua tim besar ini, seorang gadis yang mengenakan jaket biru dengan kondisi rambut basah ternyata juga ikut menonton dari pintu stadion basket. Dia adalah Kayla, seorang siswi kelas sebelas yang saat ini sedang ingin ikut menonton pertandingan basket.
Sebenarnya bukan karena pertandingannya yang bisa menarik perhatian dari gadis itu, melainkan sosok kapten dari tim JK Warriors lah yang mampu membuat dia juga ingin menyaksikan jalannya pertandingan.
Masih sambil berdiri di depan pintu stadion basket ini, Kayla juga ikut memberikan semangat seperti apa yang dilakukan oleh para supporter di tribun. Gadis itu memberikan dukungan penyemangat kepada laki-laki yang tadi sempat menolongnya. Karena kapten tim basket JK Warriors, Kayla bisa menutupi baju seragamnya yang basah. Jaket biru milik Jehan ini benar-benar sangat menolong dirinya.
.
.
.
Jehan seharusnya bisa lebih fokus lagi dalam pertandingan ini. Bukan tanpa sebab, hanya saja di tengah jalannya pertandingan, lelaki itu mulai kehilangan fokusnya. Iya, hanya karena melihat seorang gadis yang saat ini lagi berdiri di depan pintu stadion dengan gerakan tangan memberi sebuah semangat, berhasil membuat seorang Jehan mengabaikan operan bola yang dilakukan oleh rekan setimnya. Karena kesalahan Jehan ini, tim lawan berhasil menyerang dan membuat kedudukan skor menjadi seimbang.
Javier yang tahu kalau temannya itu kurang fokus pun datang menghampiri sambil menepuk beberapa kali bahu milik Jehan, bermaksud agar memperingati sang teman untuk tetap memfokuskan perhatian hanya kepada pertandingan bukan pada hal lain yang dirasa tidak perlu.
"Jehan, fokus!" Suruh Javier dengan tegas dan hanya mendapatkan sebuah anggukan singkat dari laki-laki itu.
Jehan pun kembali memfokuskan dirinya pada pertandingan ini. Jangan sampai membuat tim lawan mengambil kesempatan dalam kesalahan yang dibuat oleh kapten dari tim JK Warriors.
Hanya karena sebuah kesalahan kecil yang tadi tak sengaja dilakukan oleh Jehan, JK Warriors mau tak mau harus tertinggal 8 poin dari tim lawan. Rasanya terlalu sulit kalau ingin mengejar ketertinggalan itu di babak kedua ini.
Sampai pada akhirnya peluit panjang kembali terdengar begitu jelas di telinga, pertanda kalau pertandingan babak kedua sudah berakhir dan menghasilkan skor tim lawan lebih unggul sepuluh poin.
Jehan sebagai kapten sekaligus orang yang tadi sempat melakukan kesalahan pun mulai dipanggil oleh sang pelatih. Bukan tanpa sebab, hanya saja sebagai seorang pelatih, beliau sangat ingin memberikan teguran kepada laki-laki pemilik nama Jehan itu.
"Ada apa denganmu? Kenapa tidak fokus? Sudah jelas-jelas bola itu mau dioper kepadamu," tanya sang pelatih ingin tahu alasan dari kurang fokusnya seorang Jehan — si kapten sekaligus pemain andalan.
"Maaf! Tadi untuk sebentar saya sempat teralihkan pada hal lain di luar lapangan," kata Jehan sambil menundukkan kepalanya tanda bersalah sekaligus penyesalan.
"Di babak ketiga ini akan menjadi penentuan. Kalian semua, bukan hanya Jehan saja harus memastikan akan mengejar ketertinggalan sepuluh poin itu," ujar sang pelatih kedengaran cukup serius.
"Tidak ada lagi yang namanya kurang fokus ataupun kecolongan. Kalau kalian tetap bermain seperti di babak kedua, kekalahan akan ada di depan mata," sambung sang pelatih yang diakhiri dengan sorakan penyemangat dari dan untuk tim JK Warriors.
Beberapa menit sebelum pertandingan babak ketiga dimulai, Javier yang masih penasaran pun mulai mendekat ke arah temannya yang saat ini masih memberikan sedikit peregangan singkat pada kakinya. Bukan bermaksud mengganggu, tapi hanya ingin bertanya hal penting.
"Je, kenapa kok sampai gak fokus? Lo lagi lihat siapa sih tadi?" Tanya Javier yang kini telah mengambil tempat duduk persis di sebelah sang kawan.
"Seorang cewek yang tadi sempat gue tolong," jawab Jehan tak ingin menutupi apapun dari temannya itu.
"Oh yang tadi lo pinjemin jaket itu?" Tanya Javier lagi dan kali ini langsung mendapatkan anggukkan kepala dari pemilik nama Jehan.
"Dia tadi berdiri di depan pintu stadion sambil terus memberikan semangat seperti penonton di tribun," kata Jehan memberitahu.
"Terus?"
"Lucu aja lihatnya, sampai gue jadi salah fokus."
"Lucu nya dimana?"
"Lo bayangin lagi ngelihat cewek dengan tinggi sekitar 155 cm, terus pakai jaket kebesaran sambil meloncat kecil seperti seseorang pemandu sorak. Menggemaskan bukan?"
Perkataan Jehan yang seperti ini mampu membuat seorang Javier tersenyum penuh arti. Entah mengapa pikirannya sekarang sedang mengatakan jika sang teman sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Lo gak lagi jatuh cinta pada pandangan pertama kan?" Tanya Javier ingin memastikan saja.
"Gak tahu ya. Tapi gue rasanya sih senang aja lihat saat dia bersorak seperti anak kecil. Menggemaskan," tukas Jehan yang kemudian berlari masuk ke dalam lapangan.
^^^Bersambung...^^^
Catatan kecil :
- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.
- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.
Story ©® : Just.Human
*please don't copy this story.
Find Me
✓ Instagram : just.human___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments