Namun, saat Anggun ingin beranjak meninggalkan kamar itu, tangan Dion langsung menahan tangan Anggun dengan cepat. Sontak saja, hal itu membuat Anggun agak panik seketika.
"Tunggu! Kita pergi ke meja makan sama-sama saja."
Anggun hanya diam saja. Sementara Dion langsung bangun dari baringnya. Mereka beranjak meninggalkan kamar menuju meja makan bersama-sama tanpa ada sepatah katapun yang mereka ucapkan.
Sampai ke meja makan. Dion langsung menarik kursi untuk duduk. Sementara Anggun langsung menyendok makanan ke piring suaminya.
Mereka makan dengan tenang tanpa ada ucapan yang terucap. Sehingga pada setengah waktu makan, Dion membuka mulut untuk bicara.
"Apa yang ingin kamu bicarakan padaku? Katakan saja sekarang! Katanya ... bicara saat makan akan lebih nayaman, bukan?"
"Iya. Aku ingin bilang kalau mama ingin kamu datang ke rumahnya. Kak Dion sudah sangat lama tidak datang ke rumah mama. Kasihan mama yang sangat merindukan kehadiran kamu, kak."
Dion terdiam. Makanan yang dia makan seakan tidak sanggup untuk dia telan. Ada sesuatu yang seperti sedang merusak pikiran Dion saat ini. Wajah itu terlihat sedikit sedih, atau mungkin juga kecewa atau bahkan marah.
Tapi ... sayangnya, ekspresi yang bercampur itu membuat Anggun tidak bisa menebak apa yang sedang Dion rasakan. Dia juga tidak mengerti dengan tatapan yang Dion berikan untuknya.
"Kak .... "
"Aku mungkin tidak bisa datang. Aku sangat sibuk sekarang. Setelah makan, sebelum sore juga aku akan kembali ke rumah mama."
"Apa! Kamu akan kembali ke rumah orang tuamu lagi hari ini juga? Apa aku tidak salah dengar, kak Dion?"
"Kamu tidak salah dengar, Anggun. Aku akan kembali lagi nanti sore. Karena di sana, ada kerjaan yang banyak yang tidak bisa aku tinggalkan."
Anggun sungguh tidak tahan lagi. Tidak pulang selama dua bulan. Tapi setelah pulang, hanya ingin tinggal di rumah selama hitungan jam. Bahkan, tidak ingin bermalam.
Benar-benar miris sekali hidup dia ternyata. Sudah punya suami, tapi malah hidup sendiri bagaikan orang singel, atau mungkin, janda yang ditinggal mati oleh suaminya.
Jika janda yang ditinggal mati oleh suami, mungkin tidak semiris hidup yang dia jalani saat ini. Karena janda punya status yang jelas. Tidak seperti dirinya sekarang. Di depan umum berstatus sebagai istri orang. Tapi pada kenyataannya, dia hanyalah janda yang tak dianggap.
Anggun bangun dari duduknya. Lalu, dia tertawa lepas karena rasa sakit yang dia rasakan sudah berubah ke level akut. Level di mana dia tidak bisa merasakan rasa sakit hati lagi. Karena sakit yang dia terima sudah berubah menjadi rasa geli.
"Ha ha ha .... Kamu pulang setelah dua bulan lamanya. Tapi sayang, setelah pulang, ingin tidur satu malam saja kamu tidak sanggup. Benar-benar lucu sekali kamu, kak Dion."
"Tolong jangan mulai lagi, Anggun. Aku sedang tidak ingin berdebat dengan kamu. Aku pulang juga karena ada hal penting yang ingin aku lihat. Jika tidak, maka aku tidak akan pulang karena tuntutan pekerjaanku sangat banyak."
Hancur rasanya hati Anggun saat ini. Berusaha keras agar air mata tidak tumpah, sampai-sampai dia mengigit bibirnya dengan keras.
'Kau pulang karena ada hal penting yang ingin kau lihat? Aku pikir kamu pulang untuk bertemu aku, kak Dion. Aku bingung dengan status aku yang sekarang. Aku ini siapa sih sebenarnya di mata kamu saat ini?'
Pertanyaan, ungkapan kesedihan itu hanya mampu Anggun ucap dalam hati. Karena sekarang, dia sungguh merasa sakit sampai dirinya sendiri tidak mampu mengangkat bibir untuk berucap.
"Aku sudah selesai makan. Aku ingin istirahat kembali. Karena beberapa jam lagi, aku akan kembali ke rumah mama di luar kota."
Setelah berucap kata-kata itu, Dion langsung bangun dari duduknya. Dia pun langsung beranjak untuk meninggalkan Anggun sendirian di meja makan.
Namun, baru juga Dion melangkah beberapa langkah menjauh dari meja makan. Anggun yang sudah tidak kuat, langsung berucap dengan nada pelan karena bicara sambil menahan air mata agar tidak jatuh.
"Ayo bercerai."
Ucapan dua kata itu sontak membuat langkah Dion mendadak terhenti. Sepertinya, dia kaget berat karena kata-kata yang Anggun ucapkan barusan itu.
Dion terlihat menahan rasa yang ada dalam hatinya. Tangan Dion sedang bergetar sekarang. Namun, untuk menahan getaran itu, dia menggenggam erat tangannya.
Suasana hening selama beberapa detik. Dion pada akhirnya bisa menetralisir rasa yang ada dalam hatinya. Dia langsung memutar tubuh untuk melihat ke arah Anggun yang masih berdiri dengan wajah tertunduk.
"Kenapa harus bercerai? Aku selalu melengkapi semua kebutuhan kamu tanpa ada yang kurang sedikitpun, bukan?"
"Aku tidak sepenuhnya membutuhkan materi, kak Dion. Aku juga membutuhkan kasih sayang. Aku butuh kamu, bukan hanya uang kamu. Karena jika hanya uang, aku juga bisa mendapatkannya."
"Seberapa penghasilan yang bisa kamu dapatkan, Anggun? Kamu tidak bisa menggantikan tanggung jawab aku untuk menafkahi kamu."
"Hah? Kamu barusan bicara soal tangung jawab, kak? Jadi, siapa yang bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang padaku sekarang? Apa kamu perlu membayar laki-laki lain untuk memberikan kasih sayang buat aku?"
"Apa kamu sebegitu kekurangan kasih sayang sampai ingin aku membayar laki-laki lain untuk kamu, ha? Kamu kekurangan kasih sayang itu bukan karena aku. Tapi karena salah kamu sendiri. Kamu yang tidak ingin ikut aku pulang ke rumah mamaku. Ke rumah orang tua kandungku sendiri."
"Aku tidak ingin karena aku punya alasan."
"Apa alasanmu, hah? Kamu tidak ingin karena kamu tidak suka dengan mereka. Benar begitu, bukan?"
"Aku yang tidak suka dengan mereka, atau mereka yang tidak suka dengan aku? Kamu harus teliti jika bicara soal dua kalimat itu, kak Dion. Karena jika kamu salah ucap, maka maknanya akan berbeda."
"Terserah kamu mau bilang apa. Yang jelas, aku tidak akan menceraikan kamu sampai kapanpun. Kamu harusnya paham dengan kata-kata itu." Dion berucap dengan nada melemah.
Sebaliknya, Anggun yang tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan malah membulatkan matanya. Dia tidak percaya kalau Dion malah bersedia mempertahankannya.
Entah apa alasan yang Dion miliki. Yang jelas, Dion terlihat sangat kekeh untuk kata-kata yang dia ucapkan barusan. Tidak akan menceraikan Anggun apapun yang terjadi.
"Kenapa kamu tidak akan menceraikan aku? Kenapa, ha? Apa lagi yang kamu inginkan, kak Dion? Tidak cukupkah penyiksaan yang kamu berikan padaku setelah kamu menemukan orang tua kandungmu itu?"
"Jangan bicara omong kosong yang tidak penting. Kamu hanya perlu tahu satu hal. Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, sampai kapanpun. Ingatlah satu hal itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Jade Meamoure
temennya Bang Toyib tuh
2023-06-24
1
Risma Farna
Kmu urus aja sih... walau nafkah lahiriah dipenuhi tpi nafkah batiniah tdk sama aja... sibuk urus ortu kandung ktmu gede trus ortu angkat yg rawat dia dri kecil dilupain.... apa2 jgn2 dah punya yg lain dsna???
2023-06-03
0
_DW
mendadak naik darah
2022-10-20
1