Dilamar Seperti Ratu Dijatuhkan Seperti Debu

Dilamar Seperti Ratu Dijatuhkan Seperti Debu

Part *1

"Aku ... aku ingin bilang ... kalau aku ... aku suka kamu Anggun. Maukah kamu menikah dengan aku?"

Pertanyaan itu membuat Anggun membulatkan matanya dengan sangat lebar. Sambil menutup mulut dengan tangan, Anggun berusaha menarik napas agar detak jantungnya tidak berdetak dengan kencang sekarang.

"Ka--kak ... Dion. Ini .... "

"Anggap saja aku melamar kamu. Tapi ... aku butuh kepastian berdua sebelum melamar kamu dengan lamaran yang resmi. Aku benar-benar jatuh cinta padamu. Apakah kamu bersedia menikah dengan aku, Anggun?"

Belum sempat Anggun berucap, tiba-tiba saja, dari arah panggung terdengar suara pembawa acara yang mengatakan kata terima yang diikuti oleh para tamu undangan yang lainnya.

Tidak hanya itu, para keluarga kini sudah berjalan mendekat. Hingga akhirnya mereka selesai membentuk lingkaran sempurna sambil berucap kata terima tentunya.

"Amel ... ini .... " Anggun tidak bisa berucap. Buliran bening yang tumpah tidak bisa dia cegah lagi. Akhirnya, tangis Anggun pecah juga.

"Hei sayang ... tolong jangan menangis gitu. Kasihan kak Dion yang menunggu jawaban dari kamu. Katakan padanya, kamu menerima dia atau tidak. Aku sarankan, ikuti apa yang hatimu katakan, sayangku. Karena apa yang kamu ucapkan hari ini, sangat berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu yang selanjutnya."

Kata-kata yang Amelia ucapkan barusan berhasil membentuk keyakinan yang kuat dalam hati Anggun. Dia menarik napas panjang lalu melepaskan napas itu secara perlahan.

"Terima."

"Terima."

"Terima."

"Semuanya harap tenang. Kita akan mendengarkan apa yang akan gadis beruntung itu ucapkan. Jika kita bersuara, maka tidak akan mendengarkan jawaban yang dia berikan," ucap pembawa acara dengan lantang.

Seketika, suasana langsung hening. Anggun yang awalnya deg-degan. Kini malah jadi semakin tak karuan.

"Jawab sesuai yang kamu rasakan, Anggun." Amelia kembali memberikan instruksi.

Hal itu membuat Anggun semakin bersemangat untuk menjawab. Sekali lagi, dia menarik napas agar bisa menjawab lamaran itu sesuai dengan yang hatinya rasakan.

"Aku ... aku ingin alasan kenapa kamu suka padaku, kak Dion."

"Uuuu .... "

Para tamu yang sudah berharap, kini bersorak kecewa karena pertanyaan Anggun yang barusan itu. Mereka yang sudah tidak sabar lagi, harus menahan rasa itu karena pertanyaan Anggun barusan.

"Haruskah cinta punya syarat, Anggun? Tapi ... untuk menjawab rasa penasaran yang kamu punya. Aku akan mengatakan satu hal. Aku suka kamu. Segalanya tentang kamu tanpa ada satupun yang terlewatkan. Tanpa ada alsan khusus lainnya. Karena aku jatuh cinta. Cinta yang aku punya sepertinya tidak perlu syarat. Karena seperti sudah di katakan sebelumnya. Jika jodoh, pasti bersama."

"Jika begitu ... aku ... aku juga merasakan hal yang sama. Cinta memang tidak bersyarat. Aku terima lamaran kamu, kak Dion."

"Uhu ... iya-iya. Ini luar biasa."

"Nah ... gitu dong."

Semua sorak-sorakan terdengar mengikuti gerakan tangan Dion yang memasang cincin ke jari manis Anggun. Setelah cincin berhasil Dion pasang, sontak saja keduanya langsung saling berpelukan.

***

Anggun menyeka air matanya yang jatuh. Kebahagiaan hari itu masih terasa begitu jelas diingatkannya. Namun, itu semua sudah berlalu lebih dari enam bulan yang lalu. Kebahagiaan singkat itu sudah lewat sekarang.

Lamaran megah dengan dikelilingi semua orang yang dia sayangi. Kata-kata sahabat yang sangat dia sayangi, meminta dia menuruti kata hati, semua itu masih dia ingat dengan sangat jelas. Bahkan, dia sudah melakukan apa yang sahabatnya katakan. Menuruti apa yang hatinya inginkan. Menerima lamaran dari laki-laki yang paling dia cintai selama dia hidup di dunia ini.

Sayangnya, orang yang dia cintai itu seperti bukan orang yang dulu lagi. Orang itu sudah banyak berubah karena kehidupan yang baru dimilikinya.

Bahkan, sudah dua bulan dia tidak bertemu dengan suaminya itu. Terakhir kali bertemu, dia melihat Dion suaminya berjalan bersama dengan seorang perempuan.

Dion dan perempuan itu terlihat cukup dekat waktu itu. Saat dia tanya siapa perempuan tersebut, Dion hanya menjawab singkat.

"Sepupu."

Hanya satu kata itu yang Dion ucapkan. Tanpa ingin memberikan penjelasan yang lainnya agar hati Anggun yang sedang terluka setidaknya bisa sedikit terobati.

Air mata itu kembali tumpah saat ingat seperti apa hubungan antara dirinya dengan sang suami. Retak, bahkan seperti hampir pecah berserakan sekarang.

"Amel ... aku ingin kamu ada di sini sekarang. Aku ingin berbagi cerita dengan kamu. Ingin sekali rasanya aku memeluk tubuhmu. Seperti yang kamu lakukan ketika kita bersama waktu dulu. Amelia ... aku rindu kamu," ucap Anggun sambil memeluk bingkai foto sahabatnya.

Ketika Anggun terhanyut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, pintu kamar terdengar diketuk oleh seseorang dari luar. Dia yang sedang bersedih, rasanya sangat tidak ingin membuka pintu kamar tersebut. Karena dia tidak siap untuk bertemu dengan siapapun sekarang.

Pintu itu kembali diketuk setelah Anggun mengabaikan ketukan yang pertama. Mau tidak mau, Anggun terpaksa bangun untuk membuka pintu kamar tersebut. Tentunya, setelah dia menyeka air mata yang tumpah di pipinya terlebih dahulu.

"Sebentar! Aku akan bukain pintunya sebentar lagi." Anggun langsung memutar kenop pintu untuk membukakan pintu tersebut.

"Ada apa, bi Ina?" tanya Anggun sambil membukakan pintu.

Saat pintu terbuka sempurna. Mata Anggun membulat akibat apa yang dia lihat tidak sama dengan apa yang dia pikirkan.

Awalnya, dia berpikir bi Ina yang sudah mengetuk pintu kamarnya itu. Tapi ternyata, orang itu bukanlah bi Ina melainkan Dion suaminya.

"Kamu ... kak Dion."

"Kenapa lama banget baru bukain pintunya? Gak suka aku pulang ya?"

Ucapan Dion itu langsung membuat hati Anggun yang luka semakin berdarah saja rasanya. Bagaimana tidak? Baru juga bertemu setelah dua bulan tidak ada kabar sama sekali, eh saat pulang malah langsung menebar benih peperangan. Hati siapa yang tidak sakit kalau seperti ini.

"Kenapa kamu pulang? Apa kamu sudah tidak betah di rumah orang tua kamu, kak?"

Pertanyaan dengan suara yang lemah lembut. Tapi terdengar seperti sebuah ejekan itu tentu saja membuat Dion langsung menatap Anggun dengan tatapan tajam selama beberapa saat.

Namun, tatapan itu tidak lama. Karena beberapa detik selanjutnya. Dion malah langsung mengabaikan Anggun begitu saja. Dion masuk ke dalam kamar, lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur tanpa berucap satu patah kata lagi pada Anggun.

Anggun hanya bisa melepas napas kasar. Lalu kemudian, dia beranjak pergi meninggalkan Dion sendirian di kamar itu. Karena setelah Dion membaringkan tubuhnya. Dia juga langsung memejamkan matanya tanpa membuka sekalipun mata itu lagi.

Anggun bergegas menuju dapur. Karena sekarang Dion ada di rumah. Dia tidak bisa untuk tidak menyiapkan makan siang buat suaminya.

Meski rasanya cukup berat buat melakukan aktifitas seperti sebelum masalah yang dia dan suaminya alami. Tapi ingat akan tanggung jawab yang dia emban, Anggun berusaha sekuat tenaga melakukan tugasnya sepenuh hati.

Terpopuler

Comments

Ibelmizzel

Ibelmizzel

mampir Thor,baru baca udh sedih.😭

2023-05-11

1

JandaQueen

JandaQueen

start reading

2023-03-03

0

FILM INDONESIA

FILM INDONESIA

Haiiii

2022-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!