Brakk!
Pintu di buka dengan sangat kasar hingga membuat Erina yang sedang terduduk di sana spontan menoleh ke arah datangnya suara.
"Erina!" pekik dua orang di sana. Begitu menoleh, ia melihat Sierra, Laica, dan Marciel berjalan menghampirinya.
"Teman-teman?" Erina kaget begitu mendapati teman-temannya itu muncul.
Sierra dan Laica memeluk erat tubuhnya hingga membuat Erina meringis menahan sakit karena keduanya memeluk terlalu erat sampai lukanya tersenggol.
"Argh, kalian menyentuh lukaku!" pekiknya kesal.
"Oops, maaf." Sierra dan Laica melerai pelukan mereka.
"Kalian tidak lihat kalau aku ini terluka? Astaga, kalian memelukku seperti boneka saja."
"Maaf, kami tidak tau lukamu di sebelah mana." Laica dan Sierra tercengir lebar.
"Makanya tanya-tanya dulu!"
"Hehe, maaf," kata Sierra.
"Kami sungguh cemas dengan keadaanmu. Apa yang terjadi dan kenapa kau bisa sampai terluka?" Laica mengalihkan pembicaraan.
"Ya, kenapa kau bisa terluka? Bukannya kau tadi sedang pergi menemui kekasihmu di kafe? Lalu dimana dia?" Sierra mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari keberadaan Vansh di ruang Erina diobati.
"Tidak bisakah kalian bertanya secara perlahan? Kasihan Erina. Kalian membuatnya kebingungan," kata Marciel. Pria satu-satunya di antara mereka.
Laica dan Sierra menoleh ke arah pria itu sambil kembali tercengir.
"Maaf, kami hanya cemas dengan kondisinya," sahut Sierra mewakili.
"Ya, aku tahu kalian cemas. Aku juga cemas dengan kondisinya. Tapi kalian jangan sampai membuatnya kebingungan juga. Kita baru saja datang dan sudah membuat keributan."
"Hehe…"
"Sudahlah jangan jawab pertanyaan mereka dulu. Aku membawakan ini saat di perjalanan kemari." Marciel menyodorkan sebuah keranjang berisi buah-buahan.
"Astaga, kau tidak perlu repot-repot, lagipula aku juga tidak di rawat. Hari ini aku juga boleh pulang, karena kata dokter lukaku tidak terlalu parah." Erina menolak pemberiannya.
"Apa? Jadi kau boleh pulang hari ini juga?"
"Ya."
"Aku kira kau harus di rawat. Kalau begitu, bagaimana dengan ini?"
"Untuk kami saja!" Laica tanpa permisi menyambar buah-buahan itu dan membawanya ke tepi ranjang. Duduk bersebelahan dengan Erina dan Sierra yang kini terduduk di sebelahnya.
"Dasar tukang makan! Buah-buahan untuk Erina saja ingin kau makan? Aku membelikan itu untuk Erina, bukan untukmu!"
"Aku tidak peduli. Lagipula Erina menolak pemberianmu. Sayang juga kalau ini tidak di makan." Dengan santainya, Laica memakan buah-buahan yang ada di keranjangnya.
Marciel hanya bisa menggeleng pelan menanggapi kelakuan Laica, teman sejak SMP nya yang kini bahkan satu kantor dan satu divisi dengannya.
"Aku juga mau." Sierra mengambil apel dan memakannya.
Mereka berdua memang yang paling heboh dan paling rakus di antara mereka berempat.
Erina tersenyum simpul menanggapi sikap kedua sahabatnya itu. Walaupun sudah bertahun-tahun berlalu, tapi sikap mereka tak berubah sama sekali.
Sierra dan Laica, masih sama seperti Sierra dan Laica yang dikenalnya saat SMP.
"Omong-omong, bagaimana kalian bisa tahu kalau aku di sini?" Erina baru ingat dengan apa yang sejak tadi ingin dia tanyakan.
"Kami tahu dari Levine. Katanya dia bertemu denganmu di rumah sakit. Dia bilang kau mengalami kecelakaan dan kau terluka sangat parah. Maka dari itu, aku, Laica dan Sierra segera pergi kemari," jelas Marciel.
"Apa? Dasar pengadu. Padahal aku bilang jangan beritahu kalian."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments