...****************...
"Apakah semua tugas yang ku berikan sudah beres?" tanya Daren pada anak buahnya.
"Belum beres semua Bos," ucap Rehan si anak buah kepercayaannya Daren.
"Gak becus! Sudah empat hari belum beres semua? Kalian ngapain aja ha?" teriak Daren sedikit emosi.
Sebenarnya Daren sangat tahu, tugas yang ia berikan kepada anak buahnya itu tidak mudah. Membawa barang haram, apalagi melewati jalur udara itu banyak resikonya. Harus bisa melewati semua petugas bandara biar bisa aman dan selamat.
"Petugas yang biasanya, tertangkap polisi, Bos!" ucapnya takut-takut.
"Polisi? Ternyata mereka semua tidak menyayangi nyawa Senja. Suruh mereka semua hati-hati. Jika salah satu dari kalian ada yang tertangkap, bilang pada mereka kalau semua ini tugas dariku!" sahut Daren dengan tersenyum devil. Ancaman terakhir adalah menghabisi nyawa Senja. Jadi hanya itu biar usahanya selalu berhasil.
Sebenarnya Daren tak ingin menghabisi nyawa Senja atau Shela dengan begitu saja. 'Sebelum menghabisi dua wanita itu, aku ingin bermain-main dulu dengan mereka,' batin Daren tersenyum miring.
"Baik, siap kami laksanakan Bos!" ucap Rehan sungguh-sungguh.
"Bagus! Lalu ada berita apa soal Senja?" tanya Daren. Setelah beberapa waktu yang lalu mereka berdua terjebak dalam kegelapan malam. Daren belum pernah melihat lagi batang hidungnya Senja. Sebab Daren sibuk, semua pekerjaannya belum selesai.
"Senja sedang mencarimu Bos," ucap Rehan dengan mimik wajah yang serius.
"Anak itu? Kenapa mencariku?" tanya Daren setengah bingung. Harusnya dia yang mencari Senja, bukan malah Senja yang mencari dirinya.
"Dia sudah tahu kalau anak yang membunuh ayahnya masih hidup," terang Rehan.
Daren langsung memutar kursinya dan menatap dirinya di cermin. "Lalu, buat apa dia mencariku? Mau balas dendam?" tanya Daren lagi penasaran.
"Sepertinya begitu," jawab Rehan lagi.
"Ya sudah, kau boleh pergi!" perintah Daren pada anak buahnya.
Daren masih terlihat berpikir. Dia tak menyangka, kalau Senja punya pikiran yang sama dengannya.
"Bocah ingusan itu, dia mau balas dendam denganku? Baiklah, aku akan meladenimu. Sejauh mana usahamu untuk melawanku?" gumam Daren setengah menantang.
...****************...
Senja pulang sekolah lebih awal hari ini. Dia berjalan dengan seorang gadis, dia adalah Elsa teman sebangkunya.
"Wajahmu terlihat pucat Senja," ucap Elsa seperti khawatir.
"Ah, aku tidak apa-apa kok," dusta Senja. Sebenarnya dia sedang tak enak badan. Tapi dia diam saja, tidak mau mengadu pada siapapun.
"Yakin kamu baik-baik saja?" tanya Elsa tak yakin.
"Iya," jawab Senja mengangguk.
"Ya sudah kalau begitu aku pulang duluan ya, ayahku sudah menjemputku di sana," kata Elsa sambil menunjuk keberadaan ayahnya yang di seberang jalan.
"Iya hati-hati Els," jawab Senja sambil menahan rasa pusing di kepalanya.
Sakit luar biasa yang ia rasakan. Sampai dia tak sanggup lagi untuk berdiri.
BRUK!
Senja terjatuh di trotoar jalan. Mana jam segini jalanan sepi, jadi tak ada seorangpun yang melihat kalau Senja tengah kesakitan saat ini.
"Bos, sepertinya ini kesempatan yang bagus!" ucap Rehan melalui via telepon. Dia hari ini ditugaskan untuk mengawasi gerak-gerik Senja. Ya semenjak Daren mendengar info tentang Senja yang ingin balas dendam, jadi dia tidak boleh kehilangan informasi secuilpun dari Senja dan keluarganya.
"Maksudmu?" jawab Daren yang kini masih di apartemennya.
"Gadis yang bernama Senja jatuh pingsan di tepi jalan," ucap Rehan dan segera dipotong oleh Daren.
"Informasi yang bagus Re. Baiklah aku akan meluncur ke sana!"
Ting!!
Sebuah pesan picture masuk ke aplikasi WhatsApp-nya. "Rehan sangat bisa diandalkan," gumam Daren saat melihat foto Senja yang tergeletak dari kejauhan.
Buru-buru Daren keluar dari apartemennya. Tak lupa, dia kali ini hanya mengenakan kacamata tanpa masker seperti biasanya. Buat apa dia menyamar, Senja saja belum mengenalinya.
...****************...
Kali ini Daren menyamar sebagai pria kaya. Berpakaian bagus tapi terlihat elegan. Sangat tampan, sampai orang lain tak akan mengenalinya kalau ini adalah Daren.
"Bos!" panggil Rehan tapi Daren memberikan isyarat mata agar Rehan diam saja.
"Sudah berapa lama dia pingsan?" tanya Daren sambil mengenakan kacamata yang sempat ia lepaskan tadi.
"Belum cukup lama," jawab Rehan dan Daren segera mendekati Senja.
'Ck, kasihan sekali nasibmu Senja. Sudah ditelantarkan oleh ibumu sendiri, bahkan tak diurusi lagi oleh polisi kesayangan ibumu itu. Kemana mereka saat kau tengah kesulitan seperti ini?' batin Daren bertanya-tanya.
"Hei! Bangun!" Daren terlihat begitu baik. Ya, itulah Daren. Bisa lembut dan kasar dalam 1 waktu yang orang lain mungkin tidak bisa.
"Hello!!" Daren melambaikan tangannya di depan wajah Senja.
"Merepotkan sekali. Dia ini pingsan apa tidur sih?" gumam Daren dan dia langsung menggendong Senja tanpa permisi.
Rehan segera melajukan mobilnya menuju ke arah Daren. Dan berhenti tepat di samping Daren.
"Mau dibawa kemana, Bos?" tanya Rehan sebelum melajukan mobilnya kembali.
"Ke rumahnya paman," sahut Daren. Paman yang dimaksud adalah orang yang merawatnya diwaktu ia kecil. Dan bahkan menjadikan Daren penerus komunitas ayahnya dulu.
"Baik," jawab Rehan sambil menutup pintu mobil.
...****************...
"Kenapa kamu bawa dia kemari?" tanya seorang laki-laki setengah baya itu. Dia sangat geram dan ingin menguliti Senja saat itu juga.
"Aku cuma mau bilang ke paman. Untuk urusan balas dendam kita, serahkan semuanya kepada Daren. Biarkan Daren menyelesaikan ini semuanya sendiri," ucap Daren sambil menatap Senja yang terlihat pulas dari pingsannya.
"Tapi Daren, rasanya paman ingin menembak jantungnya seperti saat ayahnya menembak jantung ayahmu dulu," ucap si paman sambil mengeratkan genggaman tangannya karena menahan emosi.
Daren tersenyum miring. Bagi Daren menembak jantung itu adalah pembunuhan yang tidak ada rasanya.
"Aku kurang setuju paman. Sebelum aku membunuhnya, aku ingin membuat dia dan ibunya sengsara," jawab Daren tersenyum penuh arti.
"Kamu jangan main-main Daren. Dia terlalu muda untukmu. Apalagi di sekelilingnya ada polisi yang mengawasinya." Si paman memperingatkan Daren. Jauh di lubuk hatinya, penjara itu seperti neraka. Jadi si paman alias Jhon, takut kalau masuk bui lagi. Saking lamanya dia mendekam di penjara, sampai sekarang pun dia tidak menikah. Mungkin urusan kawin bisa menyewa gadis luaran sana, namun urusan menikah? Dia kalah telak.
"Jangan takut paman. Makanya Daren bawa bocah tengil ini kemari agar paman tidak cemas lagi," ucap Daren sambil balik badan menghampiri Senja.
"Ambilkan air!" perintah Daren pada orang suruhannya.
"Baik Bos!" Rehan segera mengambilkan air minum untuk Daren.
Sambil menatap tajam ke arah Senja, Daren langsung menuangkan sedikit air ke telapak tangannya. Rasanya Daren ingin mengguyur Senja dengan air itu. Namun itu terkesan sangat buruk dalam kategori pertemuan pertama mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
JW🦅MA
NYAWA SENJA DOBEL YA WK WK WK
PINGSAN DI TROTOAR
2023-01-12
0
JW🦅MA
LAH DALAH XARRN MALAH TERTARIK SAMA SENJA
ASMARA BERSEMI NIH 🥰🥰🥰🥰
2023-01-12
0
🥀⃞B⃟c Qҽízα ₳Ɽ..k⃟K⃠✰͜͡W⃠
awas daren,, dendammu bisa membawa petaka buatmu.. jangan sampe karna dendam km bakal nyesel.. lagian kan kian satu sama
2023-01-11
0