1 tahun kemudian.
"Setahun ini kita berpisah mas, tapi di hatiku tetap tersimpan dendam atas kematianmu. Aku bersumpah, demi kebahagiaanmu di sana... aku akan membalaskan kematian ini. Aku akan mencari penerus mereka, sampai kapanpun. Meskipun nyawa anak kita taruhannya," ucap Shela sambil melirik Senja yang kini tengah berada di gendongannya.
"Dengar Senja, karena hari lahirmu adalah hari kematian ayahmu... sampai kapanpun ibu tak akan pernah merayakan ulang tahunmu. Kecuali kamu membalaskan dendam atas kematian ayahmu. Nyawa harus dibalas dengan nyawa!"
DUARrrrrrr!!!
Ucapan Shela barusan mendapatkan jawaban dari langit. Geledek berbunyi begitu nyaring. Padahal mendung masih abu-abu, belum berwarna hitam. Tapi alam sepertinya ikut murka atas ucapan yang Shela lontarkan.
Di tempat yang sama. Di pemakaman umum itu, seorang anak laki-laki menatap penuh arti ke arah Shela dan bayinya. Mata teduh menyimpan penuh dendam. Entah apa yang dipikirkannya. Setelah ayahnya meninggal karena tembakan satu tahun yang lalu. Kini ibunya juga menyusulnya. Nasibnya begitu malang. Ternyata selain ayahnya seorang mafia, ibunya juga ikut terlibat memperjualbelikan barang-barang yang dilarang oleh negara. Dan sekarang ibunya juga tewas di tangan tentara.
Anak kecil 8 tahun itu sekarang hidup diasuh oleh anak buah dari ayahnya. Dari kecil dia hidup dalam kerasnya dunia mafia. Jadi meskipun sekarang dia tidak sekolah, Daren sangat tahu bagaimana caranya menyelundupkan barang haram seperti halnya narkoba dan sebagainya.
"Tunggu aku dewasa nanti, aku akan membalaskan kematian ayah dan ibuku," ucap Daren dan membalikkan tubuhnya meninggalkan Shela dan Senja.
...****************...
15 tahun kemudian.
"Hidup kita ini di bawah perlindungan hukum. Kalau kau di sekolah jadi penakut seperti ini, mau jadi apa kamu? Kamu itu perempuan Senja. Sudah capek ibu memperingatkan kamu. Jadilah wanita yang tegar, tegas dan berani. Cuma dilempari sampah aja kamu sudah nangis kayak gini. Udah berkali-kali ibu bilang, kalau kamu gak salah, ya lawan. Capek ibu ngomong sama kamu, gak pernah dengerin ucapan orang tua," ucap Shela memarahi Senja di depan sekolahnya.
Inilah Senja, yang selalu dibenci oleh ibunya sendiri. Padahal selama ini Senja selalu menurut sama ibunya, sampai-sampai dia dikucilkan dari masyarakat hanya karena ibunya membenci dirinya.
Akibat ulah Shela yang sering memarahi Senja di manapun tempatnya, orang-orang jadi meremehkan Senja. Senja benar-benar seperti sampah. Makanya teman-temannya tak segan-segan melempari sampah setiap kali Senja datang ke sekolah.
Tak jauh dari sana, seseorang telah melihatnya dengan senyuman penuh arti. Dia adalah Daren. Laki-laki 23 tahun itu kini sudah menjadi ketua mafia. Masih dibilang sangat muda untuk menjadi seorang penjahat. Tapi otak Daren yang kelewat licik dan cerdas itu mampu mengatasi masalah yang ia timbulkan. Hanya saja, hidupnya tak bisa bebas lagi. Semua orang kepolisian dan anggota TNI masih mengawasi keberadaannya. Jadi kalau mau berbuat sesuatu, Daren harus berhati-hati.
Di saat Senja menangis di samping gerbang sekolah, Daren yang tengah menyamar itu berpura-pura lewat di depannya.
'Ternyata inilah anak dari musuh ayahku. Welcome Senja, sebentar lagi aku akan mencabut nyawamu,' batin Daren sambil melirik ke arah Senja.
Senja yang sadar akan intaian seseorang langsung balik menatap orang tersebut.
Tatapan sendu Senja membuat Daren memalingkan muka. Daren buru-buru menjauh tanpa perduli dengan keadaan Senja.
"Sial. Kenapa yang ku temui seorang gadis cengeng?" gerutu Daren sambil membuang masker wajahnya.
Selama ini dia mengawasi Senja dari kejauhan. Tak habis pikir, setelah di depan matanya. Sosok Senja itu seperti gadis yang tertindas.
'Seburuk itukah nasib Senja?'
...****************...
"Usiamu sudah 16 tahun Senja. Saatnya kamu balas dendam atas kematian ayahmu!" ucap Shela dengan penuh emosi.
Diam-diam Shela juga ikut dalam mengawasi Daren si anak mafia yang telah membunuh suaminya. Sejauh ini tidak ada masalah. Karena yang mereka tahu, anak mafia ini bersikap seperti orang-orang pada umumnya. Jadi siapa sangka, kalau Daren juga terlibat dengan penyelundupan barang-barang haram selama ini.
"Bagaimana aku harus balas dendam, Bu?" Senja, dia sangat lemah. Fisik dan psikologisnya sudah tertekan akan amarah Shela. Sampai dia tidak punya tujuan hidup selain menuruti semua keinginan ibunya.
"Kuatkan mentalmu dulu! Sudah berapa kali ibu bilang, kuatkan mentalmu. Jangan cengeng. Karena lawan kita bukanlah orang sembarangan!"
Shela berucap sambil melemparkan beberapa benda balok ke arah Senja. Dengan sedikit kesusahan, Senja berusaha menangkapnya meskipun sesekali dia gagal menangkap benda balok tersebut. Kegiatan itu dilakukan berulang-ulang. Sampai mental Senja terlatih sungguh-sungguh agar tidak lemah seperti sebelumnya.
...****************...
Beberapa bulan kemudian.
Amarah Shela sedikit sirna. Kini Senja yang dulu mulai berubah. Kalau soal watak, sebenarnya watak Senja tak akan pernah bisa dirubah. Senja tetaplah Senja yang selalu rapuh di saat dia sendirian. Dia bersikap tegas dan keras hanya di depan orang lain saja. Sungguh kalau bisa memilih, lebih baik Senja memilih tidak dilahirkan saja. Dari pada dilahirkan namun dihantui untuk balas dendam dengan orang yang Senja sendiri belum tahu sosoknya itu seperti apa.
"Huh! Hah!"
Suara Senja naik turun. Saat ini sedang olahraga angkat besi. Kata ibunya, biar tangannya kuat saat ada lawan yang menyerang. Apapun itu, asal perintah dari Shela akan Senja lakukan. Senja seperti ini hanya ingin agar Shela melihatnya sebagai anak. Bukan bayang-bayang atas kematian ayahnya.
'Ini demimu ibu. Dan juga kematian ayah,' batin Senja sambil mengingat foto ayahnya yang terpajang di setiap sudut ruangan rumahnya. Foto Senja? Ibunya itu tak pernah mau memajang fotonya. Semua kenangan tentang Senja tidak pernah ada di dalam lubuk hati Shela.
Dendam itu, tiba-tiba membara di hati Senja. Semua memang sudah tertanam sejak dia baru lahir. Hanya saja, Senja tak bisa melampiaskan emosinya.
"Akan aku balaskan dendamku pada kamu yang telah membunuh ayahku!" ucap Senja sambil melemparkan besi dari tangannya.
Di tempat yang berbeda. Daren juga tengah melatih ilmu bela dirinya. Entah buat siapa itu, yang jelas dendam Daren begitu membara. Setiap kali mengingat suara tembakan itu, yang ada di pikiran Daren hanyalah ingin menghabisi nyawa Shela dan Senja.
"Akan aku habisi mereka berdua dengan tanganku sendiri," gumam Daren sambil memukuli samsak seperti orang yang kesetanan.
"Tunggu tanggal mainnya. Kali ini aku masih membiarkan kalian bernafas lega, karena kalian itu pecundang. Mengandalkan keamanan dari mata-mata polisi." Daren berbicara sendirian di sana. Tak ada teman atau sahabat. Meskipun dunianya hitam, tapi sesungguhnya Daren sangatlah kesepian.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
flora
seru thor
2023-06-13
0
ƙơ℘ı ცąʂı☕️🍒⃞⃟ 🦅
saling dendam
2023-01-30
1
me_bhebril1206
Dendam yg semakin ditanam tumbuh makin subur dihari masing2 antara Senja n Daren😪
2023-01-23
0