...****************...
Suara derap langkah kaki terdengar begitu merdu dijalanan. Senja, dia baru keluar dari area sekolah. Semenjak dia melatih mentalnya, dia sudah jarang mendapat bully-an lagi.
Tapi lihatlah dia, hidupnya tak pernah bisa bebas. Di mana-mana selalu ada seorang polisi yang menyamar menjadi orang biasa di belakangnya.
Sebenarnya Senja masih kurang mengerti. Mengapa sampai segitunya polisi mengawasinya? Apakah anak mafia yang dimaksud ibunya ada di sekitarnya?
Malas berpikir yang tidak-tidak. Akhirnya Senja memilih menghindar dan pergi ke makam ayahnya.
"Ayah," panggilnya sambil duduk menatap batu Nisan yang bernamakan Jagat, meninggal tepat di mana Senja dilahirkan.
"Kenapa nasib kita seperti ini ayah? Kenapa ibu membenciku? Apakah lahirku dan kematianmu adalah kesalahan?"
Air mata itu tiba-tiba jatuh menetes di atas pusara sang ayah. Tak ada jawaban apapun atas pertanyaan Senja. Dia segera berdiri. Waktu sudah hampir sore, dan sebentar lagi waktu senja akan tiba. Jika dia tak segera sampai rumah, ibunya pasti akan memarahinya.
"Aku harus cepat!" ucapnya buru-buru.
Tak cukup dengan berjalan cepat. Akhirnya Senja putuskan untuk berlari saja.
BRUKK!!!
"Auh! Bokongku!" teriak Senja sambil meringis kesakitan.
Laki-laki yang ditabrak Senja hampir saja memakinya. Tapi laki-laki itu sadar, siapa gadis yang menabraknya saat ini.
"Lain kali jalan pakai mata!" teriaknya dan meninggalkan Senja dengan acuh.
"Setidaknya tolongin!" balas Senja tak kalah teriak.
Laki-laki itu adalah Daren. Sebenarnya dia sempat menoleh atas teriakan Senja. Tapi dia tidak punya banyak waktu untuk menolong anak dari musuh ayahnya.
Dengan acuh tak acuh Daren meninggalkan Senja. Dia terus berjalan dan menghilang di area pemakaman.
Senja menatapnya bingung. "Kayaknya aku tidak asing. Tapi ketemu di mana ya?" gumamnya. Sebab Daren mengenakan masker, jadi Senja tak ingat kalau dia pernah melihatnya beberapa waktu yang lalu.
Setelah mengumpulkan tenaganya, akhirnya Senja bisa berdiri sendiri. Hanya saja, pantatnya sedikit nyeri akibat berciuman dengan aspal. Sungguh Senja, dia begitu ceroboh.
"Ibu tak boleh tahu soal ini," gumamnya dan kembali berjalan cepat. Kali ini dia tidak lari, takut kalau ada korban yang ia tabrak selanjutnya.
...****************...
"Bodoh!" teriak Shela memarahi Senja.
Shela marah dan benci dengan waktu yang bernamakan senja. Di mana saat itu suaminya meninggal di saat dia melahirkan anak yang bahkan ia beri nama Senja.
"Sudah berapa kali ibu bilang, jangan pernah keluyuran sampai waktu senja. Tapi kau terus melanggarnya Senja. Jadi kali ini ibu tak akan memberikanmu makan sampai besok," kata Shela.
Dan ini adalah siksaan yang Senja terima entah yang ke berapa kalinya.
"Maafkan aku ibu," ucap Senja. Dia sudah tahu pasti, hal ini bakalan terjadi. Mau tidak mau, akhirnya Senja hanya bisa menurut saja.
Senja merebahkan diri di kamarnya. Rasanya dia sudah bosan hidup seperti ini. Kapan dia akan bahagia? Apakah dia harus membalaskan dendam ibunya sekarang? Biar ibunya menyayanginya?
Entah karena kecapaian atau karena mengantuk. Senja tertidur lebih awal dari biasanya.
Baru juga tidur beberapa waktu. Suara mengejutkan dari jendela kamarnya membangunkannya.
"Siapa di sana?" teriak Senja dengan waspada. Tak sengaja Senja menatap bayangan seseorang di balik jendela kamarnya yang belum sempat ia tutup.
Terlihat orang itu tengah melarikan diri. Dan Senja langsung berlari mengejarnya.
"Hei!!" teriak Senja tanpa takut.
'Sejak kapan tikus ini jadi pemberani seperti ini?' batin pengintai tadi yang tak bukan adalah Daren.
"Berhenti!!" teriak Senja yang kini sudah berada tepat di belakang Daren.
Daren masih tetap berdiri membelakangi Senja. Sebab dia terkejut dengan kedatangan 2 orang yang diduga adalah petugas kepolisian yang akan menjaga rumah Senja.
Tak ada waktu lagi, Daren langsung menghadap ke belakang dan membekap mulut Senja tanpa ampun. Beberapa kali Senja mencoba memberontak, tapi usahanya gagal. Dia kalah kuat dengan tenaga Daren yang lebih kuat darinya.
Sebelum 2 orang polisi itu melihatnya, Daren segera menarik Senja bersembunyi di belakang tembok yang tak jauh dari tempat mereka. Senja mengikuti alur dari Daren, jadi dia diam saja saat Daren mengajaknya bersembunyi.
"Diam! Jangan mengeluarkan suara apapun. Sekali kau berteriak, aku Pastikan nyawamu tak akan selamat!" ancam Daren sambil mengeluarkan pistol dari balik jaketnya.
Jelas Senja ketakutan, sebab dia merasa berhutang pada ibunya untuk membalaskan dendam ayahnya yang telah tiada.
"Kenapa kau mengajakku sembunyi? Apa kau takut dengan dua orang itu?" tanya Senja saat Daren melepaskan tangannya dari mulut Senja.
Pistol itu masih mengarah pada kepala Senja. Senja takut, dia hanya mengikuti ucapan si pria berjaket hitam ini. Bahkan maskernya pun tertutup.
Daren menatap Senja dengan intens. Di saat itulah Senja sadar siapa pria yang telah membekapnya.
"Kau!! Kau laki-laki yang sudah membuat pantatku kesakitan," pekik Senja dan Daren kembali membekap mulutnya.
"Aku bilang DIAM! Kau bisa diatur tidak sih?" kata Daren sedikit emosi.
"Tidak, bukan seperti itu." Dan Senja pun akhirnya terdiam. Entah kenapa, dia jadi menurut sama ucapan laki-laki yang tak ia kenal itu. Senja seperti ini karena dia penasaran. Siapa sebenarnya sosok pria di balik masker ini?
...****************...
"Dari mana saja kau? Jam segini baru keluar dari kamar," tanya Shela sambil menyiapkan makanan di meja makan.
Semalaman Senja terjebak bersama pria misterius. Dari sorot matanya menyimpan banyak dendam, tapi entah untuk siapa. Hingga tengah hampir tengah malam setelah situasi aman. Pria misterius itu meninggalkan Senja sendirian tanpa mengatakan apa-apa. Jadilah Senja bangun kesiangan.
Merasa bersalah dengan ibunya, Senja hanya bisa diam.
"Ini sarapanmu! Ibu mau ada tugas di kantor," ucap Shela yang kini sudah berdandan rapi. Setelah kematian Jagat, Shela mulai bekerja di kantor dinas perhubungan.
"Makasih Bu," balas Senja sambil duduk. Dia kelaparan, jadi tanpa menunggu waktu lama. Makanan itu langsung tertelan oleh mulutnya.
"Ibu!" panggil Senja saat melihat ibunya hendak pergi.
"Apalagi? Jangan banyak tingkah kalau kau tidak ingin aku marah," ucap Shela yang segera membalikkan kembali badannya.
Senja hanya bisa membuang nafasnya dengan berat. Ibunya benar-benar seperti orang lain baginya.
"Aku hanya ingin bilang, semalam ada seorang laki-laki menyelinap di rumah kita," katanya pelan. Meskipun dengan suara yang keraspun, Shela tak akan pernah bisa mendengarnya.
"Kalau aku punya teman seorang pria, apakah aku akan diijinkan?" gumam Senja di pagi itu.
"Kau bisa berteman dengan siapapun Senja, kenapa kau harus takut? Ini hidupmu, pasti ibumu juga mengijinkannya," jawab Senja pada dirinya sendiri.
Usai sarapan. Senja meninggalkan rumah dan berjalan kaki menuju sekolahnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
flora
aku mengikuti
2023-06-13
0
ƙơ℘ı ცąʂı☕️🍒⃞⃟ 🦅
anak jd korban
2023-01-30
0
JW🦅MA
WADUH ADA LELAKI MOSTERIUS YA YANG MENGAWASI SEMUANYA
SIAPAKAH DIA LELAKI MISTERIUS ITU
JADI ASYIK YA BACA NOVEL INI
2023-01-11
0