Darren menatap sedih foto wanita di dalam bingkai, mimik wajahnya juga terlihat sangat menyesal. Bahkan, tetesan air mata mulai membasahi kedua pipi dan bibirnya terus mengucap kata maaf sambil menciumi bingkai tersebut.
"Maaf ... Andai saja malam itu aku bisa mengontrol emosiku, mungkin kamu masih ada disisiku Nurma. Karena keegoisanku, keluarga kecil kita menjadi hancur," lirih Darren.
Dia mengingat kejadian lima bulan lalu, dimana dia bertengkar hebat dengan Nurma — istrinya hanya karena hal sepele. Waktu itu, Darren ingin memberi tahu jika semua kekayaan dan warisan keluarganya menjadi atas nama Nurma. Namun, siapa sangka niatnya malah menjadi bumerang untuk mereka berdua.
"Darren, aku nggak mau menerima semua! Ini bukan hakku, kita menikah karena saling mencintai bukan karena harta!" seru Nurma menolak keputusan suaminya.
"Keputusanku sudah bulat, Nur. Ini memang hakmu dan aku sudah menyiapkan semua jauh-jauh hari, jadi bersiaplah besok pagi kita ke kantor untuk mengumumkan perihal pengalihan hak waris serta perusahaan."
Nurma menggeleng tak menyangka, suaminya yang selama ini selalu izin jika melakukan apapun, sekarang berbuat seenaknya tanpa bertanya dan membuat keputusan sepihak.
"Gila kamu, Ren! Sadar nggak sih sikapmu ini membuat aku terlihat seperti wanita gila harta, jangan egois Ren! Mama dan papamu masih hidup! Bisa-bisanya mengalihkan semua harta atas namaku," marah Nurma.
"Mama, papa tau akan hal ini Nur. Mereka juga setuju, tolong jangan membuat keadaan semakin rumit. Semua yang ku lakukan juga demi kebaikan kalian, sewaktu-waktu Tuhan bisa mengambil nyawaku dan aku nggak mau kalau kalian nanti terlunta-lunta," tegas Darren masih tetap dengan pendirinya.
"Kamu egois!" Nurma mendorong tubuh suaminya. Setelah itu dia berlari ke arah garasi.
Darren yang melihat istrinya ingin pergi langsung mengejarnya ke bagasi, mereka berdua kembali adu mulut dan Darren keceplosan mengatakan hal menyakiti hati Nurma.
"Nur, maaf sungguh aku nggak bermaksud —"
"Kamu jahat, Ren!" Nurma tak mau mendengar perkataan suaminya lagi, dia lebih memilih masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah.
Darren yang melihat itu tak tinggal diam, dia mengejar istrinya dengan mobil lain. Aksi kejar-kejaran terjadi di jalan raya, bahkan mobil Nurma makin kesini semakin kencang sehingga keluar dari pembatas jalan dan kecelakaan pun terjadi tepat di kedua mata Darren.
"Darren!"
"Ha?" Darren amat terkejut sampai tersadar dari lamunannya.
"Aku memanggilmu dari tadi, Darren!" kesal Galvin — kakak kandung Nurma.
"Maaf, aku nggak mendengar panggilanmu," balas Darren sambil menghapus jejak air matanya.
"Ada keperluan apa sampai malam-malam datang ke rumah? Bukannya kamu sangat membenciku dan tak ingin menatapku lagi, Kak?" Darren menatap penuh tanya pada lelaki di depannya itu.
Dia masih ingat betul, bagaimana Galvin bersumpah tidak akan pernah menemuinya dan memutuskan hubungan di antara mereka. Sampai sekarang pun kakak iparnya itu masih menyalahkan dirinya, atas kematian Nurma.
"Siapa wanita itu?"
"Siapa?" Darren berbalik tanya.
"Jangan pura-pura bodoh, Ren! Aku punya mata-mata disini dan dia memberikan info jika kamu membawa pulang Nurma, apa maksud semua ini!?" Galvin terlihat emosi, bahkan dia sampai menarik nafas panjang agar tidak lepas kontrol.
"Ck! Ternyata ada pengkhianat di rumahku sendiri, pantas saja aku merasa ada yang nggak beres. Lagian, kenapa Kakak sangat peduli dengan apa yang ku lakukan?" tanya Darren terkekeh miris.
"Brengsek! Jika menyangkut tentang adikku, maka aku akan ada di garda terdepan! Cepat katakan, siapa dia dan kenapa semua orang mengatakan Nurma kembali. Jelas-jelas aku sendiri yang menguburkan jenazahnya!"
Galvin tak sabar lagi, dia bahkan sampai menarik kuat kerah baju Darren. Rasa emosinya selalu tinggi jika berhadapan dengan iparnya, apalagi Galvin masih menganggap kematian adiknya karena kecerobohan Darren.
"Namanya Adistya Putri, umurnya masih sekitar dua puluh tahun. Wajahnya sangat mirip dengan Nurma, sebab itulah aku membawanya pulang dan akan menjadikan dia pengganti Nurma!" seru Darren akhirnya mengungkapkan semua rencananya ke depan.
"Adikku tak akan pernah bisa tergantikan, Brengsek!"
Bug!
Satu tinjuan mendarat sempurna di pipi. Galvin sangat murka mendengar pengakuan Darren, dia merasa mantan adik iparnya sangat keterlaluan sampai memanfaatkan orang demi memenuhi keinginannya.
"Nurma memang tak bisa tergantikan! Sampai kapanpun hanya ada namanya di hatiku, tapi sedikit saja pikirkan Camelia, Kak! Lima bulan ini dia selalu mencari keberadaan ibunya, hanya Adistya yang bisa menggantikan Nurma hanya Adistya!" teriak Darren mampu membuat Galvin terdiam.
Dia mengusap wajahnya kasar, kepalanya sangat sakit memikirkan semua. Galvin merasa tindakan ini salah besar, meskipun demi Camelia — keponakan tercintanya.
"Caramu salah, Ren! Meski mereka sama, tapi pasti akan ada perbedaan. Aku takut Adistya sikapnya buruk dan tak ada keibu-ibuan nya," kata Galvin terduduk lemas.
"Sikapnya memang berbeda, Kak. Tapi aku yakin, Adistya bisa memposisikan dirinya di hadapan Camelia. Kak ...."
Darren mendekati kakak iparnya dan berjongkok tepat di hadapan Galvin. "Kali ini saja, biarkan Camelia beranjak dewasa dan bisa paham akan kepergian Nurma," mohon Darren.
Terlihat Galvin tak setuju, tapi mengingat keponakannya saat ini membutuhkan sosok Adistya, mau tak mau dia harus setuju dengan keputusan Darren.
"Terserah apa maumu, Ren. Yang jelas, tindakan ini salah. Jika ada sesuatu nantinya, aku tak mau ikut campur!"
***
Disisi lain, Ratna sangat marah besar ketika dia mengetahui Adistya di culik orang. Wanita itu terus marah-marah, bahan mencambuk Ardi karena menganggapnya tak becus mengurus aset berharga miliknya.
"Dasar lelaki bodoh! Apa gunanya tubuh sixpack, tapi menghadapi penculik tak bisa! Aku nggak mau tau, cari Adistya sampai dapat, sebelum Baron menginginkannya!" teriak Ratna.
"Aku lebih memilih dia di bawah orang itu, daripada dijual ke lelaki tua pilihanmu!" tolak Ardi. Meski hatinya sangat khawatir, tapi dia yakin jika orang yang membawa anaknya itu baik.
"Kurang ajar, memang kamu sanggup bayar ganti ruginya, ha!?" Ratna semakin murka dan menendang Ardi.
"Apa kurang uang yang aku hasilnya selama menjadi gigolo, ha? Kenapa kamu masih mengincar anakku, Ratna," bantah Ardi. Dia berusaha berdiri dan mendekati Ratna, tapi wanita itu langsung mencambuknya.
Ratna mencengkeram kuat dagu Ardi, dia dongakkan secara kasar agar Ardi menatapnya. "Itu dulu, sialan! Dulu memang menghasilkan banyak uang, tapi sekarang nggak! Asal kamu tau juga, Baron mampu membeli keperawanan anakmu seharga satu miliar. Jadi Adistya lebih berharga darimu, paham kan sekarang!"
"Nggak! Sampai matipun aku nggak rela Adistya menjadi budakmu, cukup aku yang kamu buat seperti pelacurr!" Ardi memberontak dan ingin keluar dari rumah adiknya.
Tapi, baru saja dia melangkah Ratna memberi isyarat pada semua pengawal untuk menahan Ardi. "Kalian, sekap dia dan nanti malam bawa dia ke hotel Cememey. Biarkan dia melayani pelanggan laki-laki, anggap saja ini sebagai peringatan bahwa siapapun tak bisa membantah perintah Madam Ratna!" serunya.
Setelah itu orang suruhan Ratna langsung menyergap Ardi, mereka juga memaksanya masuk kedalam dan jika Ardi menolak maka kekerasan yang dia dapatkan.
"Gila kamu, Rat! Gila! Ingat segala sesuatu yang kamu lakukan pasti akan ada balasannya, ingat Ratna!"
...****************...
Selamat Membaca 😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
putia salim
nurma....dpt syan aset warisan suami kog menolak🤦♀️kalau aq jd km past menerima dngan hati gmbira🤭.
untuk ardi ayahnya adistya,masa sm perempuan kalah🤦♀️
2023-03-02
0
Hani P Hani
kasihan sekali adistya
2023-02-05
0
Elisa Nursanti Nursanti
😡😡😡😡😡😡😡😡😡
2022-12-24
0