Pagi hari yang begitu suram bagi Adistya. Semalam suntuk dia tak bisa memejamkan matanya, bayang-bayang ayahnya yang di tindas sang bibi membuat Adistya merasa sedih dan semakin sakit hati.
Ingin sekali Adistya membawa ayahnya keluar dari rumah neraka ini, tapi dia belum memiliki tujuan maupun uang lebih. Bahkan, kuliah saja Adistya masih membebani Ayahnya.
"Aku mau cari kerja saja, buat apa kuliah mahal-mahal jika setiap hari melihat ayah dihina!" serunya terduduk cepat.
Adistya bertekad akan mencari kerja saja dan mengambil cuti kuliah, kalau perlu keluar sekalian. Baginya, pendidikan sekarang bukan nomor satu, ayahnya lah yah harus diprioritaskan.
Secepat kilat, Adistya turun dari atas ranjang. Setelah selesai membersihkan diri dan merias wajahnya, dia langsung turun menyapa ayahnya.
"Selamat pagi, Ayah," ucap Adistya sambil mencium kedua pipi Ardi.
"Selamat pagi, Sayang. Sini sarapan, Ayah tadi masak capcay kesukaanmu," ucap Ardi mempersilahkan Adistya duduk di atas kursi.
"Ayah memang yang terbaik, Tya sangat beruntung memiliki orang tua seperti Ayah." Mata Adistya mulai berkaca-kaca, tapi dengan cepat dia mengibas-ibaskan tangannya agar air mata tak jatuh begitu saja.
"Sudah cepat makan, nanti keburu dingin," kata Ardi.
Mereka berdua pun makan secara damai, tidak ada ribut-ribut seperti semalam karena bibinya kalau jam segini masih tidur dan akan bangun nanti sore.
"Tya, Ayah harap perjanjianmu dengan Ratna tidak serius. Ayah pasti akan sangat kecewa dan merasa gagal menjagamu, jika —"
"Ayah, jangan khawatirkan aku. Semua akan baik-baik saja, yakin sama Tya," potong Adistya agar ayahnya tidak terlalu memikirkan tentang keputusannya semalam. Jika, ayahnya terus berkata seperti ini, Adistya takut hatinya akan goyah dan mengurungkan niatnya untuk memenuhi permintaan bibinya.
"Tapi —"
"Ayah, tatap mataku. Yakinlah, semua akan baik-baik saja. Lagian waktunya juga masih seminggu lagi kan, siapa tau ada pangeran tampan menolong Tya dan membebaskan kita dari jeratan nenek lampir itu," ucapnya sambil terkekeh.
"Kamu ada-ada saja, Tya. Sudah makan dulu jangan banyak bicara, nanti keburu dingin," kata Ardi terus menata
Adistya mengangguk paham dan segera menyantap hidangan di depan meja. Setelah selesai, Adistya pamit berangkat kuliah. Namun, ketika dia membuka pintu pemandangan merusak mata langsung menusuk kalbu.
"Kamu!" seru Adistya amat kesal. Dia mendorong tubuh Darren agar menjauh dari rumahnya dan memaki lelaki didepannya ini.
"Ngapain kamu kesini, ha? Tau dari mana alamat rumahku, dasar orang gila, penguntit, nggak waras, dan — ummmm ...."
Adistya terbelalak lebar tak kala bibirnya di bungkam oleh Darren. Merasa dilecehkan sekali lagi, Adistya memberontak cepat. Tangannya terus memukul-mukul dada lelaki itu dan berusaha mendorongnya.
Namun, usahanya terasa sia-sia saat Darren semakin menekan kepalanya sehingga ciuman mereka berdua semakin dalam. Adistya sangat marah, dia tak mau diperlakukan seperti ini apalagi mereka hanya orang asing.
"Brengsek!"
Sekuat tenaga Adistya menginjak kaki Darren dan mendorong lelaki itu menjauh, setelah dia terbebas Adistya langsung menghapus jejak ciumann tadi secara kasar.
"Kamu melecehkanku lagi! Dasar mesum, nggak punya etika!" marah Adistya.
"Sayang, kita pulang ya. Aku sangat merindukanmu, jangan seperti ini Sayang," ucap Darren sambil memeluk Adistya sangat erat.
"Sayang mbahmu! Cepat lepaskan aku, tolong ada orang gila!" teriak Adistya agar orang-orang menolongnya, tapi sayang sekali tetangganya hanya melihat dan tak mau menolong.
"Maki lah aku, Jika itu membuatmu lega. Ini semua memang salahku, aku mohon kembalilah pulang."
Kepala Adistya mendadak pusing, mendengar ocehan Darren membuatnya bingung dan semakin kesal. "Kamu memang gila! Ayah tolong aku ayah, ada orang gila!Ayaaaaahhh!"
Teriak Adistya sangat keras sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Darren, dia tak tau harus meminta tolong siapa lagi. Tetangga hanya melihat saja, jadi mau tak mau Adistya mengandalkan Ardi.
"Ada apa ini? Lepaskan anakku, siapa kamu?" Ardi keluar dengan perasaan khawatir ketika melihat anaknya dipeluk seseorang.
"Ayah tolong Tya, dia lelaki gila Ayah!" seru Adistya sambil mengulurkan tangan agar Ardi menolongnya.
"Lepaskan anakku!"
"Aahhh!" Adistya menjerit kencang ketika tubuhnya di angkat Darren. Sedangkan beberapa orang menghalangi Ardi agar tidak mengganggu Darren.
"Ayah ...."
"Tya, tolong lepaskan anakku!"
Adistya menangis melihat ayahnya memohon, sedangkan Darren tak memperdulikan semua dan terus berjalan ke arah mobil. Tanpa menunggu lama, Darren membawa masuk Adistya dan langsung mengunci pintu mobil.
"Lepaskan ayahku!"
"Asal kamu diam, maka akan ku suruh mereka melepaskan ayahmu," ucap Darren sambil mengelus lembut pipi Adistya.
"Cih, lepaskan tanganmu!" Tepis Adistya.
"Kamu sekarang sangat kasar, Sayang. Kita hanya berpisah lima bulan, tapi sikapmu menjadi bar-bar," bisik Darren tepat di telinga Adistya.
Adistya merasa risih, dia mendorong tubuh Darren tapi lelaki itu malah menarik tengkuknya dan menciumnya kembali. Ciumann yang sangat lembut berbeda dengan tadi, sehingga membuat Adistya sedikit terbawa suasana.
Tapi, beberapa menit kemudian Adistya tersadar dan mendorong tubuh Darren. "Jangan sembarangan menciumku!" serunya sangat gugup.
"He he he, tapi kamu menikmatinya Sayang." Goda Darren semakin membuat Adistya malu.
"Ahh, sana menjauhlah!"
Adistya tak berani menatap Darren, lebih baik dia diam dan mengikuti apa mau lelaki ini daripada dia harus dicium terus-menerus.
***
"Ayo turun."
Adistya menatap kesal pada Darren, entahlah dia dibawa kemana, tapi yang jelas tempat ini sangat jauh dari rumah dan terpencil.
"Aku bisa keluar sendiri!" serunya mengabaikan uluran tangan Darren yang berniat membantu Adistya keluar.
Dengan langkah acuh Adistya keluar dari mobil dan menatap Villa besar di hadapannya. Sejenak Adistya menjadi gugup, merasa Darren bukan orang biasa apalagi banyak sekali pengawasan di sekeliling Villa.
'Mampus aku, ternyata dia bukan orang sembarangan, ada banyak penjaga di sekitar sini! Bagaimana bisa kabur kalau seperti ini,' batin Adistya sambil garuk-garuk kepalanya.
"Ayo masuk," ajak Darren tapi Adistya masih berdiam diri di samping mobil.
"Kenapa?"
"Ayah bagaimana? Apa kamu sudah melepaskan dia," lirih Adistya sangat gugup.
"Sudah."
Hanya itu saja yang keluar dari bibir Darren, setelah itu dia menggandeng tangan Adistya. "Jangan --"
"Menurutlah, Sayang!"
Melihat tatapan Darren yang sangat mengerikan membuat nyali Adistya menciut, mau tak mau dia harus menerima perlakuan itu dan segera masuk ke dalam Villa.
Ketika pintu besar di hadapannya terbuka lebar, Adistya melihat banyak sekali pelayan yang menyambut mereka sambil membungkuk.
"Selamat datang tuan ...." sapa mereka serempak. Namun, ketika mereka mendongak, raut wajah mereka seperti terkejut melihat Adistya.
"Nyonya Nurma!" seru mereka sambil menatap Adistya.
Adistya yang merasa risih, seketika memundurkan langkah kakinya dan bersembunyi di belakang Darren. "Kenapa mereka menatapku seperti itu dan siapa Nurma, tolong jelaskan," bisiknya terus bersembunyi dari tatapan para pelayan.
"Mereka sangat merindukanmu, Sayang. Maaf, pasti beberapa bulan ini membuatmu susah sampai ingatanmu sedikit hilang. Mereka adalah pelayan rumah, sekaligus orang-orang yang sangat menyayangimu," jawab Darren membalikkan badan agar bisa menatap Adistya.
"Ish, aneh banget sih kalian ini. Nggak hanya kamu yang gila, seisi rumahmu juga ikut gila! Aku nggak amnesia, harus berapa kali sih harus ku katakan!" kesalah Adistya ingin keluar dari rumah.
"Mau kemana, Sayang!" Darren menahan langkah kaki Adistya.
"Mau pulang, disini semua orang gila! Aku nggak mau ketularan gila, jadi lepaskan aku!" serunya ingin melarikan diri, tapi Darren mengisyaratkan para pengawalnya untuk menahan Adistya.
"Lepas! Ini sama saja tindakan kriminal, penculikan dan pencabulann!" teriaknya tapi malah mendapat kekehan kecil dari Darren.
"Aku nggak akan melepasmu lagi, Sayang. Cukup sekali membuat kesalahan, sampai membuatmu pergi," ucap Darren.
"Brengsek, lepaskan aku!"
Darren benar-benar tak memperdulikan teriakannya, yang ada Adistya semakin diseret masuk kedalam kamar dan menguncinya dari luar. Teriakan demi teriakan dia lontarkan, tapi semua seakan percuma sekaligus sia-sia.
"Darren dasar bajingann tengik!
...****************...
Hai aku ada rekomendasi cerita punya temenku, jangan lupa mampir ya ceritanya sangat bagus loh.
Author : Yayuk Triatmaja
Judul : TERPAKSA MENIKAH DENGAN PRIA AMNESIA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
naya linta
imajinasiku langsung melayang
2024-12-25
0
putia salim
istrinya Darin meninggal kah,atau menggat?
2023-03-02
0
Elisa Nursanti Nursanti
😆😆😆😆😆😆😆
2022-12-24
0