Dikejar Duda

Dikejar Duda

DD - 1

"Eh, lepas! Apa-apaan ini, main peluk dari belakang!" Adistya memberontak sembari berteriak ketika seorang lelaki asing memeluknya dari belakang. Teriakannya bahkan sampai mengundang  perhatian para tamu dan mulai berkerumun di area taman belakang. 

"Maafkan aku Sayang, semua memang salahku. Pulang ya, kita mulai semua dari nol."

"Mulai dari nol apanya? Aku nggak kenal kamu, cepat lepasin! Dasar orang gila, kalau gila ke RSJ jangan ke pesta besar!"

Mereka terus berdebat, sampai menimbulkan kericuhan. Para tamu yang melihat perdebatan itu, merasa was-was, apalagi Adistya sampai mengatai lelaki itu gila. 

"Aku ulangi sekali lagi, lepaskan pelukanmu atau jangan salahkan aku jika sifat bar-bar ku muncul!" teriak Adistya sedikit mengancam agar lelaki di belakangnya ini melepaskan pelukannya. 

"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu lagi. Please, Sayang, pulang dan aku mengaku salah. Kasihan Camelia, dia selalu mencarimu, pulang ya?"

Mendengar itu Adistya menggeleng kuat. Enak saja dia dipanggil sayang, pacar saja tidak punya, tapi dengan lancang lelaki ini memanggilnya 'Sayang'

"Woe, sudah aku katakan, jangan memanggilku Sayang! Aku —"

"Baiklah, ayo pulang istriku. Sekarang kamu senang, istriku?"

Sungguh, Adistya ingin meninju lelaki ini. Benar-benar memuakkan, sampai dia merasa mual mendengar kata-kata istriku dari mulut lelaki gila itu. Karena tak bisa di ajak negosiasi, maka Adistya hanya punya satu pilihan, injak, tampar dan tendang tititnya. 

"Kamu yang membuatku marah, maka rasakan ini!"

Jleb!! 

"Aduh!"

Adistya sungguh-sungguh mengeluarkan jurus kaki seribu untuk menginjak kaki lelaki itu, merasa pelukannya longgar Adistya segera mendorong orang tersebut dan menamparnya. 

Plakkk! 

"Ini tamparan karena sembarangan memelukku!"

Plakkk! 

"Yang ini karena memanggilku, istri, sayang, apalah itu!"

"Dan ...."

Bugg!! 

"Dan ini karena kamu sengaja meremass bokongku, tadi!" 

Nafas Adistya sampai naik turun, dia sangat kesal dan juga malu. Dengan kejadian seperti ini nama baiknya bisa tercemar, bahkan mungkin dari beberapa orang mengira dirinya ini istri kejam yang tak mau mengakui suaminya sendiri. 

"Istri —"

"Aku bukan istrimu! Aku masih perawan, belum tersentuh sedikitpun dan aku ini mahasiswi, jadi mana mungkin memiliki suami gila sepertimu!" teriak Adistya terus menerus sampai membuat semua orang di sana saling berbisik. 'Masa bodoh dengan mereka!'

Meskipun lelaki di depannya ini seorang konglomerat, kalau caranya begini, Adistya tak segan-segan memberinya pelajaran berharga. 

'Lihatlah, gadis itu menendang masa depan CEO perusahaan Brama Group. Matilah dia, pasti hidupnya akan langsung berakhir,' bisik salah satu pengunjung pesta. 

Adistya mendengar desas-desus itu langsung menatap tajam mereka, dia juga tak kenal takut pada semua orang, intinya Adistya benar, jadi dia tidak akan takut. 

"Tya, astaga apa yang kamu lakukan!? Dia kolega kakakku, bisa bahaya kalau sampai dia mengamuk," cetus Mety — sahabat Adistya sembari menyeret Adistya sedikit menjauh. 

"Dia duluan kali, Met. Kamu tau sendiri kan dia tiba-tiba memelukku dari belakang dan dia melecehkanku juga," sahut Adistya tak terima sahabatnya lebih membela lelaki gila tadi. 

"Tapi dia bukan orang sembarangan, Astaga Tya!" Mety pun langsung meninggalkan sahabatnya dan menghampiri kolega kakaknya. 

"Tuan Darren, saya benar-benar minta maaf. Sahabat saya memang sedikit bar-bar, sekali lagi maafkan sahabat saya." Mety membungkuk sambil mengulurkan tangan, tapi sayangnya Darren menolak kebaikan Mety. 

"Aku tidak membutuhkan bantuanmu," kilah Darren. 

Darren berusaha berdiri sendiri, dia tak mau sembarangan orang menyentuhnya. Baginya, Mety bukan levelnya, menerima bantuannya sama saja menjatuhkan harga diri seorang Darren. 

Tak selang beberapa lama,  kakak dari Mety datang mendekati Darren. Dia terus meminta maaf atas kejadian malam ini, namun Darren tak membalas sedikitpun. Tatapan matanya masih tertuju pada Adistya, akan tetapi Adistya selalu melotot seakan-akan menantang Darren untuk perang. 

"Sungguh menarik."

"Apa yang menarik, Tuan?" tanya Felz — kakak Mety. 

"Bukan apa-apa!" Tatapan Darren benar-benar tatapan membunuh, padahal hanya melirik, tapi mampu membuat Felz dan Mety gemetar takut. 

"Oh ya, jika kamu mau kerja sama kita sukses, maka aku ingin informasi tentang gadis itu. Aku beri waktu dua puluh menit, jika setuju temui aku di privat room," bisiknya pada Felz. 

Darren berjalan mendekati Adistya, tatapan mereka saling beradu. Dia sangat tertarik pada wanita di depannya ini, dengan cara apapun Darren akan mendapatkan Adistya. 

"Apa lihat-lihat, mau ku congkel matamu!"

Darren tertawa mendengar ucapan Adistya, dia semakin mendekat dan meraih pinggang gadis itu sambil membisikkan sesuatu. "Mungkin hari ini aku tidak bisa membawamu pulang, tapi lihatlah suatu hari nanti kamu pasti pulang ke rumah, istriku."

***

"Gila! Dasar lelaki gila! Nggak ada sopan santun sekali, seenaknya mengklaim orang istri, dasar tua bangka!" umpat Adistya sambil berjalan memasuki gang kecil perkampungannya. 

Dia masih kesal dengan kelakuan Darren, sepanjang pesta lelaki itu selalu menatapnya dari jauh, bahkan terus membuntutinya di belakang saat pulang. 

Adistya merasa seperti orang yang memiliki hutang banyak, sampai diikuti segerombolan orang demi mendapat informasi. Untung saja otaknya sedikit pintar jadi ketika bus  berhenti di halte, Adistya keluar secara diam-diam dan bisa pulang dengan tenang. 

"Jangan sampai bertemu dia lagi, ih amit-amit!" serunya semakin mempercepat langkah kakinya. 

Ketika dia sudah sampai depan rumah, telinganya tak sengaja mendengar keributan dari dalam. Adistya begitu panik, karena tau siapa dalang keributan ini. Dengan sangat cepat dia masuk kedalam dan melihat apa yang sedang terjadi. 

"Ada apa ini?" teriak Adistya. 

Matanya seketika melotot lebar ketika melihat ayahnya memunguti nasi di atas lantai, hatinya sangat tercabik-cabik, ayah tercinta diperlakukan seperti ini. 

"Ayah!!" Adistya berjongkok mensejajarkan posisi mereka. "Kenapa Ayah memakan ini? Ya ampun Yah, ini nggak layak makan." Tak terasa air mata Adistya menetes begitu deras. Sakit sungguh sakit hati Adistya, dia baru saja makan enak tapi ayahnya memakan nasi berlumur pasir. 

"Ini masih bisa dimakan, Nak. Jangan hiraukan Ayah, lebih baik kamu masuk dan segera tidur," cegah Ardi. 

"Nggak, ini nggak layak -- aahhh!" Adistya menjerit keras saat seseorang menjambak rambutnya secara kuat, dia mendongak dan melihat bibinya terus mengoceh. 

"Dasar anak jalangg! Dari mana saja kamu, ha! Aku terpaksa melewatkan dua ratus juta ku gara-gara kamu menghilang!" teriak Ratna terus menjambak rambut Adistya. 

"Sakit sialan! Aku bukan anak jalangg, tapi kamu yang jalangg berkedok rasa simpati!" Adistya berusaha memberontak, tapi tenaganya kalah jauh apalagi tubuh sang bibi begitu besar seperti gajah duduk. 

"Lepaskan anakku! Dia masih kecil, jangan luapkan amarahmu pada anakku." Ardi memohon sembari memeluk kaki Ratna. 

Hancur! Hati Adistya sangat hancur melihat ayahnya semakin direndahkan, apalagi Ratna langsung menendang ayahnya sampai tersungkur. Adistya menjerit menangisi sang Ayah, lebih baik dia yang menderita, jangan ayahnya. 

"Bibi, lepaskan ayahku! Aku mohon, jangan sakiti Ayahku lagi. Akan kulakukan apapun itu, asal lepaskan ayah." Mohon Adistya. 

Dia terus memohon meski ayahnya berkali-kali berkata jangan memperdulikannya, tapi bagaimanapun Ardi tetaplah ayahnya, apapun akan Adistya lakukan asal bibinya berhenti menindas ayahnya. 

"Bagus, dari awal seperti ini aku nggak perlu pake otot. Satu minggu lagi Baron akan membelimu dan kamu harus melayani dia sampai puas. Jika sampai gagal, maka jangan salahkan aku jika Ayahmu menjadi mayat hidup!" 

"Baiklah, aku akan menurutimu. Tapi aku mohon, jangan perlakuan Ayahku seperti ini." 

Dengan terpaksa Adistya menerima permintaan bibinya demi kebaikan sang Ayah, apapun akan dilakukan asalkan semua baik-baik saja. 

"Tya, Ayah —"

"Ayah, jangan pikirkan Tya. Yang penting Ayah bisa hidup tenang," sahut Adistya tak mau ayahnya menghalangi semua. Tak mau, ayahnya terlalu lama di atas lantai. Adistya memutuskan membawa Ardi masuk ke kamar. 

 'Suatu hari nanti akan ku balas perbuatanmu wanita tua!'

...****************...

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩR.AISYAH👙

🍭ͪ ͩR.AISYAH👙

mampir 🤗🤗🤗

2023-05-25

0

putia salim

putia salim

eng ing eng....hadir kak😁

2023-03-01

0

Devi Handayani

Devi Handayani

hmmm.. sepertinya aku mulai cukaaa😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍

2022-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!