5 Berkenalan Lagi

Di dalam mobil yang sangat nyaman, Ameena duduk dengan gelisah sambil memikirkan adiknya yang pingsan di sekolah. Sesekali ia melirik ke arah samping untuk melihat pria tampan yang sedang mengemudikan mobil.

"Ma—maaf! Saya jadi merepotkan Anda!" Tiba-tiba Ameena mengatakan hal itu pada Andrew. Ia merasa malu juga tidak enak.

Padahal, tadi, Ameena sudah menolak ajakan Andrew untuk memberinya tumpangan kembali ke kantor. Tapi sekarang, ia sendiri malah memohon pada Andrew untuk diantar ke sekolah karena adiknya pingsan.

Aish, sial! Sangat memalukan!

Jika tidak karena keadaannya darurat, Ameena pun tidak akan mau merepotkan pria yang baru ditemuinya ini.

"Tidak apa-apa Nona! Saya mengerti. Anda tidak akan meminta bantuan saya jika saat ini asisten Anda, ada, kan?"

"Hehe! Ya, itu benar. Saya bukan tipe orang yang selalu ingin merepotkan orang lain. Apalagi orang yang baru dikenal! Rasanya itu kurang sopan!" balas Ameena dengan keangkuhannya. Namun dalam hati benar-benar merasa tidak nyaman.

"Ya, saya mengerti, Nona!" Andrew berpura-pura mengerti akan harga diri wanita ini.

Wanita cantik dengan status sosial yang tinggi seperti Ameena, tidak akan merendah di depan orang lain, walau orang itu telah membantu kesulitannya.

"Oiya, karena ini bukan area kantor, juga bukan sedang membicarakan masalah pekerjaan, bagaimana jika kita berbicara santai?" Andrew mengatakannya dengan berani.

Ia tidak nyaman dengan cara mereka berinteraksi. Kaku dan terasa ada jarak diantara dirinya dan Ameena.

"Maksud Anda?" tanya Ameena dengan bingung. Ia menoleh ke samping, memperhatikan wajah tampan Andrew dengan kening yang mengerut.

Tiba-tiba, satu tangan Andrew terulur ke arah Ameena. "Bagaimana kalau kita berkenalan lagi. Tapi sebagai teman, bukan sebagai rekan bisnis!"

"Eh!" Ameena masih bingung. Mengapa dirinya dan pria itu harus berkenalan lagi.

Bukankah tadi dia sudah memperkenalkan diri? Namanya ... Andrew Oliver Kellan, kan?

Tangan Andrew masih terulur ke samping, dengan satu tangan yang lain memegang roda kemudi.

Jika begini terus, Andrew bisa hilang kendali karena roda kemudinya tidak dipegang dengan benar.

Ameena pun segera meraih tangan besar Andrew. Lalu berkata dengan cepat, "Baik! Perkenalkan, nama saya Ameena Halim! Anda bisa memanggil saya dengan nama Ameena saja!"

Dengan segera tangannya dilepas.

Andrew hanya tersenyum. Tangannya pun ditarik kembali, dan segera memegang roda kemudi.

Andrew memperkenalkan diri, "Nama saya Andrew—"

"Oliver Kellan, kan?" potong Ameena dengan sedikit bercanda. Ia tidak membiarkan Andrew menyebutkan nama panjangnya, karena dirinya sudah tahu.

"Haha!" Andrew pun tertawa. Merasa bahwa Nona Ameena ini tidak sekaku yang dibayangkan.

"Oke, kau sudah tahu namaku!" Andrew mengangguk sambil tersenyum. "Di luar masalah pekerjaan, kau bisa memanggilku dengan nama Andrew. Jangan Anda, ataupun panggilan lain. Itu kurang nyaman didengar."

Ameena pun tidak mau kalah. Ia mengulangi ucapannya, "Aku mengerti! Kau pun tidak perlu memanggilku dengan sebutan Nona, atau Ibu. Panggil saja, Ameena. Haha!"

"Ibu Ameena, maksudmu?" canda Andrew lagi sambil menatap ke arah samping. Melihat Ameena yang terlihat menggemaskan.

"Hemh, ya! Dari dulu, karyawan di kantor sudah memanggilku dengan sebutan itu!" Ameena pun ikut tersenyum.

Ameena bersandar di kursinya dengan santai. Tangannya dilipat ke depan sambil memandang indahnya pemandangan kota di jam 11 siang.

Rasanya, Ameena sudah lama tidak tersenyum lepas seperti ini. Rasa sedih yang selalu ia rasakan di dalam hati, kini menghilang entah ke mana.

Berteman dengan orang yang baru ditemuinya ternyata tidak seburuk yang dibayangkan.

Ameena menyukai perkenalannya ini.

***

Tiba di sekolah adiknya, Ameena segera berpamitan dan berterimakasih pada Andrew. Ia keluar dari dalam mobil dan bergegas masuk ke dalam lingkungan sekolah.

Di sekolah yang sangat luas dan besar, Ameena setengah berlari berjalan menuju ruang kelas adiknya yang ada di lantai tiga. Perasaannya menjadi panik setelah ia sampai di sana.

"Kak!" panggil Serra dari ruang kelas. Ia menghampiri Ameena yang baru datang.

Mereka masuk bersama ke ruang kelas, lalu menghampiri Arseela yang sedang meringkuk di kursi panjang yang disatukan.

"Ada Apa, Serra? Kenapa Arseela pingsan? Apa dia sakit? Padahal tadi pagi dia baik-baik saja," tanya Ameena pada Serra—adik sepupu—sekaligus anak dari Tante Lusi.

Walau ibunya terkadang licik, namun Serra sangat berbeda. Dia anak baik yang menyayangi Ameena dan Arseela layaknya saudara sepupu. Mereka saudara yang sangat akur.

"Kak! Tadi, teman sekelas terus mengejek Arseela. Mengatai Arseela anak yatim piatu. Itu membuatnya marah dan sedih. Karena kesal, Arseela membanting kepalanya sendiri ke tembok lalu pingsan," jelas Serra sesuai dengan apa yang terjadi tadi di kelas.

"Lalu, sekarang mereka ke mana?" tanya Ameena sambil menatap ruang kelas yang nampak sepi. Hanya ada adiknya yang meringkuk, dan Serra yang menemaninya.

"Mereka ada di ruang kimia. Aku tidak ikut karena harus menemani Arseela, Kak!" jelas Serra. Ia mendekati Arseela lalu duduk di sampingnya. Perasaannya sangat sedih melihat sepupunya dibully oleh teman sekelas.

Mau melapor pada guru pun, itu tidak mungkin. Karena yang membullynya adalah anak dari kepala sekolah tersebut.

"Ini keterlaluan!" ucap Ameena dengan marah. Ia segera menghampiri adiknya dan berniat untuk menggendongnya.

"Bantu aku mengangkat Arseela, naikkan ke punggungku!" pintanya pada Serra.

Adik sepupu pun mengerti. Ia segera mengangkat tubuh Arseela, lalu diarahkan ke punggung Ameena.

"Huppp!" Ameena pun berdiri dengan mengerahkan semua tenaganya sambil menggendong adiknya di punggung. Ia keluar dari kelas dan pergi ke ruang guru untuk membuat perhitungan dengan wali kelas mereka.

"Ini tidak bisa dibiarkan!" gerutu Ameena dengan napas yang mulai terengah karena lelah. Ia menuruni tangga satu demi satu menuju ruang guru yang ada di lantas satu.

"Mengapa mereka tidak membawa Arseela ke ruang kesehatan? Dan guru kalian, kenapa tidak mempedulikan muridnya yang pingsan?" ucapnya lagi masih belum puas.

Adiknya pingsan seperti ini, tidak ada satu orang pun yang peduli.

Sungguh sangat tega! Apa di sekolah ini semua orang berhati batu?

"Itu karena, yang memulainya anak kepala sekolah. Dan jugaaa—" Serra ragu menjawabnya.

Karena tadi guru sedang tidak ada di kelas ketika Arseela dibully. Dan lagi ... semua murid tidak ada yang berani pada Robin dan tidak ada yang berani melaporkannya pada guru karena dia anak dari kepala sekolah.

"Sudahlah! Kau tidak perlu menjawab." Ameena tidak ingin menyulitkan adik sepupunya yang kesulitan untuk menjawabnya. Karena itu sudah tidak ada gunanya lagi.

Ameena segera meminta anak itu untuk pergi. "Sebaiknya sekarang kau pergi ke ruang kimia, ikuti kelas yang sedang berlangsung. Jika tidak, nanti ibumu akan marah karena kau bolos!"

"Eh! Iya, Kak! Kalau begitu aku pergi dulu!"

***

Sampai di depan ruang guru, Ameena dengan membawa adiknya di punggung, mengangkat tangan untuk mengetuk pintu ruangan.

Sebelum tangannya menyentuh pintu itu, tiba-tiba ada seseorang yang menarik Arseela dari belakang, lalu dibawanya.

"Eh—" Ameena terkejut. Ia menoleh ke belakang dan melihat seseorang.

"Kau???"

"Sedang apa di ruang guru?" tanya Andrew tiba-tiba. "Adikmu tidak perlu ke ruang guru. Yang dia perlukan adalah perawatan!"

Pria itu masih menggendong Arseela di depan dan mengajak Ameena untuk pergi. "Ayo, aku akan mengantarmu ke rumah sakit!"

"Kita jangan membuang waktu lagi. Kalau tidak, kondisi adikmu akan semakin parah!"

Andrew pergi menuju pintu keluar sambil membawa Arseela.

"Eh, tunggu! Kenapa kau masih ada di sini?"

Apa dia hantu, bisa ada di mana-mana?

Bukankah tadi Andrew sudah pergi meninggalkan tempat ini?

Terpopuler

Comments

Dedeh Rifayanti

Dedeh Rifayanti

double up thor jd penasaran sama ceritanya🥰

2022-10-11

2

kenzie

kenzie

lnjut semngaat 🥰

2022-10-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!