4 Tidak Ingat

Jam sembilan pagi, di restoran Staim Lais yang ada di sebelah utara Kota B, dekat dengan kantor perusahaan Podra Grup, Ameena turun dari dalam mobil yang dikendarai oleh Erwin. Ia masuk ke dalam restoran setelah asisten pribadinya itu pergi.

Di dalam restoran yang tidak terlalu ramai, Ameena mencari meja nomor 24—meja yang sudah dipesan oleh Erwin sebelumnya.

Setelah duduk beberapa menit di meja itu dan memesan beberapa makan dan minuman, datanglah seorang pria gagah dan tampan dengan mengenakan setelah jas yang sangat rapi, rambut hitamnya disisir ke belakang yang semakin mempertegas ketampanannya. Pria itu menghampiri meja Ameena.

"Selamat pagi, Nona! Maaf membuat Anda menunggu!" sapa pria itu sambil berdiri di depan meja. Tatapannya sangat tenang menatap Ameena. Namun wanita itu malah membulatkan bola matanya membalas tatapan pria itu.

"Eh ...."

Ameena terkejut ketika melihat pria asing nan tampan itu tiba-tiba duduk di depannya tanpa perkenalan yang jelas. Ia mengira bahwa pria itu salah meja.

"Maaf, sepertinya Anda salah tempat!" ucap Ameena pada pria itu. Ia terus memperhatikan tampang pria itu dari atas hingga ke bawah.

Sangat tampan!

Semakin dilihat, pria itu semakin tidak asing di matanya.

Tapi siapa?

Terus diingat-ingat, sepertinya Ameena tidak mengenal pria itu.

"Emh, ya! Perkenalkan, nama saya Andrew Oliver Kellan, CEO di perusahaan Podra Grup!" ucap Andrew dengan tangan yang terulur ke depan. Wajahnya terlihat ceria dengan sudut bibir yang terangkat.

Ameena pun tersadar mendengar ucapan pria itu.

Ternyata ... pria tampan dan gagah itu orang dari Podra Grup. Ameena segera meraih tangan Andrew dan berjabat tangan.

Tangan besar dan dingin itu memegang tangan Ameena dan menggenggamnya cukup erat, seolah enggan untuk dilepaskan.

"Oh, maaf! Saya kira Anda salah tempat! Ternyata dari Podra, ya!" balas Ameena dengan sedikit canggung.

Ia segera melepaskan tangan Andrew, lalu tersenyum pada pria itu.

"Tidak apa-apa! Saya mengerti Nona!" balas Andrew, mencoba memahami kekeliruan Ameena.

Padahal, ini bukan kali pertama mereka bertemu. Andrew dan Ameena pernah bertemu sebelumnya, pada saat ulang tahun Ameena dan pada saat di rumah duka.

Tapi sepertinya, Ameena tidak ingat momen manapun.

"Oiya, untuk pelaporan dari pihak Anda mengenai kerjasama yang kita lakukan, saya sungguh minta maaf," ucap Ameena dengan penuh penyesalan.

Ia sangat menyesal, juga merasa malu dengan kinerja paman dan tantenya selama memimpin perusahaan. Kejadian ini telah mencoreng nama baiknya sebagai penerus perusahaan Halim Grup.

Ameena melanjutkan, "Tidak seharusnya kami berbuat curang seperti itu hingga menimbulkan kerugian bagi pihak Anda. Tapi tenang saja, saya ... selaku pemimpin baru di perusahaan Halim, akan bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan yang terjadi."

"Saya akan segera mengganti furniture dengan kualitas terbaik sesuai isi kontrak kerjasama kita. Juga akan memberi bonus untuk 100 unit apartemen, berupa satu set kursi santai keluaran terbaru dari perusahaan kami. Itu sebagai permintaan maaf, juga pertanggungjawaban kami atas kecerobohan sebelumnya," jelas Ameena dengan serius.

Ameena tidak ingin pihak Podra salah paham dan menganggap bahwa Halim Grup tidak becus dalam bekerjasama. Itu akan merusak nama baik Halim di mata rekan bisnis yang lain.

"Oh, itu ...." Andrew pun mengerti. Ia segera menjawab, "Tadi, Pak Erwin sudah menjelaskan semuanya di telepon. Kami pun menerima permintaan maaf kalian, dan akan segera mencabut gugatan tersebut."

"Syukurlah kalau begitu!" Akhirnya Ameena bisa bernapas dengan lega. "Terima kasih juga atas pengertiannya! Lain kali, kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi!"

Semua kutu yang sempat bersarang di perusahaan Halim sudah dibuangnya. Ameena menjamin, selama perusahaan Halim Grup dipimpin olehnya, kecurangan-kecurangan itu tidak akan pernah terjadi lagi.

"Baik! Saya percaya dengan janji Anda, Nona! Semoga ke depannya kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi."

"Ya, saya jamin itu! Sekali lagi, terima kasih!"

"Oke, oke! Anda tidak perlu terus berterimakasih, Nona!"

"Hehe!" Itu karena Ameena terlalu senang dengan sikap baik dari Podra yang mau memaafkan kesalahan perusahaannya tanpa syarat apapun.

Lebih tepatnya, itu sikap Andrew.

Karena sebenarnya, Tuan Kellan selaku presdir di perusahaan Podra sangat membenci Halim grup yang telah berbuat curang. Dia juga tidak akan memaafkan pelaku kecurangan dengan begitu saja. Namun, Andrew terus membujuk ayahnya agar memaafkan perusahaan Halim dan mencabut laporannya setelah menerima panggilan telepon dari Erwin.

Jika tidak, perusahaan Halim grup tidak akan lolos begitu saja dari cengkraman Tuan Kellan.

Tidak lama, pelayan menyajikan beberapa makanan dan minuman di atas meja.

Karena sudah terlalu lapar, Ameena pun segera mempersilahkan Andrew untuk mencicipi makanannya.

"Silahkan! Maaf jika tidak sesuai dengan selera Anda!"

"Oh, tidak apa-apa! Saya penyuka semua jenis makanan!" Andrew menjawab dengan jujur. Ia menatap semua hidangan yang ada di atas meja sambil mengangguk. Merasa bahwa makanan makanan ini bisa dimakannya.

"Baguslah kalau begitu!"

Tadi, Ameena hanya asal memesan saja karena dirinya sudah sangat lapar. Jika harus menunggu orang dari Podra datang, mungkin itu akan memakan waktu lebih lama. Dan dirinya bisa pingsan karena kelaparan.

"Silahkan!"

"Emh, ya! Terima kasih!"

Untungnya, Andrew bukan tipe orang yang pemilih dalam hal makanan. Ia pun tidak keberatan dengan menu yang dipesan oleh Ameena.

Mereka mulai makan.

Setelah hampir dua jam duduk dan mengobrol, akhirnya Ameena memutuskan untuk pergi. Ia pun sudah menerima panggilan telepon dari Erwin. Asisten pribadinya itu akan segera menjemputnya.

"Maaf, sepertinya saya harus kembali sekarang. Di kantor masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan," ucap Ameena pada Andrew. Ia mulai merapikan pakaiannya, bersiap untuk pergi.

"Untuk pengambilan dan pemasangan furniture yang baru, nanti pihak saya akan mengubungi pihak Anda lagi!" tambah Ameena dengan perasaan lega.

Akhirnya tugasnya sudah selesai. Ameena sudah meminta maaf pada pihak Podra dan berjanji akan memperbaiki kesalahannya. Masalah lain, itu bukanlah tugasnya lagi. Ia tidak perlu lagi bertemu dengan pihak Podra karena nanti ada bawahannya yang akan menangani masalah ini.

"Sekarang saya permisi!" Ameena pun bangkit berdiri, bersiap untuk pergi ke meja kasir membayar tagihan makanannya.

"Eh, tunggu!" Tiba-tiba Andrew menghentikan Ameena. Ia pun bangkit berdiri lalu menghampiri Ameena.

Sepertinya pria itu tidak rela berpisah dengan wanita yang pernah ditolongnya dua bulan yang lalu.

"Untuk menghindari pihak Anda berbuat curang lagi. Bagaimana jika Nona sendiri yang mengawal pemindahan dan pemasangan furniture yang baru! Itu akan membuat saya lebih tenang!" Andrew beralasan. Tatapannya sangat lembut menatap Ameena.

"Hah ... saya?" tanya Ameena dengan heran. "Saya sibuk! Tidak bisa mendampingi para pegawai bekerja satu persatu. Apalagi apartemen Ini House ada ratusan unit. Jika saya harus mendampingi para pegawai bekerja, itu akan menyita banyak waktu saya!"

Mengapa kecemasan pihak Podra sampai segitunya?

Pria itu takut pihak Halim berbuat curang lagi atau karena hal lain?

Rasanya ini sangat berlebihan!

"Jika Anda cemas, biar nanti Asisten Erwin yang menangani masalah ini. Anda jangan khawatir! Saya jamin semuanya akan baik-baik saja!" Ameena memberi jaminan.

Dirinya tidak bisa, namun Erwin masih bisa mendampingi para pekerja saat penukaran furniture. Itu bisa menjadi jaminan atas kekhawatiran Andrew.

"Sekarang saya permisi!" Ameena tidak berbicara lagi. Ia segera pergi meninggalkan Andrew dan membayar semua makanannya yang sudah dipesan.

Di halaman gedung restoran, Ameena berdiri menunggu kedatangan Erwin. Ia memegang ponsel sambil melihat pesan yang masuk dari Erwin.

[Saya akan segera sampai, Nona!]

Setelah beberapa menit berlalu, bukannya mobil Erwin, yang datang dan berhenti di depan Ameena malah sebuah mobil mewah milik Andrew.

"Nona, masuklah! Saya akan mengantar Anda kembali ke kantor!" ucap Andrew sambil membuka pintu mobil untuk Ameena. Mengisyaratkan wanita itu untuk masuk.

"Tidak perlu! Sebentar lagi asisten saya datang!" tolak Ameena dengan serius. Ia sudah membaca pesan dari Asisten Erwin bahwa dia sebentar lagi akan sampai.

Namun, sebentar lagi yang diucapkan oleh Erwin, tentu saja itu masih lama karena jarak dari perusahaan Halim ke restoran itu sangat jauh. Ameena enggan diantar oleh pria yang baru ditemuinya.

"Emh, baiklah!" Andrew menutup pintu mobilnya kembali. Ia tidak ingin memaksa, dan tidak ingin membuat Ameena tidak nyaman. "Kalau begitu, saja duluan!"

Sebelum Ameena menjawab lagi, tiba-tiba ponselnya berdering. Dikira dari Erwin, ternyata panggilan telepon itu dari nomor asing.

Siapa?

Takut itu panggilan penting, Ameena segera mengangkatnya.

"Halo!"

Tanpa menjawab sapaan dari Ameena, orang yang ada di seberang telepon segera berkata dengan terburu-buru.

"Kak Ameena, ini aku, Serra! Cepat ke sekolah, Kak! Arseela pingsan, cepat Kak ...."

"Hah ... pi-pingsan? Apa maksudmu?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!