Siang itu Papahnya Nayla ada di rumah, duduk santai diruang televisi sambil minum kopi buatan Mamahnya, hari liburnya untuk menghabiskan waktu untuk keluarga kecilnya.
Nayla menghampiri Papanya yang duduk sendiri sedang melihat layar televisi.
"Hay, Papa." sapa Nayla pada Papahnya.
Papa Nayla menoleh ke arah sang anak yang memanggil dirinya.
"Iya ada apa? Sini duduk Deket Papah, kangen Papa sama kamu." sambil melambaikan tangannya buat nyambut anaknya yang manja.
Hanya dengan keluarganya Nayla manja dan ceria.
"Pah, Nayla ingin bicara sesuatu sama Papa." ucap Nayla yang duduk di sebelah Papanya.
"Ada apa? Kayaknya penting banget." ucap Papanya melihat ke arah sang anak.
"Ini Pah, Tasya boleh kerja gak? Sama teman Nayla yang ada di kota?" ucapnya yang pelan, Nayla deg deg'an mengucapkannya.
Biar pun Papahnya penyayang sama keluarganya, sifat keras kepala dan galak hanya untuk melindungi keluarganya. Agar tidak terjadi sesuatu pada anak dan istrinya.
Papanya mengernyitkan dahi, dengan apa yang ia dengar barusan apa yang Nayla katakan.
"Boleh gak Pah!" tanya nayla lagi.
"Gak boleh." jawab Papanya yang tegas.
"Tapi kenapa Pah? Nay pengen ngerasain rasanya di kota, Pah." kata Nayla yang mulai meneteskan air matanya.
"Papa gak mau terjadi sesuatu sama kamu, Nay. Di kota itu keras Nay, pergaulan bebas, Papa gak mau terjadi sesuatu sama kamu, kamu anak gadis Papa satu-satunya." ucap Papanya lagi.
"Nay bakal jaga diri, Pah. Nay juga kerjanya juga sama teman dekat, Pah. Papah juga tahukan temannya Nay yang namanya Linda, keluarganya juga baik kok, Papah juga tau semuanya, papah gak usah khawatir ya," ucap Nayla yang meyakinkan Papanya dengan berlinang air mata.
Perdebatan Nayla sama Papahnya tidak membuahkan hasil yang memuaskan buat Nayla, yang tak di izinkan ke kota untuk kerja bersama temannya.
Nayla berlari masuk ke dalam kamarnya sendiri, ia menangis sampai sampai tak terasa ia ketiduran di tempat tidurnya.
Gak terasa siang telah berganti malam, waktu menunjukan makan malam sebentar lagi, Mamahnya Nayla menyiapkan makan malam buat keluarganya.
"Mah" panggil Papah Nayla menghampiri Mamah yang sudah menyiapkan makan malamnya.
"Makan dulu, Pah. Mumpung masih anget." Mama Nayla melayani suaminya.
"Makasih, Mah." jawab Papanya Nayla yang tersenyum.
"Malam Pah, mah. Daffa laper banget, Mamah masak apa?" ucap Adeknya Nayla yang menghampiri orang tuanya.
"Malam juga, Sayang." ucap berbarengan.
"Mama masakin kesukaan kamu, Sayang. Makan yang banyak ya," Mamanya mengambilkan untuk anak bungsunya.
"Makasih, Mah." ucap Daffa.
Biarpun masak ala kadarnya, bagi keluarga Nayla kebersamaannya yang bikin hari-harinya begitu bahagia.
Nayla tetap mengurung diri di dalam kamarnya. karena rencana ngambek dan mogok makan tetep ia lanjutkan, biar Papahnya mengizinkan ia bekerja di kota.
"Pah, kok Nayla gak keluar kamarnya ya," tanya Mamahnya yang mulai khawatir.
"Mungkin dia ngambek, Mah. Sama Papa, karena gak di izinkan pergi ke kota, Papa takut terjadi sesuatu sama nay, Mah. Dia itu gadis satu satunya anak kita, Papa gak mau terjadi sesuatu sama Nayla." ucap Papanya yang mulai cemas dengan sang anak.
"Iya sih, Pah. Mama sependapat sama Papa, Mama juga khawatir banget melepas Nayla pergi ke kota. Di kota kan pergaulannya bebas banget, kita gak bisa jaga dia 24 jam." jawab Mama Nayla.
Selesai makan malam, Mama Nayla mengetuk pintu berulang kali, untuk memberikan makan malam pada sang anak, karena Nayla dari siang gak makan sampai makan malam pun tiba. Acara ngambeknya bikin kekhawatiran Mamanya merasa bersalah.
Pintu itu terus saja di ketuk berkali-kali, tapi tetap saja gak ada sahutan dari dalam. Bikin cemas Mamahnya, berbagai rayuan Mamahnya tetap saja Nayla tidak membukakan pintunya.
Mamahnya mulai merasa cemas dan khawatir, sempat memikirkan keinginan Nayla yang ingin kerja ke kota.
Mamah Nayla melangkah meninggalkan kamar sang anak, ia masuk ke dalam kamarnya. Ingin membicarakan tentang masalah Nayla yang ingin pergi ke kota untuk bekerja.
"Pah, gimana ini. Nayla jadi ngambek kayak gini. Sampai mogok makan segala, Mamah jadi khawatir, Pah." ucap Mama Nayla.
"Terus kita harus bagaimana, Mah? Apa kita izinkan saja Nayla pergi ke kota, walau pun berat buat kita." jawab Papahnya yang membuang napas berlahan.
"Memangnya Nayla gak buka pintunya, entar Papah yang bicara sama Nayla, Mamah jangan khawatir ya, kita sama-sama ke sana buat bicara sama Nayla." ucap Papanya lagi.
Pembicaraan Mamah dan Papahnya memutuskan untuk mengizinkan Nayla bekerja di kota.
"Nay, ini Papah sama Mamah, buka pintunya, Sayang. Kita bicarakan ini , jangan ngambek. Buka pintunya, Sayang." panggil Papanya.
Nayla mendengar suara Papanya, ia membuka pintunya sedikit dan mempersilahkan Papah dan Mamahnya untuk masuk ke dalam kamarnya. Ia juga tidak boleh egois tentang ini, biar pun tidak di izinkan untuk pergi ke kota, tidak masalah, yang penting ia sudah meminta izin kepada orang tuanya.
"Pah, Mah." Nayla mulai bangun dari tempat tidurnya, dan duduk di sebelah Mamanya.
Papah dan Mamahnya masuk kedalam kamar sang anak, ia duduk di pinggiran tempat tidur sang anak.
Semarah-marahnya Papahnya terhadap Nayla, tetap saja ia Sayang dan cinta pada sang anak, karena Nayla adalah kebanggaan buat dirinya.
"Nay, Papa mau bicara sama kamu, memang kamu bener-bener ingin berkerja di kota? Ingin membantu perekonomian keluarga kita. Biar pun kita hidup pas-pas'an kayak gini, Papah masih sanggup buat cari nafkah buat keluarga kita, Papah gak mau terjadi sesuatu dan berpisah dengan mu." ucap Papanya yang mengelus rambut sang anak.
"Kalau itu udah keputusan Nayla, Papah bisa apa. Papah hanya bisa mendoakan yang terbaik buat Nay, hanya pesan Papa jangan pernah tinggalkan kewajiban seorang muslim, jaga diri baik-baik, di kota sama d kampung itu beda pergaulannya. Jangan buat Papa kecewa, mengerti."ucapnya lagi.
"Beneran, Pah. Nayla diizinkan untuk bekerja?" tanya Nayla yang menoleh ke arah Papanya yang berbinar bahagia.
"Iya, Papah izinkan Nayla pergi ke kota buat kerja. Tapi, Nay harus janji untuk jaga diri baik-baik ya, jangan macem-macem, dan jangan berbuat yang Papah gak suka, mengerti." ucap Papanya yang tegas, sebenarnya ia merasa berat untuk melepaskan sang anak untuk bekerja ke kota.
"Iya Pah, Nay bakal jaga diri baik-baik, Nay akan bikin Papah dan Mama bangga sama Nay, suatu hari nanti Nay akan membahagiakan Mama dan Papa." jawab Nayla sambil memeluk Papanya.
"Kok Papah aja yang di peluk sih, Nay. Mama kan yang udah merayu Papah Loh." ucap Mamanya yang mulai cemberut.
"Sini-sini, kita pelukan, Mah. Biar gak pada cemburu, Mama dan Papa makasih ya, udah izinkan Nay. Bahagia banget." ucapnya yang begitu senang, karena sudah mendapatkan izin dari orang tua. Nayla melepaskan pelukan itu dan melihat ke arah Mamanya.
.
.
.
.
Mama kok, gak bawa makanan buat Nay, udah laper banget dari pagi tahan lapar biar acara ngambeknya berjalan lancar, hehehe ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Zana Maria
semangat thor
2022-10-17
0