Bab 2

"Jakarta, Dad?" ulang Jill kembali. Bukannya tidak senang mendengar nama Jakarta. Bahkan Jill sangat semangat, bisa bertemu neneknya. Hanya aneh saja, bukan musim dingin saat ini, bukan suasana libur hari raya, lalu kenapa tiba tiba, sore ini mereka berangkat ke Jakarta.

" Oma, baik-baik saja, Mom?" tanya Jill memastikan. Hanya tinggal Oma Rima saja yang ada di Jakarta. Opa sudah lama meninggal dunia. Dan Oma masih ingin mengingat semua kenangan indah selama berumah tangga dengan Opa. Itulah alasan Oma tetap ingin di rumahnya di Jakarta bersama 1 asisten rumah tangga yang sudah mengabdi selama 13 tahun. Sedangkan Dika, Pamannya setelah menikah, menghandle cabang perusahaan CapAbellRD di Surabaya atas permintaan Daddnya.

" Hmm.. Oma baik-baik saja, sayang" jawab Abellard. Sungguh dia menahan diri untuk tidak bercerita, takut putrinya menangis sepanjang perjalanan ke Jakarta. Cukup hanya Ditha saja, istrinya yang menahan kesedihan dan tidak menunjukkan kesedihan di depan Jill dan Maxime.

Pagi tadi, Abellard menerima telepon dari Jakarta, dari iparnya, kakak Ditha.

Dika iparnya, memberi kabar bahwa ibunya drop dan dirawat di ICU saat ini. Dika langsung ke Jakarta dari Surabaya, setelah Siti, asisten rumah tangganya mengabari kondisi ibunya.

Ditha yang menguping, langsung meraung mendengar kabar ibunya di ICU. Ingin berangkat pagi itu juga. Namun penerbangan pagi rute Paris - Jakarta sudah sold out semua.

Luar biasa, masih sempat-sempatnya Ditha mengecek penerbangan saat menangis.

"Kami akan kesana segera Kak, sore ini"

Beberapa jadwal penerbangan sudah full pagi dan siang ini, Kak. Tapi aku sudah block tiket kami untuk penerbangan sore ini. Tolong jaga ibu kak, sampai kami tiba besok, Kak" info Ditha sedetail mungkin.

Keluarga Abellard pernah memiliki pesawat pribadi. Namun beberapa tahun kemudian, mereka menjualnya, karena Maxime dan Ditha membujuk Abellard untuk menjual pesawat tersebut dengan alasan istrinya, pesawat jarang digunakan keluarga Abellard.

Anak-anaknya lebih nyaman berbaur dengan penumpang di pesawat komersial. Itulah yang disampaikan Maxime pada Abellard.

"Bisa mengenal banyak karakter penumpang dalam satu pesawat, tentunya bonus vitamin wanita cantik, Dad" ucap nakal Maxime, putranya saat memohon di izinkan naik pesawat komersil.

"Daddy pasti belum pernah merasakan naik pesawat, saat take off mendebarkan, justru tertawa melihat beberapa penumpang memanjatkan doa dengan ekspresi yang lucu" imbuh Maxime terkekeh, mengingat petualangannya naik pesawat komersil Paris-Bali PP bersama sepupunya tanpa sepengetahuan Daddynya saat musim dingin tahun lalu.

"Belum pernah naik pesawat, di iringi musik rock, jeritan bayi atau anak-anak kan Dad?" tanya Maxime sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Belum pernah naik pesawat, ber-aroma kotoran bayi, kan Dad? tanya Maxime lagi sambil tersenyum.

Maxime masih tersenyum mengingat kejadian di pesawat rute Bali menuju Paris. Ia yang sengaja naik pesawat kelas ekonomi, karena bosan di kelas bisnis. Nekat sendirian di kelas ekonomi, sedangkan sepupunya memilih tetap di kelas bisnis. Maxime duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang membawa seorang bayi laki-laki berusia 10 bulan. Maxime mengetahui usia bayi tersebut, karena ibu bayi tersebut meminta maaf kepada para penumpang atas tangisan bayi yang masih berusia 10 bulan.

Lelah menggendong selama 5 jam penuh dengan berbagai cara, akhirnya bayi tersebut terlelap. Namun beberapa menit kemudian, bayi tersebut mengeluarkan aroma yang tak sedap. Bayi tersebut pup saat dia dan ibunya terlelap.

Penumpang hanya bisa menutup hidung, dan tidak ada yang berusaha mengganggu ibu tersebut, mereka mengerti dan kasihan karena pasti sangat lelah menggendong berjam-jam, tanpa di dampingi suaminya.

Lebih baik menahan bau daripada mendengar bayi tersebut menangis. Masih ada waktu 11 jam perjalanan lagi. Biarlah bayi dan ibu tersebut tidur beberapa jam. Maxime tersenyum mengingat pengalamannya tersebut.

"Bicaramu seperti sudah pernah naik pesawat komersial saja, bukan begitu Max?" tanya Abellard heran dengan penjelasan detail Putranya. Karena keluarga mereka memang belum pernah menggunakan pesawat komersial

"Aku dengar dari sahabat di sekolah, Dad. Sepertinya, sangat seru, Dad! Ayolah Dad, kedepannya kita gunakan pesawat komersial saja. Daripada mengeluarkan banyak biaya maintenance untuk pesawat yang sangat jarang kita gunakan" ucap Maxime, sambil meminta maaf dalam hati kepada Tuhan, karena sudah membohongi Daddynya.

"Lalu, bagaimana jika Daddy ada perjalanan Bisnis" tanya Abellard penasaran akan jawaban putranya.

"Bisa gunakan pesawat komersial kelas bisnis, Dad! Atau jika Daddy malas menggunakan mobil, bisa gunakan Heli kita, Dad" ucap Maxime tetap membujuk Daddynya.

"Daddy pertimbangkan dulu dengan mommymu" ucap Abellard mencoba mempertahankan pesawatnya. Jujur, dia lebih suka menggunakan pesawat pribadinya. Pesawat pertama yang di belinya dengan hasil kerja kerasnya.

"Aku setuju sayang" ucap Ditha, tersenyum manis, yang datang dari arah dapur, membawa 2 kopi hitam, 1 jus strawberry kesukaannya dan cake yang baru saja di buatnya

"Dari dulu, sebelum Maxime katakan niatnya, aku juga minta agar pesawat itu di jual saja sayang. Hasil penjualannya, kita donasikan ke beberapa Panti Asuhan saja" imbuh Dita lagi sembari mengecup singkat pipi suaminya. Seakan berkata melalui kecupannya "jualah".

Dan itulah alasan kenapa pesawat keluarga Abellard sudah tidak ada lagi.

"Ngapain Jill..?" tanya Ditha penasaran melihat putrinya mengambil ponsel dan hendak menekan nomor " My Lovely Grandma" dengan dua emoticon love tersebut.

Suara Ditha membuyarkan lamunan Abellard tentang pesawat pribadinya dulu.

"Hanya memastikan Oma baik-baik saja, Mom" jawab Jill sembari melirik Daddynya yang sepertinya terkejut mendengar suara mommnya.

"Tidak usah sayang, kita akan buat suprise buat Oma dengan kepulangan kita" jelas Ditha mengusap punggung putrinya.

Abellard hanya terdiam dan melanjutkan kembali sarapan paginya sebelum ke kantor.

Hari ini Abellard ingin menyelesaikan pekerjaannya dan mengalihkan beberapa pekerjaan, meeting selama 1 minggu kedepan ke Asisten kepercayaannya, Mark.

"Okay Mom!. Jam berapa kita berangkat Mom?"

"Jam 4 sayang. Kamu kemasi pakaianmu buat 1 minggu ya.. Ingat, Jakarta panas sayang, jangan bawa jaket wol kesayanganmu" ucap Jill sambil membetulkan letak dasi suaminya.

"Yes Mom", Jill bergerak, merapikan beberapa piring ke wastafel. Mencuci piring-piring tersebut.

Ya, walaupun Jill dan Maxime, Putra dan Putri Abellard, pemilik CapAbellRD, tapi Ditha membiasakan anak-anaknya melakukan tugas kecil di mansionnya. Agar tidak terlalu manja dengan asisten rumah tangga mereka.

Baik Jill maupun Maxime, mereka sudah terbiasa bergiliran memasak dan mencuci piring, serta meletakkan pakaian kotor di tempatnya.

Walaupun masakan Jill tidak selezat masakan Maxime, putranya. Tapi tetap cocok di lidahnya. Maxime seperti Abellard, suaminya, sangat menyukai masakan Indonesia, terutama sambal terasi,Tempe goreng, arsik ikan mas, rendang, ketoprak, nasi goreng, sate, bakso dan spaghetti ala Batak, mi gomak. Itu kenapa dapur Ditha, selalu lengkap dengan rempah-rempah Indonesia dan stok Mi Indonesia.

Sedangkan Jill putrinya,walaupun suka makanan Indonesia, tetap lebih suka Ratatouille, Pizza dan Western food lainnya.

Menatap Jill yang tengah mengeringkan piring dengan kain lapnya, Abellard memalingkan wajah, menatap istrinya.

"Thank you my wife, sudah mendidik putri kita menjadi anak yang mandiri, sayang. Jangan bersedih, ibu akan baik-baik saja sayang. Ibu wanita yang sangat tangguh sepertimu, sayang" ucap Abellard lalu mengecup lama kening istrinya.

"Je t'aime" tatap Abellard dengan penuh cinta.

"Um holong rohaku tu ho, hasian (i love you more) " bisik Ditha di telinga suaminya dan menekan kata "hasian", lalu mengecup singkat pipi suaminya, Abellard.

Abellard tersenyum mendengar bisikkan istrinya. Hanya kata tersebut yang dia mengerti dari suku istrinya. Salah satu suku di Sumatera utara, Indonesia.

"Ikh, Mommy Daddy, mulai deh Jill dikacangin" peluk Jill yang sudah selesai mencuci dan mengeringkan piringnya.

"Jill harap suatu saat nanti, Jill dapat suami seperti Daddy menyayangi Mommy" ucap Jill penuh harapan sambil menatap dan memeluk Daddynya.

"Sure my Princess, berani priamu menyakitimu, Daddy patahkan kakinya.. Tidak, tidak, tidak.. Daddy belum siap kamu diambil pria lain sayang. Jill masih gadis kecil Daddy" ucap Abellard yang tak terima jika ada yang menggantikan posisinya untuk putrinya.

"Daddy, ga akan ada yang bisa menggeser Daddy di hati Jill"

"Manisnya putri Daddy ini" dan satu kecupan mendarat di dahi Jill dari Abellard.

"Daddy berangkat dulu ya sayang. Honey, aku berangkat ya" teriak Abellard mencari sosok istrinya,yang tiba-tiba hilang saat dia memeluk Jill sebentar saja. Lalu bergegas ke arah Pintu, menuju mobilnya. Supirnya dengan sigap, membuka pintu mobil tersebut.

"Hati-hati, Dad" ucap Jill dan Ditha bersamaan.

Dan di jawab dengan flying kiss oleh Abellard.

"Menggemaskan sekali mereka berdua" batin Abellard.

"Um holong rohaku tu ho, hasian" ucap Abellard mengulangi kembali ucapan istrinya tadi.

"Ah, sepertinya aku jatuh cinta lagi dengan orang yang sama", batin Abellard sambil memandang foto istrinya di ponselnya.

Terpopuler

Comments

madam_sosin

madam_sosin

semangat otor

2022-10-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!