Drttt ... drrttt, suara bendah pipih milik Tia dibalik saku celananya berbunyi, membuat dia sedikit terperanjak.
"Jawab saja dulu, kau bisa meletakkan barang itu di sini," kata lelaki yang tadi meminta bantuan pada Tia.
"Eh iya baik Tuan," sahut Tia seraya meletakkan semua barang di tangannya, dan langsung merogoh benda yang sedari tadi terus berdering. "Ayah, ada apa dia menelepon di jam segini," gumamnya dalam hati, karena melihat nama di layar ponselnya tertera tulisan Ayah. "Eh sudah mati," lanjutnya, karena belum sempat mengangkat namun sudah berhenti berdering
"Kenapa kau tidak angkat telepon mu? Apa itu tidak penting?" tanya lelaki paruh baya itu lagi.
"Tidak masalah Tuan, tadi Ayahku yang menelepon, aku bisa bicara langsung padanya ketika aku pulang ke rumah nanti," balasnya singkat lalu kembali berjalan.
"Ok baiklah." Lelaki itu berkata sambil mempercepat langkahnya bersama Tia.
~
"Baiklah Tuan kalo begitu saya permisi dulu," pamit Tia sopan saat semua barang yang tadi ia bawa sudah berhasil diletakkan dengan baik.
"Tunggu, ini upah mu," ujar lelaki itu sambil menyodorkan beberapa lembar uang ke arah Tia.
"Itu sama sekali tidak perlu Tuan, aku hanya membantumu tadi," jawab Tia sembari melebarkan senyum
"Tidak, ambil lah, karna ini sudah menjadi hak mu," ujar lelaki itu sambil terus menyodorkan uang ke arah Tia
"Aku betul betul hanya membantumu Tuan, Aku tidak berharap mendapat uang hanya dengan membantu seseorang," jawab Tia masih terus tersenyum ke arah lelaki itu
"Kau jangan menolak gadis manis, ambil lah, ini untuk mu, dan aku memang selalu memberi upah pada orang yang membantuku."
"Baiklah Tuan jika kau memaksa akan aku ambil," ucapnya sembari menerima uang yang tadi di berikan dan langsung memasukkannya ke dalam saku celana. "Aku pergi dulu Tuan," sambung nya dan di jawab anggukan serta senyum dari lelaki paruh baya di hadapannya.
~
"Apa Tia belum pulang?" ucap Ayah Tia kepada Istrinya, karna tadi dia melihat Tia membawa banyak barang dan tidak tau ke mana tujuan nya
"Belum Yah, mungkin sebentar lagi" ujar Ibu Tia yang langsung duduk di samping Suaminya, dia sangat tau jika Tia pulang terlambat maka suaminya itu akan memarahi Tia seperti hari hari sebelum nya
"Tadi aku melihatnya membawa barang yang sangat banyak, sambil terus mengikuti seorang lelaki yang bahkan jauh lebih tua dari nya," katanya sudah dengan nada suara yang tinggi
Belum sempat Istri nya menjawab dan bertanya lagi, Tia sudah datang dan masuk ke rumah, melihat kedua orang tuanya berada di ruang keluarga ia pun langsung menghampiri sembari mencium punggung tangan orang tua nya itu.
"Dari mana saja kau Tia?" tanya Ayahnya ketika Tia sudah duduk di lantai pas di hadapan orang tuanya itu. Tia yang mendengar pun langsung bingung dan mulai mengingat panggilan telfon Ayahnya yang tadi tidak sempat untuk di angkat
"Maaf Ayah, tadi aku sedang di perjalanan, dan aku tidak mengangkat telfon mu," jelasnya sembari menunduk, karna takut jika harus di marahi Ayahnya. "Apa kau coba membohongi Ayah?" ujar Ayahnya membentak dengan suara yang sudah di besarkan
"Tidak Ayah, aku tidak mungkin berani membohongi Ayah," jawab Tia dengan suara yang sangat pelan.
"Lalu kau dari mana, bisaka kau menjawab dengan benar ketika di tanya oleh orang tua?" katanya langsung membuat Tia menelan ludah paksa.
"Tia, coba ceritakan kepada kami, kau dari mana sampai harus pulang terlambat nak?" tanya ibunya lembut, karena melihat anak nya tak kunjung berbicara, ia sangat tau bahwa sekarang Tia begitu ketakutan. Dengan menarik nafas nya dalam Tia coba menjelaskan agar orang tua nya itu bisa mengerti
"Begini Buk, tadi aku sudah ingin pulang, tapi tiba tiba saja ada seseorang yang memintaku membantunya membawakan barang barang nya, aku tidak enak jika harus menolak Buk, waktu Ayah menelfon ku, aku membawa begitu banyak barang dan harus meletakkan nya dulu, tapi pas mau ku angkat, telfon nya sudah mati Buk, aku tidak menelfon balik karena menurutku sebentar lagi aku akan pulang dan menjelaskan langsung pada Ayah dan Ibu," jelasnya dengan menatap begitu sendu pada dua orang di hadapannya.
"Kau tidak perlu takut untuk menjelaskan pada Ayah dan Ibu Tia, Ayah tidak akan marah jika kau tidak berbuat salah," ucap Ibunya sembari mengusap puncak kepala anaknya
"Baik Buk, maaf kan aku, Aku ke kamar dulu mau bersih bersih," pungkasnya sembari beranjak meninggalkan Ayah dan Ibunya dan langsung di jawab anggukan oleh Ibu nya, namun Ayahnya tetap diam mengamati langkah anak gadisnya itu
"Ayah, jangan terlalu tegas ketika menanyakan sesuatu pada Tia, karena itu akan membuatnya sangat ketakutan untuk menjelaskan pada Ayah," kata Rita kepada suami yang sedari tadi diam mendengar penjelasan Tia hingga anaknya itu menghilang dari hadapannya
"Ayah cuman tidak mau jika Tia menjadi anak yang tak menurut apa kata orang tua," sahutnya singkat sembari meninggalkan Istrinya yang masih terus menatap aneh padanya.
~
"Hmm, lumayan juga jika setiap hari aku mendapat uang tambahan seperti ini," gumam Tia dalam hati ketika menghitung uang yang di berikan lelaki yang dia bawakan barang nya tadi
"Apa lebih baik, setiap akhir pekan aku ke pasar saja yah untuk cari pekerjaan tambahan," ujarnya lagi sembari memasukkan uangnya ke celengan miliknya, "sepertinya itu tidak buruk, baiklah besok aku akan mencoba," ucapnya lagi ketika sudah berbaring di atas kasur miliknya dan mulai memejamkan mata, agar bisa terjun ke dunia mimpinya.
~
"Buk, hari ini aku akan ke pasar," ucap Tia pada Ibunya karena jika akhir pekan memang karyawan di liburkan.
"Apa kau mau membeli sesuatu?" tanyanya langsung melihat ke arah putrinya itu.
"Ah tidak Buk, aku hanya punya sedikit pekerjaan, jadi harus aku selesaikan," jawab Tia berbohong, karena jika dia jujur bahwa ingin menambah pekerjaan maka tidak akan mendapat ijin dari orang tuanya.
"Baiklah, jangan pulang malam ya.!" katanya mengingatkan karena tidak ingin putrinya di omeli oleh Ayahnya lagi
"Siap Buk." pungkas Tia lalu mencium punggung tangan Ibunya.
~
"Permisi Tuan, apa aku bisa membantumu membawa semua barang itu? Kau bisa memberiku upah berapa saja nanti," sapanya sangat sopan pada lelaki yang terlihat begitu kerepotan akan barang barang nya
"Eh ... baiklah," sahut lelaki itu dengan senyum yang merekah.
~
"Ini untuk mu," ucapnya sambil menyodorkan beberapa uang kertas ke arah Tia yang baru selesai meletakkan semua barang yang dia bawa tadi
"Terima kasih banyak Tuan, tapi ... apa ini tidak terlalu banyak?" katanya karna melihat uang yang di berikan terlalu berlebihan dengan pekerjaan yang tak seberapa menurutnya
"Tidak, terima lah, aku ikhlas dan itu sudah menjadi milikmu," ujar lelaki itu tersenyum pada Tia
"Terima kasih banyak Tuan," ucapnya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya
"Yah baiklah," sahut lelaki itu sembari masuk ke dalam mobil dan melajukan nya.
Sedangkan Tia yang masih terus menatap uang di tangan nya melebarkan senyum, karena di akhir pekan pun dia sudah bisa mendapat kan uang tambahan.
Jangan lupa vote , like dan coment kak🤗
Mohon saran dan kritikan nya juga💙🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
awesome ❤️❤️❤️
ijin promo thor 🙏
jgn lupa baca novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍭🍭🍭
kisah cinta beda agama,
jgn lupa tinggalkan jejak dg like and comment ya 🙏😁
2020-10-30
0
Baranzha_Putri
semangat kak jangan lupa mampir di karyaku ya 😉
2020-09-28
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat kak
salam dari cinta pak bos
2020-09-25
0