Kediaman Keluarga Diego
Jam empat pagi, Ayah Diego mendadak menyuruh nya untuk pergi ke rumah besar.
Ya, rumah itu adalah rumah keluarga Diego. Dulu, semenjak ibu nya masih hidup, Diego sering menghabiskan waktu disana.
"Kenapa pagi sekali?" Tanya Diego di seberang telepon sana.
"Sudahlah cepat kesini, atau hak mu akan Ayah cabut", ancam nya.
"Aku sudah di jalan sekarang, sampai jumpa disana", ucap Diego lalu telpon dimatikan.
Setelah sampai di rumah besar, Diego dan Ayah nya duduk di meja makan. Terlihat aneh sarapan di pagi buta, tapi mau bagaimana lagi, Joks menyuruh nya untuk makan sekarang.
Tanpa basa basi Joks langsung membuat Diego tersedak, saat menyantap sarapan pukul lima pagi itu.
"Uhuk, apa!" Ucap Diego.
"Tidak bisa begini", jelas nya.
"Tidak ada alasan untuk menolak", ujar Joks.
"Kalau kamu masih mau mewarisi semua harta ku", ucap Joks lagi.
"Tapi bagaimana bisa seperti ini Ayah?" Tanya Diego.
"Aku adalah anakmu, seharusnya Ayah bertanya dulu pada ku", ucap nya.
"Bukan nya langsung menyuruh ku, lagian aku sudah punya pacar" jelas Diego.
"Putuskan saja pacar mu itu", ucap Joks.
"Lalu menikah dengan pilihan ku, kalau tidak, jangan anggap aku Ayah mu lagi", ucap Joks.
"Ayah selalu begini, dari dulu aku sudah melakukan semua hal yang Ayah inginkan", ucap Diego.
"Itu semua aku lakukan supaya aku tidak akan di jodohkan!" Kesal Diego.
"Jadi semua nya sia-sia saja ku lakukan, karna ujung-ujung nya Ayah juga akan menjodohkan ku", jelas nya.
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau, pergi dari sini! dan jangan muncul lagi di hadapan ku!" ucap Ayah nya.
"Sial", gerutu Diego dalam hati.
"Disaat seperti ini aku tidak bisa mengelak, bagaimana kalau aku tidak dapat warisan?" Tanya Diego dalam hati.
"Bisa gawat?" Tanya nya lagi dalam hati.
"Padahal semua yang aku lakukan juga demi diri ku di masa depan" ucap nya dalam hati.
"Baiklah, akan aku turuti keinginan Ayah", ucap Diego.
"Tapi, aku tidak ikut pergi kesana sekarang", tutur Diego.
"Kenapa begitu?" Tanya Ayah nya.
"Ya, aku serahkan semua nya ke Ayah", jawab nya.
"Aku pasrah, dan itu persyaratan ku jika ingin menikahkan ku dengan pilihan Ayah", jelas nya.
"Aku tidak ikut hal-hal seperti ini, atur saja semua nya untuk ku", tutur Diego.
"Baiklah", ucap Joks.
"Pelayan, tolong urus semua nya dengan semua pelayan", ujar Joks.
"Baik tuan", ucap Pelayan.
Lalu, pelayan itu bergegas pergi dari sana.
***
Kediaman Hanna
Pagi ini jam enam, keluarga Hanna sibuk menyiapkan berbagai macam masakan.
Pasal nya Ayah Hanna sudah menjelaskan akan ada seseorang yang akan datang pagi ini.
Sedangkan Hanna sibuk dirias oleh Clara di dalam kamar nya, itu karena Ibu Hanna yang meminta Clara untuk mendandani Hanna.
Masalah nya Hanna terlihat seperti keberatan atas perintah Ibu nya kemarin.
Pagi buta Clara sudah datang ke rumah Hanna, namun Hanna terlihat tidak bersemangat.
"Kenapa kamu begini terus?" Tanya Clara.
"Berusaha tersenyumlah demi orang tua mu" ucap Clara.
"Sebenarnya aku sudah menyukai seseorang, dan tidak mau di jodohkan seperti ini", jelas Hanna.
Lalu, Clara kaget mendengar nya.
"Mengapa tidak kamu ceritakan saja semua nya ke orang tua mu, bukankah itu lebih baik", ucap Clara.
"Aku tau mereka dari dulu sibuk memikirkan pernikahan ku", ucap Hanna.
"Kalau bukan karna di riku di culik kemaren, mungkin pernikahan ini tidak akan terjadi", ucap Hanna.
"Ya sudah, kalau kamu keberatan, biar aku saja yang mencoba berbicara dengan Ibu mu", timpal Clara.
"Melihat pergerakan mu lelet begini, membuat ku jadi ingin bergerak dengan cepat", ucap Clara.
"Sudah jelas menyukai seseorang, tapi masih saja tidak berusaha untuk memperjuangkan", jelas Clara.
"Masalah nya, aku tidak pernah bertemu dengan nya lagi", ucap Hanna.
"Sekitar enam tahun yang lalu, aku tidak sengaja ditabrak nya di kampus", jelas Hanna.
"Apa kamu tidak berusaha untuk mencari nya?" Tanya Clara.
"Selama beberapa tahun ini aku telah berusaha untuk mencari nya", ucap Hanna.
"Tapi tidak pernah bertemu dengan nya", ucap Hanna lagi.
"Apa mungkin dia sudah pergi ke luar Negeri ya?" Tanya Hanna.
"Atau apa dia sudah menjadi lelaki yang terlihat lebih dewasa sekarang ini?" Tanya Hanna tanpa henti.
"Mungkin saja di luar Negeri atau mungkin saja penampilan nya sudah berubah", jawab Clara.
"Karena dulu kan dia masih termasuk dalam kriteria mahasiswa jadi pasti begitu", jelas Clara.
"Apalagi sekarang sudah enam tahun berlalu, kemungkinan ya seperti itu", jelas Clara lagi.
"Aku jatuh cinta pada pandangan pertama", ucap Hanna.
"Jantung ku berdetak begitu cepat, dan aku masih menyimpan benda yang di tinggalkan nya", ucap Hanna lagi.
"Benarkah?" Tanya Clara
"Memang nya apa yang diberikan nya kepada mu, sampai kamu bisa menjadi seperti ini?" Tanya Clara.
"Hmmm, dia tidak memberi ku apa-apa," ucap Hanna.
"Dia tidak sengaja menjatuhkan benda itu ketika menolong ku", ucap Hanna lagi.
"Itu nama nya bukan meninggalkan benda untuk mu", ucap Clara.
"Tapi dia tidak sengaja kehilangan sesuatu dan kebetulan kamu yang memungut nya", jelas Clara.
Lalu, Clara berdecak dan geleng-geleng kepala melihat tingkah Hanna.
"Ya mau bagaimana lagi", ucap Hanna.
"Selama enam tahun ini kamu tidak pernah bertemu dengan nya", ucap Clara.
"Jadi seperti nya kamu harus pasrah dan mengikuti keinginan orang tua mu", bujuk Clara dengan nada sedih.
"Entahlah, aku seperti terpaksa menikahi nya", ucap Hanna.
"Kenapa aku harus menaiki mobil itu?" Kesal Hanna.
"Aku menyesal telah menaiki nya sehingga aku di culik, dan membuat Ayah ku ketakutan", ucap Hanna.
"Hanya karena Ayah merasa diri nya terlalu sibuk bekerja, jadilah seperti ini beliau harus menjodohkan ku dengan anak teman nya supaya ada yang menjaga ku", jelas Hanna.
"Tidak apa-apa", ucap Clara.
"Niat Ayah mu baik", ucap Clara lagi.
"Beliau hanya khawatir pada mu, apalagi kamu sudah sewajarnya untuk menikah sekarang, seharusnya memang seperti itu", jelas Clara.
"Ck, desis Hanna.
"Apa!" Ucap Hanna.
"Bukankah kamu juga sama, sudah seharusnya menikah", ucap Hanna.
"Menikahlah sana supaya sama dengan ku" timpal Hanna.
"Jodoh ku entah dimana", ucap Clara.
"Kalau sudah ada pasti aku akan menikah", jawab Clara dengan tenang.
"Sudahlah ayo cepat, dan selesaikan penampilan mu ini", ucap Clara.
"Baiklah!" Ucap Hanna.
"Setelah dipikir lagi, aku akan berbicara ke Ayah ku", ucap Hanna.
Lalu, Hanna segera pergi untuk menemui Ayah nya di ruang keluarga.
"Ayah, aku keberatan jika menikah dengan orang yang tidak ku kenal, jadi tolong hentikan ini", pinta Hanna.
"Baik!" Ucap Ayah nya.
"Jika kamu menginginkan orang yang kamu kenal, Ayah akan menikahkan mu dengan anak kepala desa", ucap Ayah nya dengan kesal.
"Tidak! Aku tidak mau menikah", teriak Hanna.
"Jika Ayah masih memaksa, aku akan pergi dari sini", ucap nya lagi.
"Ya sudah, pergi! dan jangan kembali lagi", pungkas Ayah nya.
Nenek yang menyaksikan pertengkaran itu, langsung jatuh pingsan.
Setelah nenek siuman, nenek meminta Hanna untuk menikah dengan pilihan Ayah nya. Kalau tidak nenek mengancam akan mengakhiri hidup nya.
"Untuk apa aku bertahan hidup, jika cucu ku bersikap seperti ini", ucap Nenek.
"Tidak ada lagi harapan ku saat ini, lebih baik aku mati saja", ucap Nenek sambil menangis histeris.
Melihat Nenek yang seperti itu, apalagi sampai jatuh pingsan, membuat Hanna terpaksa untuk menuruti keinginan mereka.
Mendengar keputusan Hanna, membuat semua orang yang ada disana terlihat lega, dan bangga kepada Hanna.
***
Semua makanan sudah tertata dengan rapi di atas meja makan.
Ibu, Ayah, Nenek, sedang duduk santai menunggu di depan TV.
Lalu, beberapa saat kemudian, bel rumah berbunyi.
Bibi Im langsung membuka pintu, dan mempersilakan tamu itu untuk duduk di ruang tamu.
Ayah menyambut tamu dengan ramah, Ibu nya hanya diam sambil sesekali tersenyum. Sedangkan Nenek ikut bercengkrama sambil tersenyum lebar.
"Joks, aku akhirnya menyetujui permintaan mu enam tahun yang lalu", ucap Ayah nya.
Lalu, Ayah Hanna menghela nafas berharap ini adalah keputusan yang terbaik demi Hanna.
"Aku tidak menyangka, akhirnya kamu menyetujui nya", ucap Joks sambil tertawa.
"Aku hanya menginginkan ada yang menjaga anak ku", ucap Adam Ayah Hanna.
"Setelah kejadian penculikan itu, membuat ku khawatir dan juga membuat ku berfikir, bahwa ini adalah cara Tuhan untuk menikahkan Hanna", ucap Ayah nya.
Ya, enam tahun yang lalu sebelum pindah ke desa, Ayah Hanna sempat bertemu dengan Joks teman nya untuk membicarakan sesuatu.
Joks meminta Adam untuk mau menjodohkan anak nya dengan Diego.
Walau pun Hanna belum pernah berjumpa dengan nya, tapi hati Ayah nya telah mantap untuk menjadikan anak Joks sebagai menantu nya kelak.
Waktu itu Ayah Hanna meminta waktu untuk membicarakan ini dengan Hanna.
Namun, sudah lewat enam tahun lama nya, akhirnya ia berfikir akan menjodohkan Hanna dengan anak teman nya walau pun mereka belum pernah bertemu.
"Dimana anak mu?" Tanya Ayah Hanna.
"Apa dia tidak ikut?" Tanya nenek pada Joks.
"Dia sedang ada urusan bisnis, dan harus segera di selesaikan menjelang pernikahan", ucap Joks.
"Anak mu memang pekerja keras, dan punya tanggung jawab yang tinggi", puji Nenek sambil tersenyum.
"Oh iya, Sekar!" Ucap Nenek.
"Tolong panggilkan Hanna, dia harus menemui calon mertua nya", ucap Nenek lagi.
"Baik ma", ucap Ibu Hanna.
Lalu, Ibu Hanna segera berjalan menuju tangga, dan langsung memanggil Hanna disana.
"Hanna! Ayo cepat turun!" teriak Ibu nya.
Hanna dan Clara segera turun ke bawah.
Hanna menggunakan dress putih selutut, rambut sepanjang punggung yang digerai rapi, dan aksesoris rambut yang cantik.
Tidak lupa make up yang memperlihatkan kecantikan yang alami, tidak lupa heels berwarna orange setinggi tujuh senti itu, membuat penampilan nya semakin terlihat anggun.
Penampilan Hanna menggambarkan seorang putri cantik yang siap untuk di miliki.
Sedangkan Clara, memakai tank top berwarna pink yang ditutupi oleh sweater berwarna putih, dan celana jens panjang berwarna putih, serta rambut sebahu yang digerai dengan make up tipis, dan sandal rumah yang lucu.
Mereka berdua terlihat sangat berbeda, Hanna terlihat sangat cantik, sedangkan Clara terlihat sangat imut.
Setelah mereka berdua duduk, bibi Im langsung mempersilahkan semua nya untuk menuju ke ruang makan.
"Perkiraan ku tidak meleset", ucap Joks.
"Ternyata putri mu sangat cantik dan cocok untuk di sandingkan dengan anak ku Diego", ucap nya lagi.
Hanna hanya terdiam membisu mendengar perkataan teman ayah nya.
"Diego, jadi nama nya Diego", ucap Hanna dalam hati.
"Jadi bagaimana, apa kamu mau untuk menerima lamaran anak ku Diego?" tanya Joks pada Hanna.
Hanna hanya tersenyum tipis mendengar nya, tanpa menjawab pertanyaan itu.
"Tentu saja dia bersedia, siapa yang tidak mau menikah dengan Diego yang banyak di kagumi oleh para wanita", jawab Nenek Hanna sambil tertawa.
Nyata nya Nenek telah menyelidiki seperti apa Diego yang akan di jodohkan dengan Hanna cucu nya, walau pun belum secara keseluruhan.
"Baguslah kalau begitu, jadi tidak ada paksaan, dan aku lega mendengar nya", ucap Joks.
"Tidak di paksa bagaimana", gumam Hanna.
Lalu, Clara langsung menginjak kaki Hanna untuk mengingatkan nya kalau sekarang bukan waktu nya untuk melampiaskan amarah.
"Baiklah kapan kita akan mengadakan pesta?" Tanya Joks.
"Kami akan ikut saja", ucap Ayah Hanna.
"Semakin cepat semakin baik", ucap Ayah Hanna lagi.
"Bagaimana kalau bulan depan?" Tanya Nenek.
Hanna dan Clara membelalakkan matan ya, dan melihat satu sama lain.
"Berarti tinggal dua Minggu lagi, karena sekarang sudah pertengahan bulan", ucap Joks.
"Jadi kita harus menyiapkan segala sesuatu nya dari sekarang", ucap Joks lagi
"Apa tidak terlalu cepat?" Tanya Ibu Hanna.
"Bagaimana mungkin selesai dalam waktu dua Minggu?" Tanya nya lagi.
"Tenang saja, semua nya sudah aku atur", ucap Joks.
"Kalian tinggal datang dan merayakan nya, jangan khawatir!" Ucap Joks lagi.
"Semuanya tinggal melaksanakan", jelas Joks.
"Baiklah kalau begitu", ujar Ayah Hanna.
Lalu, mereka melanjutkan makan bersama sambil membicarakan acara pernikahan.
***
Di Kamar Hanna.
"Bagaimana ini?" Tanya Hanna.
"Apa aku mati saja? Tanya Hanna pada Clara.
Saat ini Clara menginap di rumah Hanna, karena itu permintaan dari Hanna.
Clara merasa Hanna pasti butuh teman saat ini, maka nya ia bersedia untuk menemani dan mendengarkan semua keluh kesah teman nya itu.
Tiba-tiba Hanna teringat kalau ia pernah diberi kartu nama oleh orang yang disukai nya, pada saat di kampus.
Lalu, Clara menyuruh nya untuk segera mencari kartu nama itu.
"Siapa nama nya?" Tanya Clara.
"Kenapa tidak dari dulu kamu mengingat nya?" Tanya Clara lagi.
"Aku baru ingat sekarang, jadi mau bagaimana lagi", jelas Hanna.
"Cepat kamu hubungi diri nya, untuk segera menyelamatkan mu dari pernikahan ini!" ujar Clara.
"Diego! Seperti nya aku pernah mendengar nama ini", bisik Hanna.
"Bukankah itu nama anak teman ayah mu yang akan di jodohkan dengan mu?" Tanya Clara dengan ekspresi kaget.
"Benarkah?" Tanya Hana.
Lalu, mereka berteriak kesenangan dan saling berpelukan.
"Astaga apa ini yang nama nya jodoh", ucap Hanna tersipu malu.
"Memang benar kata pepatah, jodoh tidak akan pernah bertukar", jelas Clara.
"Jadi, aku akan pasrahkan hidup ini pada Tuhan", ucap Clara sambil tersenyum senang.
***
Setelah Ayah Diego menjelaskan semua nya pada nya, Diego terlihat hanya pasrah dan meminta nomor ponsel anak teman Ayah nya itu untuk ia hubungi.
"Bagus!" Ucap Joks.
"Sebagai lelaki sejati memang harus seperti itu", ucap Ayah nya sambil tersenyum bangga.
Lalu, Joks segera pergi meninggalkan Diego.
Malam itu juga, Diego balik ke rumah nya yang berada di daerah pegunungan Kota.
Setelah sampai di rumah, seperti biasa ia mandi dan istirahat di tempat tidur.
Lalu, mengambil ponsel nya yang ada di atas meja samping tempat tidur nya, dan menghubungi nomor wanita yang di jodohkan dengan nya.
Di dalam kamar, terlihat Hanna dan Clara sedang memakai masker wajah, dan makan mie instan di depan TV kamar nya.
Tiba-tiba ponsel Hanna berdering, Hanna langsung mengambil ponsel nya, dan langsung berteriak histeris.
"Ada apa dengan mu ?" Tanya Clara.
"Dia menelepon ku", jawab Hanna.
"Cepat angkat", ucap Clara.
Lalu, Hanna mengangkat telpon itu dengan hati berdebar kencang.
"Halo", ucap wanita tersebut dengan nada canggung.
Seketika Diego merasa tak asing dengan suara tersebut.
"Seperti nya aku pernah mendengar suara ini, tapi dimana?" Tanya Diego dalam hati.
"Apa kamu gadis yang akan di jodohkan oleh ayah ku?" Tanya Diego dengan nada suara yang lantang.
Hanna hanya terdiam, dan langsung mematikan ponsel nya. Setelah itu langsung tertawa, dan tingkah nya itu membuat Clara berdecak kagum.
"Bisa-bisa nya dia mematikan telpon, padahal sebenarnya mengharapkan, itu yang di namakan jual mahal", ucap Clara.
Lalu, Hanna hanya melihat kartu nama Diego yang ada di tangan nya, di kartu nama itu tertera dimana ia bekerja, dan sesuai dengan perusahaan yang di miliki oleh teman Ayah nya.
"Sudah tidak salah lagi", ucap nya.
"Ada apa dengan nya, ini yang di namakan jual mahal", ucap Diego.
Lalu, Diego segera menelpon seseorang.
"Halo Rey, sudah di urus semua nya ?" Tanya Diego.
"Jangan lupa habisi semua yang berkhianat, dan jangan lupa hancurkan tempat persembunyian mereka", ucap nya lagi.
"Besok aku akan cek, apa semua nya sudah sesuai dengan data yang aku punya", ucap Diego.
"Jika ada yang mau mencoba untuk mengambil kunci itu dari ku, musnahkan! Paham!" ucap Diego dengan tegas.
Lalu, Diego memejamkan mata nya untuk beristirahat.
***
Pagi nya, Diego sudah berada di sebuah ruangan yang hanya bisa di masuki oleh diri nya sendiri. Ruangan itu dijaga ketat oleh para penjaga.
Tepat di depan ruangan itu, Diego mengeluarkan sebuah kunci dari saku jaket nya.
Setelah senyum menyeringai ia lalu membuka pintu ruangan itu, dan takjub dengan apa yang ia lihat.
Akankah pernikahan itu terlaksana sesuai dengan rencana? dan Apakah yang sebenarnya Diego lakukan?
Tunggu kisah selanjutnya di episode berikut nya.
Jangan lupa di like, komen, dan masukin ke dalam keranjang ya, agar author lebih semangat lagi untuk menulis, terima kasih.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Auntum🍂
🤔
2022-11-09
1
XiXi
😍
2022-10-12
1