Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Rein membuka pintu kamar Echy. Dia menggeleng gemes melihat Kakaknya yang masih betah bergelung manja dibawah selimut tebal yang membungkus tubuhnya.
Rein tersenyum simpul. Dia adalah saksi bisu bagaimana sulitnya Echy berjuang. Echy adalah gadis yang manja dan hidup dalam kemewahan serta bergelimangan harta. Tak hanya kaya dan cantik dia juga pintar dan berprestasi. Takkan ada yang menyangka kenyataan hidup menghempaskan nya sangat jauh.
Namun sejak lima tahun silam kehidupan Echy berbuah drastis. Dia tumbuh menjadi wanita mandiri dan tegas. Menjadi wanita pemberani dan kuat. Tumbuh dari luka, membuatnya tahan banting terhadap apapun.
Rein berjalan menghampiri Echy. Kakaknya ini selalu saja suka kesiangan.
"Kak". Rein menoel lengan Echy "Bangun Kak sudah siang. Kakak tidak kerja?". Ujarnya.
Namun Echy tak bergeming. Rein membuka selimut tebal Kakaknya. Betapa terkejutnya dia saat melihat Echy yang mengigil luar biasa didalam selimut itu.
"Astaga Kak". Pekik nya terkejut. Rein menempelkan punggung tangannya dikening Echy "Panas sekali Kak". Ujar Rein panik.
"Rein dingin". Renggek Echy "Kecilkan sedikit suhu AC nya". Ujarnya lemes
"AC nya tidak hidup Kak. Kakak demam. Tunggu sebentar Kak".
Calon Dokter itu berlari kedapur mengambil mangkuk besar dan kain. Dia mengisi mangkuk itu dengan air hangat-hangat kuku.
Rein kembali kedalam kamar Echy sambil membawa mangkuk ditangannya. Dia panik. Apalagi jika penyakit Echy kambuh pasti gadis itu akan mengigil hebat.
"Kakak tahan yaaa".
Rein menempelkan kain yang sudah dia basahkan dengan air hangat kuku dikening Echy.
Pria itu juga menempelkan pengacek suhu badan diketiak Echy.
"Astaga, panas Kakak tinggi sekali". Ujarnya panik "Kak obat Kakak dimana?". Tanyanya melihat wajah Echy yang pucat tanpa darah.
"Dilaci". Jawab Echy lemes. Seluruh tubuhnya memang terasa sakit dan dingin.
"Minum obat dulu Kak". Rein membantu Kakaknya duduk.
Echy bersandar di dinding ranjangnya. Gadis itu tampak begitu pucat. Keringat membasahi dahinya.
Echy minum obat yang diberikan oleh Rein. Terlalu capek membuat suhu badannya menurun. Hingga dia mengalami demam tinggi. Echy tidak boleh lelah. Tidak boleh beraktivitas berlebihan. Dia harus menjaga diri.
"Kakak pucat sekali". Ucap Rein, dia melihat Echy dengan kasihan
Echy malah tersimpul "Kakak baik-baik saja Rein. Ini hanya permentasi saja, perubahan iklim". Ujarnya terkekeh pelan "Kenapa kau tidak ke kampus?". Dia melihat kearah adiknya yang belum juga berangkat ke kampus.
"Rein akan jaga Kakak hari ini. Rein tidak ke kampus". Sahut Rein "Astaga hidung Kakak berdarah". Rein semakin panik.
Echy memegang hidungnya dan benar saja berdarah
"Kakak baring lagi. Rein akan hentikan darahnya".
Echy menurut seluruh tubuhnya sakit. Rasanya dia tidak mampu duduk.
Rein mengambil napas, lalu menutup kedua lobang hidung Echy. Sambil membersihkan darah dihidung Kakaknya itu.
"Kak kita kerumah sakit saja yuk". Ajaknya.
"Ck, Kakak tidak mau. Rumah sakit itu membosankan". Sahut Echy sambil membenarkan kapas dihidungnya "Cihh, darah menyebalkan. Dia suka sekali keluar saat aku belum sarapan". Gerutu Echy.
"Kak". Air mata Rein luruh
"Kenapa kau menangis Rein? Sudah jangan menangis lagi. Kakak baik-baik saja. Hanya kelelahan saja". Kilah Echy. Dia duduk kembali setelah darah dihidungnya berhenti keluar.
"Kak Minggu depan kita kemoterapi yaa. Seperti nya penyakit Kakak semakin parah". Rayu Rein.
"Ehem, nanti saja Kakak lihat. Ini hanya sakit biasa Rein minum obat juga hilang". Sahut Echy melepaskan kapas dihidungnya.
Echy menatap adiknya dengan sayang. Pria kesayangan nya ini selalu ada untuknya.
"Tidak perlu khawatir. Kakak kuat. Kakak bisa kan ada Rein yang menemani Kakak". Ucap Echy tersenyum pada adiknya.
"Rein untuk Kakak. Rein janji Kak. Rein akan jadi dokter hebat, agar Rein bisa sembuhin Kakak". Rein menyeka air matanya.
"Ya sudah Kakak istirahat sebentar. Rein akan ambil makanan dulu".
Echy mengangguk. Setelah minum obatnya panasnya menurun dia tidak lagi mengigil. Echy juga melepaskan kain yang menempel dikeningnya. Rasanya cukup menganggu.
Rein kembali kedapur membuat sarapan untuk Echy. Air mata pria itu luruh. Dia berusaha tidak menangis. Tapi air mata tidak mau diajak kerja sama.
Sudah cukup penderitaan Echy selama ini. Namun harus dihadapkan dengan satu realita lagi bahwa ada yang tidak beres ditubuhnya.
Rein mengaduk bubur dalam pancinya sambil menyeka air matanya yang terus menetes. Sampai kapanpun dia tidak akan bisa hidup tanpa Kakaknya itu. Kenapa harus Kakaknya? Kenapa tidak dia saja? Kakaknya itu sudah terlalu banyak menderita selama ini.
Rein memasak bubur ayam untuk Kakak nya. Echy sangat menyukai makanan itu. Setiap dia sakit pasti selalu meminta Rein membuatkan bubur untuknya. Apalagi bubur buatan Rein begitu enak dan selalu pas dilidah Echy.
Rein membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. Dia berjalan kearah kamar Kakaknya.
"Kak sarapan dulu". Rein meletakkan nampan diatas nakas.
"Suapi". Renggek Echy manja. Dia memang suka bermanja-manja pada adiknya. Biasanya adik yang bermanja-manja pada Kakak nya. Ini malah terbalik.
Rein menggeleng saja dengan senyum. Dia menuruti perintah Kakaknya. Begitulah Echy setiap kali dia drop pasti dia akan manja. Makan harus disuapi oleh adiknya dan dia manja sekali seperti anak kecil.
"Ehem, bubur buatanmu selalu enak Rein. Kakak rasanya ingin menambah terus". Pujinya.
"Iya. Kakak boleh makan yang banyak biar cepat sembuh".
"Tapi sayang Kakak sudah kenyang". Echy mendorong sendok yang disedorkan Rein padanya.
"Minum Kak". Rein mengangkat gelasnya
"Terima kasih Dokter Tampan". Goda Echy sambil mengedipkan matanya jahil.
"Kakak ini......". Rein tersenyum. Setidaknya kesedihan nya hilang saat Kakak nya itu sudah kembali tersenyum.
.
.
.
.
Seorang pria tengah duduk dijet pribadi miliknya. Dia menatap keluar jendela pesawat sambil menikmati penerbangan yang cukup memakan waktu lama itu.
Sebenarnya dia tidak sabar datang ke Indonesia dan bertemu dengan seseorang yang begitu dia rindukan.
Hanya saja dia yakin jika kedatangan nya tidak akan disambut hangat oleh gadisnya itu. Dia hanya bisa memantau gadis itu dari orang-orang suruhannya. Memastikan bahwa gadis itu selalu baik-baik saja.
Meski dia tahu, luka yang dia tanam dihati gadis itu terlalu dalam. Hingga sulit untuk disembuhkan kembali
Tapi dia berjanji akan memperjuangkan cintanya.
"Aku kembali. Bagaimana kabarmu? Ternyata pergi tak semudah yang ku kira. Maaf membuatmu kecewa, aku hanya tidak punya pilihan lain. Semoga kita dipertemukan kembali oleh takdir. Aku mencintaimu". Gumamnya.
Pria itu menghela nafas pelan. Dia memejamkan matanya. Mengingat semua kejadian lima tahun yang lalu. Kejadian yang sebenarnya cukup membuatnya frustasi dan syok. Tapi dia berusaha menguasai, isi kepalanya dan menetralisir emosi yang mengendap.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Narty22
Seduh bgt thor
2022-12-09
0
ellyn
penasaran echy sakit apa 🤔
2022-10-13
0
Sasa Al Khansa 💞💞
pasti terjadi sesuatu yang besar.. gak mungkin memilih meninggalkan pernikahan dengan orang yang di cintai tanpa alasan ..
2022-10-13
2