Gemuruh suara ombak terdengar syahdu saat menjelang pagi, apalagi diiringi suara gerombolan burung terbang, yang meninggalkan sarang mereka untuk mencari makan.
Suasana itu terlihat damai dan menyejukkan di kawasan pulau kecil yang kini, para penduduknya disibukkan dengan aktivitas pagi mereka.
…..
Kedua kelopak mata indah itu — kini mengerjap, perlahan. Suara lenguhan halus keluar dari mulut wanita itu. Perlahan kedua kelopak matanya terbuka sempurna memperlihatkan — iris mata coklat yang berkilau oleh terpaan cahaya pagi hari.
"H-haus!" Ucap wanita itu yang suaranya hampir tak terdengar.
Wanita yang terbaring lemah di atas ranjang sederhana itu, mencoba menggapai sesuatu di samping kepalanya, dimana ada sebuah meja putih kecil.
"Haus," ucapnya kembali dengan nada lirih.
Ia tidak menemukan apapun di sana selain kotak obat dan wadah kecil yang berisi air dan kain kasa.
Wanita itu pun mencoba merotasi pandangannya, tatapan yang masih terlihat sayu itu mengerjap guna menyakinkan penglihatannya.
Ia terkejut, mendapati dirinya berada di ruangan asing. Ia menutup mata mengingat kejadian sebelumnya. Desisan pun keluar dari mulut wanita itu saat mencoba mengingat segalanya.
Ia sudah mengingat dirinya terjatuh di dasar tebing dan menembus dasar lautan lepas. Hingga kini ia berada di sebuah ruangan kamar yang terlihat sederhana.
"Ternyata aku masih hidup." Sandra berkata lirih dan wajahnya terlihat bersyukur. Karena masih diberikan keselamatan dan kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupnya — kembali.
Sekali lagi ia memindai pandangannya ke segala sudut kamar sederhana itu. Sandra pun mendengar suara gemuruh ombak di luar sana.
"Aku, berada di mana?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Kau sudah bangun, nak!"
Seruan lembut itu, sontak membuat Sandra berpaling. Ia mengerutkan wajahnya bingung saat melihat seorang — wanita berusia 60 tahunan mendekat kepadanya.
"Syukurlah, kau sudah bangun, cantik," ucap wanita tua itu dengan tatapan penuh kasih sayang.
Wanita tua itu memeriksa keadaan Sandra dan ia tersenyum lega, saat melihat keadaan Sandra baik-baik saja.
"Keadaanmu sudah membaik, sayang," sela wanita tua itu sambil membantu Sandra untuk bangkit.
"Minumlah!" Pinta wanita tua itu sambil menyodorkan segelas air hangat kepada — Sandra.
Tangan Sandra terulur lemas untuk menggapai gelas tersebut, nyatanya kondisi tubuhnya masih terlihat lemah dan pergerakan tangannya masih terlihat bergetar.
"Biar, aku membantumu!" Seru sang wanita tua tersebut.
Meraih punggung lemah Sandra dan memajukan sedikit kedepan, membantu Sandra meminum air putih yang ia bawa.
Sandra pun segera menghabiskan air putih tersebut dengan tergesa-gesa. Tenggorokannya begitu sakit dan kering.
Wanita tua itu kembali memposisikan tubuh Sandra dengan nyaman, bersandar ke belakang ranjang sederhana itu.
Tatapan Sandra tidak pernah lepas dari sosok wanita lembut di depannya, wajahnya tampak kebingungan dan penasaran.
"Kami, menemukan kamu tergeletak di pinggir pantai," sentak wanita tua itu dengan tatapan kasih sayang yang ditujukan kepada — Sandra.
Seakan mengetahui arti tatapan wanita muda di depannya, ia pun menjelaskan kepada Sandra kenapa bisa ia berada di tempat asing.
Sandra pun membalas tatapan wanita itu dengan mata berkaca-kaca, bersyukur ia diselamatkan oleh seseorang berhati baik.
"Sudah dua hari kau, tidak sadarkan diri. Membuat kami khawatir, tapi syukur, kau sudah sadar," jelasnya yang mengulas senyum lembut dan mengusap rambut Sandra.
"Jangan, khawatir dia masih ada," lanjutnya sambil telapak tangannya mengusap perut Sandra.
Sandra mengikuti arah pandang wanita tua di depannya dan ia baru mengingat janin di dalam perutnya.
Tangisan Sandra pun pecah, bersyukur ia masih bisa hidup dan yang lebih membuatnya bersyukur, janinnya masih selamat.
Sandra tidak dapat berkata-kata, atas kesempatan hidup kedua kalinya yang Tuhan berikan kepadanya.
Peristiwa pahit kemarin kini hadir di memori ingatannya, membuat wanita itu terus menangis dan bahkan histeris.
Wanita tua itu meraih tubuh lemah Sandra dan memeluknya penuh kehangatan dan kasih sayang.
"menangis lah' nak," bisik wanita tersebut sembari mengusap punggung bergetar — Sandra.
Benar saja, Sandra menangis semakin histeris, seakan tidak puas mengeluar rasa sesak di dada
Sedangkan wanita tua itu, begitu paham dengan apa yang dialami wanita dalam pelukannya ini. Melihat wajah Sandra, dia sudah bisa membaca kesedihan dan kekecewaan — Sandra.
Wanita tua itu melihat ke arah pintu, dimana seorang pria seumur dengannya menatapnya penuh khawatir. Wanita itu tersenyum dan mengedipkan matanya.
Pria tua itu pun mengangguk dan meninggalkan tempatnya, membiarkan kedua wanita beda usia itu di dalam kamar.
"Terimakasih!" Sandra berbisik halus dengan suara parau dan sanggau.
"Terimakasih, nenek sudah menyelamatkanku juga janin ku. Nenek juga sudah merawat ku, terimakasih," ungkap Sandra yang masih terdengar sesegukan.
Wanita tua itu melepas pelukannya dan dengan tatapan lembut juga penuh kehangatan, ia menghapus jejak air mata — Sandra.
"Ini semua karena kau adalah wanita kuat. Hingga kau bisa selamat dan berada di sini," sahut wanita tua itu.
"Tapi aku tidak berdaya, nek," jujurnya bersamaan air mata mengalir.
"Nenek tidak tahu dengan masalah yang membuatmu bersedih dan terpuruk. Tapi setidaknya bangkit lah' demi, dia," tandas sang nenek — bijak.
Ia juga mengusap perut Sandra dan melanjutkan ucapannya. "Dia, makhluk tidak bersalah dan juga sebuah keberkahan dari Tuhan," tutur sang nenek.
"Kau harus bersyukur masih diberikan kesempatan hidup juga menjadikan dia milikmu," lanjut nenek kembali.
"Sekarang, lupakan semua luka itu dan bangkit lah' perlihatkan kepada mereka kalau kau baik-baik saja dan berikan pembuktian mu kepada Tuhan, atas kesempatan kedua yang telah ia berikan kepadamu untuk menjadikan dia masih, milikmu." Sang nenek terus memberikan dukungan dan nasihat kepada Sandra yang terpuruk.
Bukan sebuah perawatan hebat juga obat-obatan mahal yang diperlukan seseorang yang tertekan batin dan terpuruk. Yang dibutuhkan adalah sebuah — empati dan dukungan moral, selalu berada disisinya untuk terus memberikan motivasi agar kembali ke hidup normalnya. Terus memberikan arahan agar tidak melakukan tidak melukai dirinya sendiri dan lebih mendekatkan kepada sang pencipta.
Sang nenek kembali memeluk tubuh rapuh Sandra dan terus memberikan kata-kata penyemangat.
Apalagi wanita muda itu dalam keadaan hamil, dimana emosionalnya sering berubah-ubah. Dan selalu membutuhkan seseorang di sisinya.
"Sekarang istirahat lah' kembali. Nenek akan memasak makanan untukmu," sela sang nenek yang kini dengan gerakan terbatanya berusaha membantu — Sandra berbaring kembali.
"Terimakasih, nek," ucap Sandra tulus.
"Tidak masalah, nak. Nenek, sudah menganggap kamu cucu nenek sendiri," sahut sang nenek, tidak lupa senyum hangat yang terus ia berikan kepada — Sandra.
"Istirahatlah!" Pinta sang nenek yang membantu membenarkan letak selimut — Sandra.
"Hm!" Gumam Sandra mencoba memperlihatkan senyumnya.
Sandra terus melihat pangkah sang nenek baik hati itu, dengan tatapan bersyukur.
Kini tatapannya tertuju pada langit-langit kamar — sederhana yang ia tempati. Salah satu telapak tangannya terulur diatas perutnya. Sandra bertekad akan bangkit dari keterpurukan yang ia alami dan berjanji akan membesarkan calon buah hatinya dengan jiwa juga raganya.
"Mommy, bersumpah akan selalu melindungimu dan memberikan kebahagiaan kelak, saat engkau lahir di dunia ini. Mommy akan menjadi batu karang di lautan lepas yang akan selalu menjagamu dari hantaman ombak juga badai lautan. Mommy berjanji, akan berusaha memberikan kebahagiaan untukmu, meskipun nyawa mommy menjadi umpannya." Sandra terus mengusap perutnya dan mengikrarkan janji seorang ibu kepada calon buah hatinya, dengan sungguh-sungguh.
Tidak ada lagi tetesan air mata, yang ada hanya semangat yang membara untuk bangkit dari keterpurukan.
"Kita, akan selalu baik-baik saja tanpa, dia" bisiknya lirih.
"Kau, hanya milik mommy dan selamanya akan seperti itu. Tujuan mommy sekarang hanya untukmu juga masa depan dan kebahagiaan mu," lanjutnya dengan nada bergetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
ya ampyun..
meleleh berat
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
keingetan elo teh..
2024-06-23
0
neng ade
Sandra beruntung di selamatkan sosok nenek yg baik hati penuh pengertian dan kasih sayang ..
2024-06-20
0
Firdha Widyaningsih
semangatttt sandra km bisa buat lah mereka menyesal sudah memperlakukan mu
2024-04-21
0