bab 3

Langkahnya kini begitu lemah tak berdaya, Sandra berhenti di depan pagar tinggi menjulang di kediaman Kendrick, mantan kekasihnya.

Sandra menggenggam kuat pagar berduri tersebut, membuat kedua telapak tangannya terluka. Wanita itu sengaja melukai dirinya, untuk melampiaskan rasa sakit dan sesak di rongga dadanya.

Wanita itu, melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan telapak tangannya yang berdarah.

Wajah penuh kecewa dan terluka yang tersirat, kini membuat Sandra terlihat begitu menyedihkan juga rapuh.

Wanita malang itu kini terus berjalan menjauhi kediaman mewah mantan — kekasihnya. Ia berjalan dengan tatapan kosong dan tubuh terlihat lelah juga rapuh.

Wajah cantiknya kini terlihat begitu sembab. Air mata tidak hentinya terus mengalir membasahi wajah yang tersirat kekecewaan.

……….

"Apa, gadis itu sudah pergi?" Tanya seorang wanita dengan wajah datarnya kepada salah satu pengawal pribadinya.

Pria di hadapannya menundukkan kepala dan menjawab pertanyaan wanita yang berusia di atas Lima puluh tahun itu. "Sudah nyonya," ujarnya dengan sangat yakin.

"Hm! Awasi dia, aku tidak ingin dia menjadi pengganggu rumah tangga, putraku," tandasnya dengan nada sarkas.

"Baik, nyonya." Jawab pria dewasa di hadapannya dengan suara tegas.

Nyonya Louis itu pun memutar-mutar minum yang ada di dalam gelas mewah dengan pandangan penuh kepuasan ia tujukan ke arah depan. Senyum miring penuh kelicikan pun terpatri dengan indah di wajah— wanita anggun itu.

"Kau tidak pantas bersama, putraku," batinnya dengan wajah menyeringai.

"Wanita tidak memiliki latar belakang keluarga jelas dan hanya, seorang wanita miskin," batinnya lagi.

"Putraku adalah milikku dan bukan milikmu. Lihatlah, begitu mudah membuat hidupnya hancur," nyonya besar Louis pun tertawa lepas.

Wanita setengah baya dengan penampilan elegan dan berkelas itu, yang merencanakan perjodohan putra semata wayangnya — Kendrick dengan putri Kliennya yang terkenal memiliki kekayaan melebihi keluarga Loius.

Nyonya besar Louis pun memaksa putranya untuk menerima perjodohan itu. Sebagai ancaman, nyonya dan tuan Louis akan menghapus nama Kendrick dalam surat kuasa hak waris.

Nyonya Louis pun mengancam sang putra, akan melukai — Sandra apabila Kendrick menolak, perjodohan antara kedua keluarga terpandang.

Kendrick Louis pun tidak bisa melakukan apapun dan memiliki pilihan lain selain pasrah menerima perjodohan itu. Ia juga tega menghina kekasihnya atas perintah sang ibu.

Kendrick juga melakukan hal itu agar — Sandra bisa melupakan dirinya.

…….

Sandra kini berada di pinggir tebing tinggi yang merupakan tempat favoritnya bersama Kendrick.

Tempat yang menyajikan pemandangan laut lepas di bawah sana. Juga pemandangan sekitar yang begitu indah dan menyejukkan.

Sandra tampak termenung dengan tatapan kosong yang terus mengalirkan air mata. Salah satu tangannya terulur guna, mengusap perutnya. Dimana terdapat benih milik mantan kekasihnya.

Tangisan wanita malang itu pun kembali pecah, saat memikirkan nasibnya yang begitu menyedihkan. Kekasihnya mengkhianatinya disaat ia sedang mengandung.

Pikiran wanita itu semakin kacau, memikirkan nasib percintaannya juga janin yang sekarang mengisi rahimnya.

Sandra terpuruk, kebingungan, kecewa, terluka, sakit hati dan sekarang ia harus memikirkan nasib calon bayinya kelak.

Pria mana yang mau, menerima seorang wanita yang sedang mengandung benih pria lain? Sandra tersenyum miris memikirkan semuanya.

"Siapa yang ingin hidup bersama, wanita malang dan menyedihkan, sepertiku?! Ujarnya dengan senyum penuh kegetiran.

"Aku hanya wanita bodoh dan sebatang kara. Siapa yang akan menerima kenyataan hidup ku?"

"Tidak! Tidak akan pernah ada yang bisa tulus mencintai wanita berstatus rendah sepertiku."

"Apalagi aku adalah wanita yang sudah tercampakkan oleh seorang pria, setelah semua telah aku berikan kepadanya. Hidup dan harga diriku," ungkap wanita itu lirih dengan iringan isakan pilu.

"Aku, wanita menjijikkan seperti yang mereka katakan," gumam Sandra dengan suara bergetar menyesakkan.

"Aku, wanita sampah menjijikkan!" Pekik Sandra yang menjambaki rambutnya sendiri dan terus terisak pilu.

"Akhh! Teriak Sandra, mengusap tubuhnya sendiri kasar.

"Aku wanita buruk, menjijikkan," teriak Sandra mengeluar segala rasa sesak di dadanya itu.

Apalagi di sekitarnya dalam keadaan sunyi dan tidak ada seorangpun selain dirinya di sana. Hingga ia bebas mengeluarkan segala perasaan emosinya.

Sandra merentangkan kedua tangannya lebar, lantas berteriak sekencang mungkin hingga tubuh bergerak kuat seperti seseorang yang berusaha memberontak.

Sandra bahkan menarik kembali rambutnya pun , mengusap kasar wajahnya yang begitu terlihat kacau dan terpuruk.

Wanita itu meluruh di atas atas tanah bebatuan itu dengan posisi kedua kakinya terlipat ke belakang, kepala menunduk hingga air matanya meluruh membasih tanah tersebut, seluruh tubuhnya pun masih bergetar hebat dengan iringan tangisan penuh sesak.

Sandra melampiaskan tangisannya disana, mengeluarkan perasaan rapuh dengan luka tanpa darah menyakitkan itu. Yang begitu sangat menyesakkan juga ngilu hingga ke tenggorokan leher yang seakan tercekik.

"Seharusnya kau tidak tumbuh di rahimku, aku hanya wanita menyedihkan yang terpuruk. Kau akan hidup menderita denganku." Dengan terisak pilu, Sandra mengusap perutnya yang masih terlihat rata itu sambil berbicara lirih.

Ia menganggap dirinya tidak pantas memiliki janin di rahimnya yang mana hidupnya penuh penderitaan dan kesakitan.

"Maaf! Aku tidak bisa membuat pria itu mengetahui keberadaan mu. Aku, belum siap mendengarkan lebih banyak lagi hinaan dan membawamu," ungkapnya lagi yang diiringi tangis sesenggukan.

"Seharusnya kau tidak hadir sekarang, di tengah suasana memilukan ini. Kasihan hidupmu kelak yang akan hidup seperti mommy dan mendapatkan banyak hinaan dan gunjingan. Terlahir tanpa sosok, daddy," tandas Sandra yang suaranya kembali bergetar hebat dan tangisnya pun pecah.

Tangannya masih setia mengusap lembut perutnya, dan sebelah tangannya memeluk perutnya sendiri penuh kasih sayang.

"Maaf, maaf, maaf!" Ucap Sandra yang masih sesegukan.

Tubuh langsingnya pun masih terlihat terguncang. Kepala senantiasa menunduk seakan menyembunyikan air mata yang terus menerus meluruh tanpa henti.

Pribadi wanita tangguh dan mandiri itu kini, terlihat rapuh tak berdaya, dengan peristiwa hari ini yang amat menyakitkan.

Belum lagi ia harus menerima kenyataan entah, ia harus bahagia atau semakin terpuruk dengan kabar kehamilannya.

Ia yang memiliki khayalan akan reaksi bahagia sang kekasih saat — mengetahui kehamilannya, kini hanya terwujud sebuah kenyataan pahit dan kegetiran.

Apalah arti sebuah hubungan selama 6 tahun lamanya hidup satu atap, yang dihiasi — cinta dan kasih sayang setiap harinya.

Keromantisan dan perlakuan lembut Kendrick membuat Sandra terlena, hingga ia tidak memikirkan sebuah pengikat hubungan mereka, yaitu — pernikahan abadi.

Ia selalu menganggap remeh sebuah ikatan pernikahan, setiap mendapat singgungan dari rekan kerjanya soal pernikahan, Sandra selalu mengelak dan mengatakan. "Kami tidak memerlukan sebuah ikatan, karena kami sudah bahagia dengan hubungan indah ini," ujar Sandra setiap mendapatkan pertanyaan dari rekan kerjanya itu.

Dari kejadian yang ia alami, Sandra dapat mengambil sebuah pelajaran berharga. Bahwa sebuah hubungan indah tanpa ikatan sakral tidak akan pernah utuh dan kokoh.

Juga Sandra bisa mengambil sebuah kesimpulan emas selama menjalin hubungan percintaan dengan mantan kekasihnya. Kalau, letak harga diri seorang wanita ada pada kehormatannya yang senantiasa terjaga, hingga pria yang serius kepadanya mengikat dirinya dengan sebuah sumpah dan perjanjian dengan Tuhan.

Penyesalan hanya membuat perasaan Sandra semakin hancur, ia hanya perlu menyembuhkan dirinya secara fisik, apalagi jiwanya.

Sandra mengangkat wajahnya menatap langit mendung, bagaikan turun bersimpati kepada kehancuran dan perasaan sakit hati — Sandra.

Wanita dengan penampilan berantakan itu, menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum penuh luka.

Setiap ia menutup mata, maka butiran air mata itu terus mengalir melalui ekor mata indahnya. Sandra tidak ingin terus terpuruk. Ia harus memaksakan untuk bangkit, demi janin yang ada di rahimnya saat ini.

"Aku, pasti bisa melewati semuanya. Demi janin yang sedang tumbuh di rahimku," monolognya yang suaranya terdengar parau dan sanggau.

"Aku harus bertahan dan melupakan semuanya. Aku yakin pasti bisa melupakan dirinya," sambungnya yang masih menatap langit gelap di atas sana.

"Temani mommy, melupakannya dan melewati semua ini dengan senyuman juga kebahagiaan." Sandra kini menundukkan kepala, menatap perutnya sambil mengusap lembut, mengajak sang janin berbicara.

"Kami pasti bisa, Sandra Matthew!" Teriak Sandra dengan nada keyakinan penuh.

Wanita itu mencoba menarik nafas dan membuangnya dengan perlahan, guna menetralisir emosinya.

Ia pun bermaksud membalikkan badannya, namun, saat ingin melangkah menjauhi pinggiran tebing tinggi itu, tiba-tiba salah satu kakinya menginjak sesuatu licin, membuat Sandra tergelincir disusul tubuhnya terhuyung ke belakang dan terjatuh kedalam tebing yang di bawahnya terdapat lautan lepas.

Tubuh Sandra kini melayang untuk tiba di dasar tebing tinggi itu, wanita itu hanya bisa memejamkan matanya pasrah.

Suara tubuhnya terdengar nyaring saat tiba di lautan lepas, Sandra terlihat berusaha untuk menuju keatas saat tubuhnya berada di dalam air laut. Namun sayang, usaha wanita itu sia-sia saat lelah melandasinya. Wajah pasrah wanita itu terlihat begitu menyedihkan, dengan matanya yang terbuka terlihat merah berkilau.

Secara perlahan, kedua kelopak matanya mulai tertutup dan tubuhnya semakin kebawah menuju dasar lautan.

Masih terlihat tetesan air mata penuh luka wanita malang itu, kini tubuh rapuh itu melayang di tengah lautan lepas.

Sandra hanya bisa pasrah menerima nasibnya dan takdirnya yang sudah tertulis untuknya.

Penampakan tubuh wanita itu kini menghilang di dalam gelapnya lautan luas itu.

Kini suasana terasa penuh duka dengan iringan suara ombak dan sekumpulan burung yang terbang untuk kembali ke sarang mereka.

Terlihat hari mulai memasuki senja, membuat suasana di sekitar sana begitu terasa penuh duka.

Hingga matahari pun kini, mulai tenggelam dan bumi kembali diselimuti gelap malam.

Terpopuler

Comments

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

oh my

2024-06-23

0

Ramlah Kuku

Ramlah Kuku

sangat menyedihkan

2024-02-10

0

arniya

arniya

sakit.....

2024-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!