"Eh lo ngapain!!" bentak Nirmala.
"Mau tidur Mbak, gue ngantuk." Dafa langsung saja merebahkan tubuhnya dan menutup matanya di samping Nirmala.
"Turun lo dari ranjang gue!!" Nirmala mendorong tubuh Dafa dengan tangannya.
"Gue ngantuk banget Mbak." ujar Dafa yang tak bergeming.
Nirmala meletakkan laptopnya di atas nakas yang berada di sampingnya. Menatap horor Dafa yang tengah memejamkan matanya dengan damai.
"Turun lo!!!" Nirmala mendorong tubuh Dafa dengan kuat.
"Isss, sakit Mbak." Dafa mengusap sikunya yang sakit karena terlalu kuat menghantam lantai marmer, belum lagi bokongnya yang juga mendapat sasaran. "Lo jadi cewek nggak ada lembut-lembutnya Mbak." Dafa berdiri dari bawah ranjang sambil mengusap sikunya yang masih terasa sakit. Sakit seperti disengat listrik.
"Astaga!!! Mata gue ternodai karena senjata lo." Nirmala menutup matanya saat melihat handuk yang tadi di gunakan Dafa terlepas. Bahkan laki-laki itu berdiri dengan santainya di samping ranjang sambil mengusap sikunya yang masih sakit.
"Tutup senjata lo!!" bentak Nirmala saat Dafa tak menghiraukan ucapannya tadi.
"Senjata apaan sih Mbak? Gue nggak bawa semata ya Mbak. Yang ada tangan gue sakit gara-gara lo."
"Lihat ke bawah!!" bentak Nirmala.
"Astaga!!" Dafa terkejut saat dirinya tak mengenakan handuk di tubuhnya. Langsung saja laki-laki itu mengambil handuknya yang teronggok di lantai.
"Gara-gara lo mata gue ternodai. Ngapain sih lo nggak pakai baju?!"
"Tadi gue kan sudah ngomong sama lo Mbak, gue nggak punya baju. Lagian gue juga nggak bawa baju dari rumah dan Mama gue juga lupa bawain tadi." jelasnya setelah memasang handuk tadi pada bagian pentingnya.
"Oh iya Mbak, punya gue nggak kecil bukan?" Dafa menaik-turunkan alisnya.
"Apaan sih lo, punya lo kecil kek gitu saja bangga!!" Nirmala kembali naik ke atas ranjang untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Kecil? Mata lo buta Mbak? Atau mungkin lo salah lihat. Apa lo mau lihat lagi?" Dafa melangkah mendekati Nurmala.
"Ngapai lo!! Kesana!!" bentak Nirmala saat Dafa akan membuka handuknya mendorong tubuh suaminya dengan sebelah tangannya.
"Gue mau nunjukin ucapan lo tadi Mbak. Mungkin lo salah lihat. Makanya ngomong punya gue kecil."
"Lo budek ya!! Sana!! Gue nggak mau lihat punya lo!!" bentaknya lagi.
Dafa beranjak dari tempatnya berdiri bersiap kembali untung tidur di atas ranjang milik Nirmala.
"Mbak lo nggak kasihan sama gue?" Dafa menatap wajah cantik istrinya. Meskipun umur Nirmala lebih tua darinya, wajah gadis itu masih tampak seperti anak ABG.
"Nggak!! Gue nggak akan kasihan sama lo!"
"Beneran lo nggak kasihan sama gue, Mbak? Kalau sama diri lo kasihan nggak?"
"Maksud lo apa?" tanya Nirmala bingung.
"Ya mana tahu pas saat gue tidur handuknya kembali ke buka, dan lo nggak sengaja menyenggol gue yang membuat senjata gue beraksi. Lo tahu kan apa yang akan terjadi?" Dafa menikmati raut wajah istrinya yang tampak bingung namun juga tegas.
"Lo merepotkan!!" Nirmala turun dari ranjangnya. Di bergidik saat mendengar ucapan Dafa. Lagian dia juga tidak mau itu terjadi.
"Lo kemana, Mbak?"
Nirmala gak menghiraukan ucapan Dafa. Gadis itu meninggalkan Dafa yang memilih terlentang di atas ranjang milik Nirmala. Memejamkan matanya yang memang terasa ngantuk. Hari ini tubuhnya cukup lelah.
Nirmala masuk ke dalam kamar dengan menenteng satu stel baju serta pakaian dalam yang baru. Melihat suaminya yang tengah memejamkan matanya dengan nafas yang teratur. Ntah dia sudah tidur atau belum Nirmala belum memastikan.
"Bangun lo!!" Nirmala menggoyang tubuh Dafa dengan kakinya.
"Mbak gue beneran ngantuk banget. Bisa nggak sih, lo biarin gue tidur. Besok lo bebas mau marah-marah atau apa sama gue. Plis malam ini saja." pinta Dafa yang masih menajamkan matanya.
"Gue bilang bangun!!" Nirmala menendang tubuh Dafa yang membuat laki-laki itu kembali jatuh ke lantai.
"ASTAGA!!! Lo jadi cewek kenapa kasar banget sih!!!" bentak Dafa saat merasakan tubuhnya kembali terasa sakit.
"Tutup tubuh lo!!" bentak Nirmala yang lagi-lagi melihat benda pusaka milik Dafa.
"Nggak!!" Tolak Dafa membiarkan tubuhnya tak memakai handuk. Lagian tubuhnya saat ini benar-benar ingin istirahat. Belum lagi rasa sakit yang mendera tubuhnya karena ulah istrinya.
Nirmala melemparkan baju yang dia ambil kepada Dafa. Membuat wajah tampan laki-laki itu tertutup oleh pakaian itu. "Pakai di kamar mandi!" pinta Nirmala nyaring.
Dafa tak menghiraukan ucapan Nirmala. Laki-laki itu memilih memakai bajunya disana. Rasanya malas sekali jika berjalan menuju kamar mandi.
"Lo nggak dengar gue ngomong?! Pakai di kamar mandi bukan disini!!" bentak Nirmala jengkel dengan Dafa.
"Gue lagi malas jalan ke kamar mandi Mbak. Lagian badan gue sakit-sakitan semua gara-gara lo. Jadi biarin gue makainya disini." Dafa melanjutkan memakai pakaian itu dengan segera. Matanya sudah sangat mengantuk.
"Punya siapa baju ini Mbak? Kenapa pas di tubuh gue?" Saat ini Dafa sudah tidur di atas ranjang sambil menutup matanya. Namun bibirnya masih mengeluarkan suara.
"Punya adek gue." jawab Nirmala cuek.
Nirmala ingin sekali mendorong tubuh suaminya itu dari ranjangnya. Namun, dia tampak kasihan dengan Dafa yang kembali meringis kesakitan gara-gara dirinya. Dua kali jatuh dari ranjang yang lumayan tinggi bukanlah hal yang tak sakit. Bahkan rasanya mungkin sangat sakit.
***
"Pagi Mom, Dad," sapa Nirmala saat dirinya sudah sampai di meja makan.
"Pagi Sayang. Suami kamu mana?" Rinia tak melihat keberadaan menantunya.
"Di kamar Mom, kenapa?"
"Panggil dia kesini kita akan sarapan pagi bersama," pinta Rinia kepada putrinya.
"Nggak usah Mom, lagian dia juga bisa datang kesini sendirian tanpa harus dipanggil." jawab Nirmala.
"Panggil suami kamu, Mala!" ujar Lukman.
Nirmala langsung berdiri saat mendengar suara Daddynya. Dia menghentakkan kakinya dengan kesal. Dirinya sangat kesal saat Lukman menyuruh dirinya memanggil bocah tengil itu.
"Lo kenapa lama banget turunnya? Gue sudah lapar dari tadi. Lo tahu gue buru-buru mau ke kantor!" bentaknya marah.
"Lo kenapa sih Mbak? Pagi-pagi sudah marah-marah nggak jelas gini? Lagian kenapa lo nggak bangunin gue? Padahal gue ada jadwal kuliah pagi ini."
"Berisik!!!"
Dafa mengikuti langkah Nirmala dari belakang hingga sampai di ruang makan. Mata Dafa menangkap kedua orang-tua Nirmala yang tengah menunggu kehadiran meraka.
"Maaf Om, Tan saya lambat turun," ujar Dafa tak enak.
"Jangan panggil Om dan Tante dong Sayang. Panggilnya Mommy dan Daddy sama seperti istri kamu, Mala," ujar Rinia tersenyum manis kepada menantunya itu. "Tidak apa-apa Nak," lanjut Rinia.
"Heheh Baik Tan, eh Mom,"
Akhirnya keluarga itu makan dengan tenang. Tak ada yang membuka suara di antara mereka berempat. Dari yang tak ada di sana yaitu anak kedua Rinia, Bintang. Putranya itu kini tengah menempuh pendidikan di luar negeri.
"Mom, Dad nanti sore kami akan pindah ke rumah aku," ucap Nirmala saat mereka sudah selesai makan.
"Kenapa cepat sekali Sayang? Tak bisakah kalian tidur di sini saja?" pinta Rinia sendu.
Jika putri dan menantunya pergi, maka rumah ini akan sangat sepi. Yang ada hanya dia dan sang suami serta beberapa art nya.
"Tidak bisa Mom, kami harus mandiri. Bukan begitu Dad?" Nirmala beralih menatap Daddy nya yang masih asik dengan makanannya.
"Iya."
"Kamu apa-apaan sih Mas, aku masih rindu sama putri dan mantu kita loh?" Rinia melirik sinis pada suaminya.
"Biarkan mereka mandiri Sayang. Lagian kita juga menyetujui ini sebelumnya bukan?"
"Iya, tapi Mas---"
"Biarkan Mala memilih apa yang dia suka."
"Baiklah Mas," Akhirnya Rinia hanya bisa berkata seperti itu. Ucapan suaminya sungguh tak bisa lagi untuk di bantah.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Rika Khoiriyah
pasangan absurd🤣🤣🤣🤣
2023-02-02
1
Rais Rais
lanjut
2022-10-12
1