Sesuai dengan apa yang dikatakan Nirmala kemaren, jika hari ini dia dan keluarganya akan datang ke rumah Dafa, calon suaminya. Gadis itu tampak cantik dengan balutan baju yang tampak pas di tubuhnya. Tak lupa memoles wajahnya seperti yang biasa dia lakukan setiap pergi ke kantor.
"Sudah siap Sayang?" Rinia menatap anak gadisnya yang kini sudah duduk manis di ruang tamu.
"Sudah Mom, Daddy mana Mom?" Gadis itu tak melihat keberadaan cinta pertamanya.
"Sebentar lagi Daddy akan datang Sayang. Tadi katanya mau ke kamar mandi dulu." Nirmala hanya mengangguk ringat mendengar ucapan Ibunya.
Tak lama menunggu, akhirnya Lukman datang dengan jas yang biasa melekat pada tubuh kekar laki-laki itu. Meski sudah tak lagi muda, wajahnya masih tampak tampan.
"Kamu beneran mau nikah sama pemuda itu Mala?" tanya Lukman saat mereka sudah dalam perjalanan.
"Iya Dad," singkatnya.
"Baiklah kalau itu yang kamu inginkan Nak,"
Awalnya Lukman menolak saat istrinya mengatakan putri mereka akan menikah dengan laki-laki yang bahkan jauh dibawah Nirmala. Namun, karena ucapan istrinya Lukman menurut saja. Apalagi dia sungguh tak tega melihat betapa cerianya istrinya itu mengatakan kepada dirinya bagaimana tingkah lucu calon menantu mereka nanti.
Mobil yang dikendarai Lukman akhirnya sampai di halaman rumah Dafa yang tak kalah luasnya dibandingkan rumah meraka. Jika dibandingkan lebih luas sedikit rumah Nirmala dibandingkan rumah Dafa.
"Beneran ini alamatnya Mala?" Lukman meyakinkan apakah emang ini rumah yang akan mereka tuju.
"Iya Dad,"
"Ya sudah, ayo kita keluar," ajak Lukman yang diangguki kedua wanita kesayangannya.
Lukman menekan bell rumah itu sebanyak tiga kali. Tak lama kemudian, pintu tingi itu terbuka. Muncul seorang wanita paruh baya yang diyakini mereka bertiga asisten di rumah itu.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan, Nyonya?" tanya Wanita itu dengan sopan.
"Apa benar ini kediamannya Dafa?" Lukman angkat bicara.
"Ah ya benar Tuan. Mari masuk Tuan, Nyonya,"
Mereka bertiga masuk ke dalam rumah, setelah di persilahkan oleh asisten rumah tangga itu. Mereka duduk di ruang tamu yang tampak luas dengan tenang. Sedangkan Bibi pergi memanggil Tuan rumah dan juga mengambil minum untuk tamu Tuannya.
"Selamat siang Pak, Buk," Faris datang bersama istrinya saat asisten rumah tangga meraka, memberitahu jika ada tamu yang datang.
"Silahkan Tuan, Nyonya," Bibi menghidangkan minuman kepada tamu majikannya.
"Maaf ada keperluan apa ya Pak, Buk?" Faris tampak bingung dengan kehadiran ketiga orang itu.
"Maaf kami menganggu waktu istirahat Bapak, dan istri. Maksud kedatangan kami kesini untuk melamar anak Bapak untuk menjadi suami putri kami," terang Lukman membuat sepasang suami istri itu cukup terkejut.
"Melamar?" ulang Faris.
Lukman mengangguk. "Benar Pak, kami kesini untuk melamar putra Bapak, Dafa untuk menajadi suami putri kami,"
"Dafa?" beo Rika terkejut. Yang benar saja anaknya yang baru kuliah semester dua itu akan menikah dengan gadis yang kini berada di depan mereka. Memang gadis itu tampak sangat cantik namun, putra mereka masih menempuh pendidikan yang pastinya tidak akan bisa memberikan nafkah untuk istrinya. Apalagi anaknya itu masih meminta uang jajan kepada mereka.
"Maaf Buk, Pak mungkin kalian salah. Anak kami masih kuliah dan tidak mungkin akan menikah dengan putri Bapak," Rika menatap Lukman dan istrinya bergantian.
"Saya akan tetap menikah dengan putra Bapak, baik Bapak atau Ibu tidak suka." Kini bukan lagi Lukman yang berbicara, melainkan putrinya.
Sorot mata Nirmala mentap sepasang suami istri itu dengan tajam. Tatapan yang biasanya dia berikan jika keinginannga di tolak.
"Anak kami masih kuliah Nak, tak mungkin dia akan menikah, apalagi di usia 19 tahun." ujar Faris menatap balik gadis cantik itu.
"Tidak mengapa. Saya akan tetap menikah dengannya, ahhh ya dimana laki-laki itu?" Nirmala melirik sekeliling rumah yang tak terlihat batang hidung laki-laki itu.
"Dia sedang kuliah Nak,"
Nirmala hanya mengangguk saja. Jika saja laki-laki itu tidak datang sebelum dia pulang, yakinlah sepeda motonya akan di hancurkan. Sesuai dengan apa yang dikatakan gadis itu kemaren.
"Selamat siang Mama, Papa!!" Laki-laki yang ditunggu Nirmala akhirnya datang. Tampak laki-laki itu menahan malu saat melihat di ruang tamu tak hanya ada orang-tuanya, melaikan ada keluarga Nirmala.
"Heheheh, maaf Pa, aku tidak tahu jika ada tamu," ujarnya cengengesan. Bahkan saat ini Nirmala sudah melotot hebat kepada pemuda itu.
Dafa mengalihkan penglihatannya. Malas bersirobok dengan mata Nirmala yang menatap dirinya tajam. Seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.
"Duduklah disini, Nak," pinta Rika kepada putranya.
"Jadi bagaimana Buk, Pak?"
"Maaf Pak, saya tidak bisa menerima pernikahan antara putra saya dengan putri, Bapak," tolak Faris dengan lembut.
"Saya tidak menerima penolakan Bapak. Yang jelas satu minggu lagi saya dan putra Bapak akan menikah!!" Lagi-lagi perkataan Nirmala membuat semua yang berada di sana terbengong. "bukan begitu Dafa?" Mata Nirmala menyorot tajam pada laki-laki yang berada tak jauh darinya.
"Gue nggak mau Mbak, masa depan gue masih panjang." tolak Dafa.
Nirmala semakin melototkan matanya mendengar ucapan pemuda itu. "Apa kamu tidak ingat dengan ucapan saya kemaren?" Nirmala mengingatkan Dafa tentang apa yang akan dia lakukan jika saja pernikahan ini tidak terjadi.
Dafa mematung mendengar ucapan Nirmala. Jika menolak berarti Nirmala bisa saja menghancurkan motor kesayangannya. Tapi, jika menerima masa kebebasannya sungguh akan berkurang. Lalu bagaimana dengan pacarnya. Tak mungkin bukan, dia akan memutuskan pacarnya hanya karena ingin menikah dengan mbak-mbak yang tak di kenalnya itu.
"Bagaimana Dafa?" Kembali Nirmala berucap.
Dafa mengaruk kepalanya. "Papa tolong aku," Pemuda itu merengek kepada Faris yang menatap putranya itu dengan serius.
"Sekali lagi saya ingatkan, jika saya tidak menerima penolakan. Pernikahan ini akan tetap berjalan sesuai dengan apa yang saya katakan tadi. Satu minggu lagi saya dan dia akan menikah." Nirmala menunjuk ke arah Dafa.
"Ehhh Mbak, jangan asal ngomong dong. Gue belum nerima ya!" Protes Dafa menuding Nirmala.
"Apa lo nggak denger ucapan gue?! Gue nggak nerima penolakan!!! Dan lo, mau suka atau tidak kita akan tetap menikah minggu depan!"
Dua pasang suami istri yang berada di sana, hanya menyimak ucapan ke-dua anak mereka. Sedikit pusing dengan kelakuan kedua orang itu. Yang satu tegas dengan keputusannya, dan yang satu lagi juga kokoh dengan ucapannya.
"Gue nggak mau Mbak!!"
"Ok, gue akan buktiin apa yang gue ucapin sama lo kemaren!!" Nirmala mengambil ponsel yang berada di dalam tas selempangnya.
"Ehhh lo mau nelpon siapa Mbak? Jangan dong Mbak. Ok gue setuju. Kita akan nikah minggu depan." putus Dafa akhirnya. Membuat senyum tipis gadis di bibir gadis itu.
"Kamu yang benar saja Dafa? Apa kamu tidak memikirkannya lebih dulu?" Rika menatap tak percaya putranya. Jawaban yang bahkan tak pernah dibayangkan Rika sebelumnya.
"Aku sudah memikirkannya Ma, aku akan tetap menikah dengan Mbak itu," jawab Dafa yang mendapat helaan nafas dari Rika.
"Gue pegang omongan lo. Ingat!! Jika saja lo kabur di hari pernikahan kita, maka apapun yang tak pernah lo bayangkan akan terjadi. Jangan lo fikir omongan gue hanya main-main. Gue serius!!"
"Baiklah, gue akan nurutin omongan lo, Mbak. Gue akan nikah sama lo minggu depan. Lo bisa pegang omongan gue." pasrahnya. Ini sekitar dia lakukan hanya demi motor kesayangannya.
"Ok,"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BIASANYA POSISI CWEK YG DIANCAM, SKRG TERBALIK,,CWEK YG NGELAMAR CWOK, DN PKE NGANCAM LGI, AKU JUGA MAU KLO GITU....😅😅😅😅😅😅
2023-02-25
2
Rika Khoiriyah
aku lebih terkejut, namaku pasti dijadiin pemeran emak²🤦🤦🤦yahhh walaupun aku emang udah jadi emak² anak 2 sih🤣🤣🤣🤣emak² 24 tahun 🤭🤭🤭
2023-02-02
1
Angelica Chleodora
lngsung dsruh masuk blom tau spa..
2023-01-13
1