Dua

Waktu TK aku pernah punya pengasuh, yang ku panggil mbok Sumi. Diapun bolehlah menjadi ibuku. Mbok Sumi badannya tidak terlalu besar, sedikit kurus dan kulitnya sawo matang, tapi giginya sangat putih, dan wajahnya sangat jenaka, lucu sekali. Ia selalu membuatku tertawa, dan ia mengurusku dengan sangat baik, aku suka bermanja manja padanya.

Kalau dia sedang menonton acara dangdut kesukaannya, aku suka tidur tiduran dipahannya. Akibatnya aku kadi hafal nama nama penyanyi dangdut era itu. Mansur S, Imam S Arifin, Chacha Handika, Elvi Sukaesih, Elya Kadam, masih banyak lagi yang lainnya.

Aku bahkan punya video klip kegemaranku sendiri, Ilalang oleh Machicha Mochtar, ciptaan Camelia Malik. Aku sampai hafal liriknya. Aku sangat suka bagaimana sipenyanyi terlihat begitu sedih akan pengkhianatan oleh orang yang dicintai. Bahkan mbok Sumi tak jarang ikut jadi sentimentil ketika mendengar lagu ini, dia juga ikut menangis, seolah olah pernah merasakan hal serupa itu.

Aku sangat menyayangi mbok Sumi, bahkan aku sempat punya pemikiran, andaikan dia bukan ibuku yang sebenarnya, ketika aku besar nanti dan punya uang sendiri, aku akan mengadopsinya menjadi ibuku.

Tapi sayang, saat aku kelas 4 SD, mbok Sumi jatuh cinta dan menikah.dengan tukang sayur keliling dikomplek perumahan kami. Mereka pun pindak ke pinggir kota dan tinggal disana.

Sejak saat itu, aku jadi sendiri dan selalu sendiri.

Saat mendapat haid pertamaku, aku memutuskan bahwa aku sudah dewasa, dan aku belajar menerima kenyataan seperti apa adanya. Ibuku adalah ibuku , dan sinterklas tidak akan datang dimalam natal memberikanku ibu baru meski aku telah berlaku manis sepanjang tahun.

Dan inilah sekarang, kami terus hidup bersama dengan gaya komunikasi kami yang seperti tinggal dalam cangkang masing masing.

Aku bahkan nyaris tak tahu harus bicara apa dan bagaimana cara berbicara padanya.

Aku menarik nafasku berat, lalu berdehem, tapi ibuku masih diam dan matanya lurus menatal layar televisi yang acaranya tak jelas karena terus menerus diganti ganti.

Aku berdehem lagi, berusaha membersihkan tenggorokanku.

''Mama'' , panggilku

''Kapan surat ini datang?'' tanya ku

Lalu ia menjawab dengan nada datar, seperti biasa.

'' Tukan Pos mengantarnya tadi pagi''. ucapnya

''Yang satu inu tanpa nama pengirim'' ucapku

''Ya, memang'' jawabnya acuh.

Lalu aku memandang surat dengan amplop putih itu, aku baru menyadari bahwa surat ini sepertinya sudah dibuka. Mama membuka suratku!

Dadaku bergemuruh dan mendadak berdegup kencang oleh rasa marah. Rasanya kau tinggal serumah dengan orang yang tak kau kenal, tapi dengan lancang berani memeriksa dan membaca suratmu. Lancang sekali bukan?!

Dan itu bukan analogi, karena aku dan ibuku memang seperti dua orang asing yang terperangkap dalam satu ruangan yang sama.

Tapi aku bisa apa, walau bagaimanapu asingnya kami, dia tetaplah ibuku. Setidaknya dia masih memenuhi semua kebituhanku, tidak perna membiarkan aku kekurangan apapun, hanya kurang perhatian dan kasih sayang saja.

Aku jadi sangat penasaran dengan isi surat ini. Karena, selama ini ibu tak pernah memperhatikan apa yang terjadi padaku, lalu mengapa sekarang tiba tiba menjadi penting baginya siapa yang mengirim surat padaku?

Aku memandang ibuku sekali lagi. Wajahnya yang terlihat dari samping kiri sangatlah cantik. Rambut lurusnya hitam legam, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Hidungnya mungil tapi mancung, membuat wajahnya sama sekali tidak terkesan kekanak kanakan. Secara keseluruhan, ibuku mengeluarkan aura anggun yang hakiki, sesuatu yang sama sekali tidak kupunya .

Badanku kurus kecil, rambutku ikal sebahu, kulitku pucat dengan kacamata yang selalu bertengger dihidungku. Aku kikuk, tak bisa berjalan tanpa menyenggol sesuatu, mataku bulat besar, sedangkan mata ibuku sedikit sendu menambah kenaggunan wajahnya. Ketiak aku kecil, ketifak miripan kami membiatku semakin yakin bahwa dia bukanlah ibu ku.

Tapi semakin hari, semakin aku berpikir, mungkin saja aku mirip ayahku, meski kami tak pernah membicarakannya.

Pokoknya, kecantikan ibuku adalah kecantikan yang dingin dan tak tersentuh, bagaikan gunung es yang menjulang tinggi, tak terjangkau oleh siapapun. Gunung es yang dingin, yang mampu melenyapkan kehangatan dan kebahagiaan.

Aku tak bisa membayangkan, hidup didlam rahim ibuku selama sembilan bulan, karena dia adalah orang asing bagiku. Pernah menjadi bagian dari dirinya, membuatku agak bertanya tanya. Apakah ibuku pernah berfikir untuk melahirkan makhluk asing? seperti apa rasanya mengandung makhluk asing selama sembilan bulan?

Aku terus memandangi ibuku sambil berfikir, siapa dia? aku tidak mengenalnya dan begitupula fia tidak mengenalku.

''Hhhhh''...Kembali aku menarik nafasku berat. Rasanya sesak sekali didalam rongga dadaku, ketika aku memikirkan hubungan keterasingan kami.

''aaahhh persetan denagn semua ini,aku yidak akan memikirkan tenatang ibuku lagi'' keluhku didalam otakku.

Aku kembali konsetrasi dengan amplop yang kupegang

''heeh..baiklah, walaupun surat ini sudah dibuka, tapi dia tetaplah sebuat surat bukan?'' gumamku pelan.

Ada seseoramg diluar sana yang ingin menyampaikan sesuatu padaku, ya! padaku seorang. Dan itu membuatku agak terharu.

Dengan tangan bergetar, aku membuka amplop itu, lantas mengeluarkan kertas isinya. Selembar kertas HVS berlipat tiga. Aku membukanya dan mulai membacanya.

Reina Anakku,

Sudah delapan belas tahun usia mu sekarang, aku tidak berani berharap kau masih ingat padaku. Kita berpisah saat kau belum genap satu tahun. Kurasa tak banyak yang bisa diingat oleh anak bayi seusiamu, dan itu bukan salahmu.

Aku menulis padamu, untuk mengabarkan bahwa aku sedang sakit. Penyakitku ini terbilang langka, sedang umurku sekaramg sudah 55 tahun. Aku selalu percaya bahwa aku akan mati pada usia yang sama dengan ayahku, yaitu 80 tahun. Artinya aku akan hidup selama 35 tahun lagi. Tapi aku sudah mengalami semua apa saja yang mungkin dialami orang yang hidup selama.separuh abad lebih, dan bisa dibilang aku tak ingin apa apa lagi.

Jikapun masih ada hal yang aku inginkan adalah Bertemu denganmu walau itu hanya sedetik. Dan ketika kau memilih meludahi mukaku, berteriak padaku atau bahkan memukuli diriku, aku akan terima semua itu. Aku bahkan akan bercerita padamu, memgapa dulu aku meninggalkanmu, jika kau ingin mendengarnya. Tentu saja itu adalah cerita yang sangat panjang dan rumit, tapi layak untuk didengar. Kalau kau berkenan, kunjungi aku dikota B, ya?.

Dengan cinta,

Ayah

Nb: aku meninggalkan kartu nama seorang teman, jika kau berkenan untuk berjumpa denganku, dia akan mengurus semuanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!