"Apa!? Jadi cuma gara-gara kamu naik lift itu, kamu sampai harus di pecat, benar-benar keterlaluan ya tu CEO gila!" umpat Ajeng kesal setelah mendengarkan penjelasan dari Netty, apa alasannya di pecat.
"Sudahlah, ini memang salahku. Lebih baik sekarang kita kemasi barang-barang kita setelah itu kita minta gajian kita yang tersisa," ucap Netty enggan untuk membahas ini.
"Tapi, kenapa kamu bisa seceroboh itu masuk ke lift bos kita? Bukankah kita semua di larang masuk lift VVIP selain orang-orang penting?" tanya Ajeng dengan heran.
Netty terdiam, dia tak ingin sahabatnya tau tentang perasaannya yang menyukai seorang pria yang berada di dalam kantor itu.
"Entahlah, mungkin aku sangat lelah sehingga tidak memperhatikan jalan," jawab Netty mengigit jarinya.
"Ho..ho..ho.. itu tidak mungkin, Netty yang aku kenal tidak akan melakukan suatu kecerobohan tanpa alasan. Ayo cepat katakan padaku, apa sebenernya sedang kamu pikirkan!?" tanya Ajeng dengan tegas.
Netty menatap Ajeng dengan cemberut. Sahabatnya ini benar-benar seorang yang menguasai dunia akting. Dia tahu mana orang jujur dan bersandiwara.
Namun Netty tetap tidak ingin jujur pada sahabatnya itu. Akhirnya Netty berusaha membuat jawaban yang konyol agar temannya percaya.
"Oke,oke! Aku jujur sama kamu, aku sengaja naik lift itu biar bisa bertatapan muka langsung dengan CEO muda kita. Banyak desas-desus jika CEO kita adalah seseorang yang sangat tampan, jadi aku penasaran sama wajahnya!" jawab Netty.
Ajeng pun langsung ternganga lebar dengan mata yang mendelik sempurna. Bukan karena jawaban dari Netty, namun karena seseorang yang sedang mereka bicarakan ada di belakang pintu.
"Gak usah gitu juga kali ekspresi muka lu! Lagian dia gak ganteng-ganteng amat kok!" lanjut Netty yang belum menyadarinya jika di belakangnya ada seseorang yang sedang ia katai.
Ajeng memberi kode dengan matanya. Namun Netty yang sangat bodoh dan telat mikir tidak dapat mengerti apa yang Ajeng kodekan.
"Kamu kenapa sih? Udah deh, jangan main drama lagi," ujar Netty kesal, ia pun membalikan badanya untuk bergegas keluar dan bersiap pergi meninggalkan gedung itu.
"ASTAGA!" Netty spontan melemparkan tas di tangannya karena saking terkejutnya.
BUGH!
Tas itu pun tepat mendarat di atas kepala Vander.
Suasana benar-benar sangat terasa mencengkram. Di pandangan Netty, terlihat bara api yang menyelimuti tubuh Vander. Matanya pun nampak menyala bagaikan elang siap mencabik-cabik mangsanya.
"Bagus!" suara seksi itu membuyarkan halusinasi Netty.
Vander melangkah ke arah Netty. Langkahnya sangat santai membuat Netty benar-benar di buat sesak nafas.
"Abang, Eh kok Abang!" Ajeng mencoba untuk melindungi sahabatnya. "Tuan, Ah maksudnya Taun muda Vander, maafkan kecerobohan teman saya yang bodoh dan asal bicara ini, kami akan segera angkat kaki dari tempat ini, anda tidak perlu khawatir." lanjut Ajeng.
Diamnya Vander dan anak buahnya membuat Ajeng mati kutu, begitu juga dengan Netty.
Andai waktu bisa di putar, Netty dan Ajeng tidak akan pernah mengajukan pekerjaan di perusahaan ini. Baru 3 hari bekerja, harus merasakan sulitnya bernafas karena ketatnya peraturan di perusahaan ini, padahal tugas mereka hanyalah bersih-bersih saja.
Ketika Vander akan berbicara, tiba-tiba datang seorang gadis cantik yang masih terlihat sangat muda, ia adalah Vanda, adik perempuan dari Vander.
"Kakaaak!? Kamu ngapain di sini? Aku tadi cari-cari kakak, loh. Kenapa kakak tidak pulang ke rumah dulu setelah tiba dari AS? Aku sudah menunggu kakak sampai kesal," ucap Vanda yang terlihat manja, sepertinya hubungan kakak adik ini sangat baik.
Vander menatap Netty sekilas sebelum akhir dia merangkul pundak adiknya untuk di ajak pergi. Vander hanya memberi tatapan aneh ke anak buahnya, dan anak buahnya langsung membungkukkan badannya.
(Apakah dia masih manusia?)batin Netty ketika melihat sisi lembut Vander kepada adiknya.
"Kalian, ikut denganku!" ucap anak buah Vander menatap Ajeng dan Netty yang masih terbengong.
"Kemana?" tanya Ajeng.
"Kalian akan di pindahkan." jawabnya singkat.
Setelah kejadian ini, Ajeng enggan untuk melanjutkan kontrak kerja di perusahaan ini, atau perusahaan yang berhubungan dengan Vander.
"Tidak!" sahut Ajeng.
"Kami sudah mendapatkan hinaan, kami sudah di pecat dengan tidak hormat, maka kami tidak akan sudi lagi untuk bekerja dengan perusahaan ini!" tegas Ajeng.
"Baiklah, kalian bisa pergi sekarang juga," jawab anak buah itu dengan santai.
Setelah anak buah Vander pergi, Netty langsung menarik tangan Ajeng.
"Isht! Gimana sih kamu ini, harusnya tadi kita tanya dulu, bagian mana kita mau di pindah?" ucap Netty.
"Kamu masih berharap mau bekerja di sini lagi, Net!? Gak waras." Ajeng kesal dengan pikiran sang sahabat.
Netty tertunduk.
"Aku hanya merasa bersalah kepadamu, Jeng. Gara-gara aku kamu harus ikut di pecat juga. Setelah perjuangan kita mendapatkan pekerjaan, akhirnya hanya bertahan tiga hari untuk bekerja, dan semua itu gara-gara aku." Netty memasang wajah sedih, ingin sekali ia meneteskan air mata supaya Ajeng tahu berapa pedih hatinya.
Namun Ajeng tahu, tidak perlu air mata, hanya dengan ketulusan Netty, ia pun bisa merasakan apa yang Netty rasakan.
"Sudahlah, kita bisa cari pekerjaan lainnya. Aku juga tidak mungkin membiarkan sahabatku menderita. Kita pasti akan mendapatkan pekerjaan lainnya." Ajeng berusaha untuk menghibur Netty.
"Aaaa.. so sweet, mau peyuuuk?" Netty dengan haru memeluk Ajeng, sahabat perjuangannya sedari kelas SMP.
Di dalam perjalanan pulang, terlihat Vander dan adiknya yang bernama Vanda menikmati musik favorit Vanda yang berjudul Sisa Rasa.
"Kakak, apakah kakak tidak masalah jika papah menikah lagi?" tanya Vanda. "Apakah kakak tidak takut jika ibu tiri kita akan jahat seperti ibu tiri di film-film?" lanjutnya.
"Jika kamu tidak setuju, kakak akan membatalkannya," jawab Vander.
"Bukan begitu. Hem, aku tidak punya hak untuk setuju atau tidak, karena aku hanya anak kecil." Vanda yang masih duduk di kelas 3 SMP ini menundukkan kepalanya.
"Jika kamu tidak suka, maka kakak yang akan bicara dengan papah." Vander mencoba untuk meyakinkan adiknya.
"Tidak tidak! Aku tidak ingin membuat papah sedih. Hem, semoga saja ibu tiri kita nanti baik ya kak?" ucap Vanda dengan polosnya.
"Iya, semoga saja."
Saat sedang lampu merah, Vander menatap ke arah jendela mobil. Tiba-tiba matanya menyorot ke pada titik yang sangat menarik perhatiannya.
Bukankah itu gadis yang sudah lancang masuk ke kawasan pribadiku. batin Vander menatap heran ke arah Netty yang sedang menyebarkan sebuah brosur.
Sampai akhirnya Netty berniat untuk menghampiri mobil yang di tumpangi Vander. Menyadari hal itu, Vander pun dengan buru-buru menutup pintu mobilnya.
Tok
Tok
Tok
Netty yang tidak tahu jika yang berada di dalam mobil itu adalah bosnya, tanpa tahu ia mencoba untuk mengintipnya.
Vander hanya diam dan enggan untuk membukakan pintu mobilnya.
Lalu tiba-tiba, seorang pria berbadan tegap menghampiri Netty.
"Nona, sebaiknya anda pergi, bos kami tidak membutuhkan apa yang sedang anda bawa," ucap pria berotot itu.
"Oh, maaf bang, saya cuma mau kasih ini, siapa tahu bos anda berniat untuk membeli produk kami yang terbaru," ucap Netty memberikan sebuah brosur sebuah handphone dari AEIR PHONE.
Sekilas Vander melihat brosur yang Netty bawa.
(Bukankah dia tadi menolak untuk melakukan pekerjaan ini?) batin Vander merasa heran.
Singkatnya, anak buah Vander memberi tahu jika Ajeng dan Netty menolak untuk pekerjaan lain yang Vander berikan. Menjadi sales produk merekalah yang ingin Vander tawarkan.
Meski Vander merasa kesal dengan gadis yang sudah sangat lancang, namun dia tidak tega memecat seseorang hanya karena egonya sendiri. Dengan memindahkannya menjadi sales, maka gadis itu akan tetap mendapatkan pekerjaan tanpa harus berada di dalam gedung. pikir Vander.
Namun, anak buah Vander memberi tahu jika Ajeng dan Netty menolak untuk pekerjaan ini, tapi sekarang ia melihat sendiri gadis itu membawa brosur AEIR PHONE.
Tidak lama mobil pun jalan, Vanda yang fokus dengan ponselnya tidak memperhatikan bagaimana kakaknya bisa menatap seorang gadis begitu lamanya.
Bahkan sampai mobil menjauh, matanya masih terus menatap kaca spion supaya dapat menatap gadis itu.
Vander teringat bagaimana gadis itu mengolok dirinya yang tidak tampan. Vander tanpa sadar mengambil cermin di dalam jasnya dan mulai memperhatikan wajahnya Ke kanan dan ke kiri.
"Masih tampan." batin Vander memuji dirinya sendiri.
Namun meski Vander merasa jika dirinya masih begitu tampan, namun hatinya tetap merasa tidak nyaman karena ucapan Netty yang terus teriang-iang di kepalanya, jika dirinya tidaklah tampan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
kayaknya bob vader mulai jatuh cinta
2022-10-24
1
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
kocak habis baca ini dan Vander masih memikirkan upacan Netty hati hati tar suka loh Vander
2022-10-20
1
❀_Ayu_❀
Hehehe....🤣🤣🤣🤣.
jan galak² Bang Vander.... hati² loh benci ma cinta kata orang beda tipis....😆🤣🤣🤣🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2022-10-15
3