Hari berikutnya aku mulai bergerak mewujudkan semua rencanaku bahkan andaikan bisa ingin memberikan sihir agar semuanya bisa terwujud dalam satu malam saja.
Aceng sudah memberikan kabar bahwa akan mulai mengerjakan semua proyek yang kuberikan hari ini secara serentak, meski harus menyewa tenaga dan peralatan kontraktor rekanannya juga.
"Mbak tolong di print masing masing selembar dengan ukuran A3 yah...!" Ucapku sembari menyerahkan sebuah flashdisk pada salah seorang karyawan yang bekerja di sebuah counter fotocopy sebelah kantor kecamatan.
Flashdisk itu berisi data data beberapa contoh model hunian modern yang ku unduh dari sebuah situs griya estika semalam.
"Baik mas...loh kamu bukannya Agung Riyadi yah anak stm negeri 2...?" Ujar mbak mbak pegawai fotocopy itu.
"Eh iya mbak benar...maaf dengan mbak siapa yah soalnya aku sudah banyak lupa dengan teman teman semua..." Balasku sambil tersenyum ramah.
"Ihh sombong yah mentang mentang sudah sukses hihihii... Eh kamu kerja di mana sekarang ? ingat Widya ngga smea negeri 1." Ujar mbak itu sembari sibuk di depan komputernya.
"Ya ampun...Wid iya aku ingat... hahahaaa...yang dulu ikut kelabasan sampai kedung ombo itu kan yah, trus kita pulangnya naik minibus nya di atas." Ujarku riang mengingat memori zaman putih abu-abu tujuh tahun yang lalu.
"hehehe itu juga gara gara kalian kan anak anak stm 2 pada nakal nakal semua... hihihi." Ujarnya sambil tersenyum dan tertawa kecil tampak gembira.
Aku ingat dulu kami berlima teman sekelasku mau healing sekalian berkunjung ke tempat salah satu teman yang tinggalnya di Grobogan, namun gara gara godain Widya yang saat itu juga bersama temannya mau ke Sragen, justru ikut gabung sama kami.
"Kok bengong...Gung...ingat pernah ngintip cd ku saat naik ke atap bis itu yah hihihi?" Ujar Widya menggodaku sambil tertawa kecil.
"Iya Wid...biru muda kan yah dulu itu hahahaa..." Balasku yang membuat wajahnya memerah, untung saja counter itu cukup lengang karena baru saja pelanggan yang fotocopy telah pergi.
"Eh Gung ini gambar design rumah yah...? kamu jadi arsitek kah sekarang?" Kata Widya kembali serius.
"Ah ngga kok Wid...itu hanya beberapa contoh calon hunianku nantinya." Jawabku jujur.
"Weisshh keren ini Gung...seleramu bagus Gung." Kata Widya sambil memasukkan beberapa lembar kertas A3 lalu mulai ngeprint.
"Wid ini counter fotocopy kamukah? setauku rumahmu kan di Delanggu kan?"; Tanyaku kepo.
"Aku cuma kuli di sini Gung, ini counter milik kakakku dan sekarang aku tinggal sama mereka di sini." Jawabnya.
"Ohhh...iya lama lama juga kamu akan punya counter kamu sendiri....mudah mudahan..." Ujarku lalu memberikan selembar uang nominal ratusan ribu pada Widya.
"Aminnn makasih doanya Gung..yah kembaliannya ngga ada Gung, beneran dari tadi mulangin duit terus soalnya." Kata Widya.
"Iya gapapa Wid kalo ada sisanya buat kamu aza lah lumayan buat nambahin uang makan nanti. Ya sudah makasih yah Wid aku pamit dulu." Ujarku lalu segera kurapikan berkas yang kuterima dari Widya dan kumasukkan ke dalam sling bag.
"Gung ini beneran sisanya banyak ini cuma kepake 15 ribu doank." Kata Widya sambil buru buru keluar dari counternya untuk menghampiriku.
"Ya elah Wid kaya ma siapa aza...beneran lah, malah pengennya ngajakin maksi bareng kamu aza tapinya aku buru buru." Ujarku basa basi modus
"Eh boleh kok gimana klo makan malam aza." Ujarnya tampak harapan di matanya.
"Ehm iya kapan kapan yah kamu tinggal disini kan?" Tanyaku sambil menatap wajah manisnya. Wajah yang mengingatkanku pada seorang artis bollywood bernama Shriya Saran.
"Heem.....beneran yah? aku tunggu loh..." Ujarnya sambil tersenyum manis memperlihatkan deretan giginya yang putih tampak rapi.
Aku hanya tersenyum mengangguk lalu melambaikan tangan dan bergegas menghampiri kendaraanku yang ku parkir di seberang jalan, lalu meluncur pergi setelah membunyikan klakson yang di balas oleh Widya dengan senyum merekah dan lambaian tangannya.
Sesuai rencanaku hari ini aku ingin mengunjungi Kyai Danuri dan putranya Sensei Hartomo di Padepokan Karang Sejagad yang merupakan tempatku belajar menimba ilmu beladiri untuk kegiatan ekskul sekolahku saat itu. Dari Kyai Danuri aku belajar pencak silat sampai nyaris tahap akhir dan dari Sensei Hartomo aku mendalami karate sampai dapat sabuk coklat.
Padepokan yang juga merupakan kediaman Kyai Danuri dan keluarganya itu lokasinya hanya 3 kilo saja dari stm negeri 2 tempatku menimba ilmu formal, sedangkan Sensei Hartomo kebetulan juga merupakan salah satu staf pengajar di stm itu.
"Asalamualaikum !!" Ujarku sopan menyapa Kyai Danuri yang sedang menikmati waktunya bersama Nyai Danuri istrinya di pendopo
"Walaikumsalam....!!!" Jawab beliau berdua berbarengan.
Aku segera menunduk dan menyalim buku tangan guruku yang sudah terlihat lebih tua itu, bergantian. Sementara Kyai Danuri kulihat memperhatikan aku dengan seksama.
"Maaf nak...kamu ini siapa?" Tanya Kyai Danuri padaku sambil tersenyum ramah, meski terus menatapku secara seksama.
"Agung...siswa stm negeri 2 yang ikut menimba ilmu di sini guru..." Jawabku masih sambil berdiri di hadapan guruku suami istri itu.
"Agung....?...Ohhh Yaa Alloh...ini kamu nak, ayo duduklah...iya ingat kamu muridnya Hartomo kan? hehehe" Ujar Kyai Danuri sambil terkekeh sementara Nyai Danuri turut mempersilahkanku duduk sementara dirinya berpamitan untuk ke dalam.
"Sudah jadi orang rupanya kamu nak...kesini bawa mobil...iya iya .. hehehe sudah lama kok nak anak anak stm sudah ngga kesini lagi, ya sejak Hartomo pindah ke Surabaya." Ujar Kyai Danuri membuatku tertegun sejenak.
"Kamu rupanya masih ingat sama gurumu yang sudah tua bangka ini nak...? trus apa hal yang membawamu kesini? maaf gurumu ini tak suka basa basi." Lanjut Kyai Danuri langsung ke inti.
"Aku memang sengaja berkunjung semata mata kerinduan seorang murid terhadap gurunya, juga ingin bertemu Sensei namun seperti kata guru Sensei sedang berada di Surabaya." Ujarku sopan.
"Iya nak sudah ada mungkin 3 tahun lebih, sensei mu hanya pulang kesini paling kalo lagi libur sekolah." Kata Kyai Danuri.
"Guru mohon maaf sebelumnya aku mohon guru menerima sedikit jerih payahku sekaligus rasa syukur dan terima kasih ku yang tak terhingga atas bimbingan dari guru, aku mampu bertahan hidup di perantauan." Ujarku lalu merogoh amplop coklat berisi uang tunai 25 juta dari saku jaketku kemudian menyerahkannya di genggaman tangan Kyai Danuri.
Kyai Danuri tampak tertegun namun segera tersenyum dan mengusap usap baju jaket yang kupakai.
"Kamu ini kok aneh aneh segala tow nak. kamu masih ingat gurumu ini saja aku sudah senang, tapi baiklah kuterima baktimu ini, dan ku doakan semoga penghidupan kamu lebih baik lagi dari sebelumnya." Ujar Kyai Danuri tampak terharu.
"Aminnn trimakasih guru, begitu juga saya slalu berdoa smoga guru sekeluarga slalu di anugerahi kesehatan dan kenikmatan yang melimpah." Jawabku.
Setelah itu aku kembali menghampiri mobilku saat Nyai Danuri keluar dengan membawa air panas yang masih mengebul serta sepiring ubi yang tampak baru saja di angkat dari penggorengan.
Aku lalu kembali lagi sambil menjinjing kardus berisi bahan sembako dan sekarung beras yang sempat kubeli di minimarket pasar kecamatan tadi, lalu menyerahkan nya pada Nyai Danuri. Dan beliau tampak begitu semringah menerimanya.
Setelah itu aku kembali duduk di kursi bambu berseberangan dengan Kyai Danuri, lalu bercerita tentang kegiatanku saat ini dan kebutuhanku yang ingin merekrut beberapa anggota padepokan untuk menjadi karyawanku nantinya.
"Baiklah nak nanti hari minggu datanglah kesini boleh pagi boleh siang atau sore bahkan malam terserah kamu, nanti akan kupilihkan sendiri teman teman yang kamu butuhkan itu." Ujar Kyai Danuri.
"Baiklah guru terimakasih banyak, aku slalu mohon doa restu guru.." Ujarku, sekaligus berpamitan pada beliau untuk mohon diri.
"Baiklah hati hatilah sampaikan salamku pada orang tuamu nak, dan juga terimakasih karena telah melahirkan anak berbakti seperti kamu." Ujar Kyai Danuri membuatku tersenyum.
"Akan saya sampaikan pesan dan salam dari guru pada bapakku guru, sampai jumpa guru!" Ucapku lirih sambil mencium buku tangannya sebelum aku pergi.
Bagaimanapun juga Kyai Danuri adalah salah satu yang sangat berjasa dalam hidupku, karena berkat bimbingannya dalam ilmu pernapasan, aku mampu menguasai ilmu sapta indra yang membuat fungsi indraku sangat kuat terlebih dengan intuisi yang lebih tajam dari orang biasa, membuatku hampir tak terkalahkan di arena perjudian dan membuatku bergelimang uang.
"
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments