OBSESI SEPUPU
"Huffff........ahhhhh......."
Pesawat JAL yang ku tumpangi akhirnya mendarat dengan selamat di bandara terbesar negeri tercintaku di Cengkareng. Setelah lima tahun lamanya ku habiskan waktu untuk menjadi peserta kenshusei akhirnya aku bisa kembali menghirup udara segar bumi pertiwiku.
Rasanya sudah begitu rindu dengan kedua orang tuaku dan Anis adik perempuanku sekaligus saudara kandungku satu satunya, yang kini usianya menginjak 15 tahun sejak bulan kemarin.
Selama ini tak banyak komunikasi antara aku dan keluargaku karena keterbatasan. Aku pergi merantau ke Jepang pun hanya mengandalkan keberuntungan semata karena kemiskinan parah yang menjerat keluargaku, bahkan untuk uang sakuku saat pertama kali hidup di Jepang, sahabatku Aceng lah yang berbaik hati memberikan pinjaman, meskipun langsung kubayar lunas tak lama setelah aku bekerja di sebuah perusahaan perhiasan.
Dan berkat sedikit keahlian yang kumiliki membuatku menjalani lima tahun karir yang luar biasa dengan gelimang uang yang kudapatkan. Meskipun sebagian tak kudapatkan dengan cara halal karena aku juga memiliki deposit beberapa puluh miliar rupiah dari berjudi dan taruhan.
Namun uang yang ku kirim ke kampung lewat Mas Harno saudara sepupuku sebesar lima sampai delapan juta sebulannya adalah uang halal yang murni kudapat dari gaji bekerja di perusahaan berlian dan perhiasan.
tuingg...tuinggg.... hp ku berdering.
"Hallo Ceng ! dimana kau ?" Tanyaku.
"Aku di parkiran nanti begitu keluar colling saja, aku akan jemput elu." Jawabnya.
"Iya iya, paling sebentar lagi aku keluar masih nunggu pengecekan dulu." Ujarku.
"Iya iya..." Balasnya lalu menutup panggilannya.
Tak lama kemudian pengecekan telah selesai dan aku langsung keluar, aku hanya berharap setidaknya Aceng membawa ibuku bersamanya saat ku minta menjemput ku kemaren meski aku tak bilang. Tak lama setelah aku bel Aceng datang dengan mobil sejuta umat berwarna silver yang bisa ia pinjam dari pamannya yang juga ku kenal yaitu Haji Yadi yang juga juragan sembako di kampungnya, Kampung Krajan yang juga kampung kecil bernuansa kota yang merupakan tempat perantauan ibuku yang bekerja sebagai tukang jamu gendong.
Tempat dimana aku mengalami masa kecil yang bahagia karena bertetangga sekaligus bersahabat karib dengan Aceng dan keluarganya dan juga Dewi adik perempuan Aceng yang usianya hanya terpaut setahun saja di bawahku, kami bertiga sangat akrab sampai sekarang.
Aceng dan Dewi menyalami aku dengan penuh hangat dengan senyum bahagia terpancar di wajah mereka.
"Ceng...ibuku ngga ikut?" Tanyaku.
"Lah kan masih di kampung Gung, belum ke Krajan lagi setelah mudik lima atau enam bulan yang lalu." Jawab Aceng sambil membantuku memasukkan barang barangku ke bagas mobilnya.
"Iya Gung bahkan pelanggan pelanggan Bi Yati banyak yang nanyain loh." Timpal Dewi.
Aku tertegun dan tiba tiba saja perasaanku jadi ngga enak. Memikirkan keluargaku membuatku sedikit mengurangi mood baik dalam diriku. Satu satunya sumber berita kampung ku di Jawa Tengah hanyalah dari Mas Harno, sedang dia pun seolah pelit informasi apapun padaku
Meski begitu aku langsung fokus dengan berita berita dari Aceng yang bercerita tentang dirinya yang sedang merintis usaha sebagai pemborong proyek bangunan, sedangkan Dewi saat ini bekerja di sebuah pabrik garmen di kawasan industri yang mempunyai umk terbesar di negara ini.
"Oh iya Gung btw gimana elu sukses kan maksudku banyak cuan kan dollar gitu hehehe ini kebetulan banget gudangnya bekas punya Haji Iim yang di beli orang Purwakarta mau di jual lagi dan di tawarkan murah gimana bro klo kau beli saja lumayan bisa di jadiin properti nanti misalnya hunian sewa premium gitu...kau tau kan sekarang ini Krajan sudah kaya kota." Ujar Aceng menggugah naluri bisnisku.
"Iya gampang sebenarnya aku minat pengen beli sawah atau kebun rambutan klo ada Ceng." Jawabku.
"Lah itu juga banyak Gung mau berapa hektar juga ada, orang sekarang lagi krisis banyak yang gila duit." Ujar Aceng.
"Ceng cari makan dulu donk sekalian ini mobil butuh di isi bbm juga kan." Pintaku karena perutku lapar.
"Yeiyy asyik di traktir kan Gung.." Sahut Dewi.
"Tentu saja bahkan kalo mau yang lain boleh kok nanti pasti ku bayarin." Jawabku sambil tersenyum.
"Ah ngga ngga...kalo makan dan bbm okey tapi klo yang lain entar aza lah Gung gampang yang penting kamu ketemu keluarga kamu dulu, maaf nih sebenarnya ada perasaan ga enak juga seh, soalnya tak biasanya Bi Yati pulkam sampai selama ini." Kata Aceng yang kembali membuat hatiku berdesir dan perasaan tak enak muncul lagi.
Akhirnya setelah memakan waktu hampir 3 jam lebih karena harus beberapa kali terhenti, kami tiba di Krajan, kampung asli Aceng dan Dewi sementara buatku lebih berarti sebagai tempat numpang hidup.
Benar saja rumah di tanah ss milik perusahaan kereta api yang di beli ibuku sepuluh tahun yang lalu itu tampak samun meski tetap terlihat bersih, karena sering di bersihkan oleh Dewi dan mamahnya.
Bahkan untuk dapat memasukinya aku terpaksa harus merusak gembok pintunya lebih dahulu, suasana di dalam rumah tampak suram dan berdebu. Kulihat botol botol wadah jamu yang di gunakan ibuku untuk berdagang pun terlihat berdebu dan lusuh.
Tiba tiba saja sebuah kupu kupu yang entah darimana datangnya terbang berputar putar di sekitarku dan mengelilingiku.
"Gung....ini air minumnya." Ujar Dewi yang langsung masuk ke dalam rumahku dengan sebotol air minum dan sepiring goreng pisang di tangannya.
"Trimakasih Dew...maaf yah ngrepotin." Ucapku.
"Bukan apa apa Gung, kalian kan keluargaku juga." Jawab Dewi sambil tersenyum manis.
"Eh Dew...katamu ibuku sudah enam bulan ga kesini tapi listrik kok masih nyala aza, apakah kamu yang bayarin ?" Tanyaku.
"Oh itu bapak Gung...tap ga masalah seh cuma sedikit kok, daripada kwh nya di cabut pln." Jawab Dewi.
"Oh makasih yah nanti pasti ku ganti kok." Ujarku.
Sementara Dewi mengambil sapu dan lalu sibuk bersih bersih ruang tengah rumahku, aku membersihkan kamarku sendiri.juga kamar yang di tempati orang tuaku.
Dan malamnya aku mengadakan doa bersama syukuran kecil kecilan dengan mengundang beberapa tetangga dekat, dan khusus untuk keluarga Aceng aku membagikan mereka beberapa buah tangan yang ku bawa dari Jepang.
"Gung !" Ujar Aceng setelah kami selesai dengan acara syukuran yang ku adakan.
"Iya gimana..?" Kataku.
"Elu serius kan mau beli kebun dan sawah? Tanyanya.
"Iya serius emang ada...yang jual ?" Tanyaku.
"Ada kebun rambutan 1000 meter persegi dan 500 meter persegi di tawarkan murah hanya gocap semeternya elu ambil kagak itu murah banget bro lokasinya deket jalan juga cuma penjualnya ingin di bayar cash." Kata Aceng.
"Okey besok lihat klo cocok langsung eksekusi, juga gudangnya Haji Iim sekalian kamu tawar dulu kita beli juga tapi nanti kamu yang renovasi yah kan katanya kamu pemborong." Ujarku.
"Siyap boss laksanakan." Ujar Aceng senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Authophille09
holla kak👋 aku mampir nih, yuk mampir juga di karya ku yang judulnya "Terjerat Pesona Abang Tiri,"
2022-10-16
1