Siang ini suasana dikantin SMA Bhakti Luhur, terlihat cukup ramai seperti biasa nya. Semua siswa sibuk menikmati makan siang sambil asyik bercanda dan ngobrol dengan sesama temannya.
Begitu pula dengan Rhea dan Shasa. Mereka sedang menikmati bakso dengan segelas jus jeruk sambil membicarakan bias mereka masing-masing. Siapa lagi kalau bukan BTS.
" Rheee, kemaren Lo liat nggak postingan di Ig suami gue!!! Dia kok tambah cakep aja sih rhe?? Gue tambah melting liat nya."
Shasa membayangkan postingan salah satu member BTS yang dia lihat kemarin sambil menguyah bakso yang ada di mulutnya.
" Andai dia mau sama gue Rhee, gue rela jadi istri simpenannya. Ikhlas mah gue lahir batin."
Sekarang Shasa lagi membayangkan menjadi istri dari bias nya itu sambil bertopang dagu.
Rhea yang mendengar omongan Shasa mendelik dengan sinis, lalu menghadiahi Shasa dengan jitakan cantik di kepala nya.
"Aduhh...sakit ogeb!!"
Shasa mengumpat sambil mengusap kepalanya yang sakit akibat di jitak oleh Rhea.
" Plisss deh sha, ngehalu jangan ketinggian. Mana mau si "V" BTS jadi suami Lo. Lo aja burik kayak gini!"
Rhea mengejek Shasa sambil memperhatikan penampilan Shasa dari ujung kaki ke ujung kepala.
Shasa yang dibilang burik sama Rhea langsung melotot tidak terima dan menjitak balik kepala Rhea.
" Aduhh...kepala gue sakit oneng!!!"
Rhea juga mengusap kepala nya yang sakit sambil besungut sebal pada Shasa.
" Rasain Lo, maka nya jangan jitak duluan, ya gue balas lah. Gimana, sakit nggak??"
Shasa yang merasa puas telah membalas Rhea, melanjutkan kembali memakan bakso nya tadi.
" Tapi lebih kerenan suami gue lagi sha, udah jadi leader, IQ nya tinggi, terus pernah pidato di sidang PBB lagi!!! Smart kan suami gue..????"
Rhea membanggakan bias nya yaitu "RM" BTS pada Shasa dengan semangat.
" Iya suami Lo emang smart tapi suami gue lebih cakep! Hahaha.."
Shasa tertawa senang karena berhasil membuat rhea memajukan bibirnya kesal.
Saat Rhea dan shasa masih menikmati baksonya, tiba-tiba suasana di kantin menjadi riuh dengan datangnya 4 cowok tampan yang terdiri dari Gavin, Alex, Azka dan dhafi.
Shasa yang melihat kedatangan mereka sempat melongo sesaat karena terkejut.
" Rhe...rhe..itu kan..."
Shasa menyikut lengan Rhea agar menoleh kepada nya dan memberitahukan kepada Rhea apa yang barusan dia lihat.
" Iya, gue udah tau. Gue juga udah liat mereka di lapangan basket tadi."
Rhea menatap Shasa sekilas lalu mengaduk-aduk kembali bakso yang ada di dalam mangkoknya. Mendadak selera makan Rhea langsung hilang setelah melihat kedatangan Gavin dan teman-teman nya.
" Truss...doi say hai nggak sama Lo??? kan udah lama nggak ketemu???"
Shasa mendadak kepo dan merapatkan duduknya di sebelah rhea.
" Boro-boro nyapa sha, nengok aja kagak!!! Palingan dia juga udah lupa sama gue. Gue siapa cobak??? Mantan pacar aja bukan!! Gue aja yang baper sama sikap dia ke gue dulu."
Rhea menghela nafas dengan keras karena mendadak teringat dengan kisah nya bersama Gavin di masa lalu.
" Iya sihhh!!! Trus kalau seandainya kalian ketemu lagi gimana rhee? Kan kita satu sekolah! Nggak mungkin kan kalau nggak ketemu??"
Shasa penasaran apa yang akan dilakukan Rhea jika bertemu dengan Gavin lagi.
" Ya nggak gimana-gimana sha. Kalau dia nyapa gue, ya gue nyapa balik. Kalau dia cuek, ya gue juga cuek lah."
Rhea sudah membayangkan pertemuannya dengan Gavin nanti dan rhea akan bersikap biasa-biasa saja jika berhadapan dengan Gavin.
" Bagus Rhee, Lo memang harus move on dari dia. Lo jangan sampe mau di PHP-in lagi sama dia. Inget ya Rhe, Lo tu cantik dan baik. Lo cuma perlu bukak hati Lo aja buat orang lain. Lo pasti bisa. Semangat yah sayang kuh!!"
Shasa mengoceh panjang lebar sambil memeluk Rhea dari samping. Shasa sangat menyayangi sahabatnya itu dan tidak ingin melihat Rhea bersedih lagi.
" Iya gue tau sha, yukk kita ke aula bareng. Selera makan gue juga udah ilang. Kata kakak pembina suruh ngumpul dulu disana sebelum acaranya dimulai lagi."
Shasa menganggukkan kepalanya tanda setuju dan mereka langsung berdiri dari tempat duduknya. Rhea langsung mengandeng lengan Shasa keluar dari kantin yang terlihat semakin penuh oleh siswa lainnya.
Tanpa mereka sadari, Gavin sejak tadi terus memperhatikan Rhea dan temannya dari sudut matanya.
Sebenarnya saat memasuki kantin tadi Gavin sudah melihat Rhea duduk bersama seorang temannya. Tapi Gavin sengaja pura-pura tidak melihat keberadaan Rhea.
Gavin sudah tau kalau Rhea masuk ke SMA yang sama dengan nya. Saat tadi pagi Gavin secara tidak sengaja melihat Rhea berdiri di depan gerbang sekolah dan memakai seragam yang sama dengan Gavin.
Gavin merasakan jantungnya berdebar saat berjumpa kembali dengan Rhea. Ada perasaan senang yang tak terkira yang Gavin rasakan dan juga perasaan rindu yang akhirnya terbayar karena melihat wajah Rhea yang begitu cantik di mata Gavin.
" Wooiiiii...Vin."
Tepukan yang keras di bahu Gavin, membuat Gavin tersadar dari lamunannya.
" Lo kenapa Vin, bengong aja!! Kesambet Lo???
Dhafi memperhatikan tingkah laku sahabatnya yang mulai aneh saat memasuki kantin hingga saat ini.
" Sakit bahu gue tai!!! gue nggak melamun tapi lagi mikir."
Gavin mengumpat dengan keras sambil mengusap bahunya yang sakit karena ditepuk oleh dhafi.
" Mikirin apaan Lo Vin?? Lo liat ada Adek kelas cewek cakep ya?? Mana Vin??"
Azka memperhatikan sekitar setelah bertanya pada gavin. Jiwa playboy nya akan kumat kalau berurusan dengan cewek cantik.
" Lah mulai kumat ni anak, cewek mulu dari tadi. Emangnya Lo udah putus sama cewek lo yang terakhir? Siapa namanya? Revina bukan?? Tari?? Mayang??? Atau Cindy???"
Kali ini Alex ikut bersuara menyindir Azka dengan menyebutkan semua nama-nama mantan azka.
Azka yang mendengar nama mantannya disebut merasa geram kepada Alex.
" Apaan sih Lo Lex!! Pake nyebut nama mantan-mantan gue segala lagi. Lo mau nambah cewek lagi selain si felis?? Mau gue kenalin sama cewek yang lain??"
Azka menatap sinis pada Alex, sedangkan Alex tertawa mengejek tingkah laku Azka yang emosian.
" Udah-udah, nggak usah pada berisik!!!"
Dhafi menengahi mereka berdua agar tidak terjadi perkelahian.
" Lo mulai duluan nyett!! Kenapa coba pada diabsenin lagi nama mantan gue, penting ya buat Lo???"
Azka besungut sebal sambil menunjuk-nunjuk muka alex.
" Iye, sorry!! Sensi amat Lo, lagi PMS ya??? Hahaha..."
Alex menyindir Azka lagi sambil tertawa dengan keras. Azka yang bertambah kesal karena melihat tingkah Alex, memiting leher Alex di bawah ketiaknya sampai Alex berteriak minta ampun.
" Bisa diam nggak Lo pada??? Mau gue lempar ni mangkok bakso ke muka Lo berdua???"
Gavin membentak Alex dan Azka sambil memegang mangkok bakso di tangan nya sehingga membuat mereka berdua mendadak kicep karena ketakutan.
Setelah membentak kedua temannya tadi, Gavin langsung berdiri dan berniat meninggalkan mereka yang masih duduk di meja kantin.
Dhafi yang melihat Gavin akan pergi, mencoba menahan lengan gavin dengan kuat dan bertanya kemana Gavin akan pergi."
" Mau kemana Lo???"
" Gue pengen ngadem bentar, disini sumpek banget! Ditambah 2 curut ini nggak berhenti berisik!!! Selera makan gue udah hilang."
Gavin menatap Azka dan Alex dengan kesal.
" Ya udah, pergi sana!! Ntar gue nyusul."
Akhirnya Dhafi melepaskan tangannya dari lengan Gavin.
"Hmmm"
Gavin hanya bergumam dan berlalu meninggalkan teman-temannya.
Setelah kepergian Gavin, teman temannya mendadak ribut sendiri.
" Si Gavin kenapa noh, garang bener!!! Lagi ada masalah ya dia??"
Alex bertanya pada Azka dan Dhafi karena penasaran.
" Mana gue tau!!! Sejak baru masuk tadi tampang dia emang udah bete juga."
Azka menjawab pertanyaan Alex sambil mengangkat bahunya.
" Atau jangan-jangan karena Lo ngebahas soal Rhea tadi makanya si Gavin jadi bete."
Alex menyalahkan Azka karena membahas soal Rhea didepan Gavin.
" Udah biarin aja, ntar juga dia baik lagi. Habisin makanan Lo pada. Habis ini gue mau nyusul dia ketempat biasa. Gue juga penasaran kenapa dia ngamuk-ngamuk nggak jelas gitu."
Dhafi memberikan usulannya yang diangguki oleh kedua teman nya tadi.
Gavin yang masih merasa kesal dengan kejadian di kantin tadi, langsung pergi ketempat yang biasa dia pakai untuk menenangkan diri. Tempat itu berada belakang sekolah. Sebuah taman kecil yang jarang di lalui oleh siswa lain.
Saat Gavin sudah sampai di tempat itu, dia langsung duduk di bangku kayu yang ada di sana.
Setelah itu Gavin mulai merenungi pertemuannya kembali dengan Rhea. Gadis yang pernah dia sukai saat Gavin duduk di bangku SMP dulu.
Gadis yang pernah mengisi hati Gavin. Gavin tidak bisa memungkiri rasa suka nya masih sama seperti dulu. Menyukai gadis manis bernama Rhea Zhavira Adinata dan merupakan Cinta pertama bagi Gavin.
Saat Gavin masih sibuk dengan lamunan nya, Dhafi datang dan menepuk bahu Gavin lagi dengan keras. Membuat Gavin melotot dengan sebal kearah Dhafi.
" Jangan melamun bro, ntar kesambet!
Dhafi membuka obrolan agar Gavin tidak kesal lagi padanya.
" Kampret Lo! Ngapain Lo kesini? Gangguin gue aja Lo!"
Gavin masih kesal pada Dhafi yang hari ini sudah dua kali mengejutkan nya sambil menepuk bahunya dengan keras.
" Lo lagi mikirin Rhea ya??"
Dhafi dapat menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Gavin.
Mendengar pertanyaan dari Dhafi membuat Gavin hanya menganggukkan kepala membenarkan.
" Kalau emang bener Rhea sekolah di tempat yang sama dengan Kita, berarti Lo harus nyamperin dia. Lo harus beresin masalah Lo yang belum kelar sama dia."
Dhafi menunggu reaksi yang diberikan Gavin mengenai sarannya.
Sementara Gavin hanya bisa menghela nafas dengan keras karena bingung bagaimana cara dia mendekati Rhea lagi.
" Nggak usah banyak mikir. Samperin aja dia langsung. Nggak usah gengsi juga. Lo mau jomblo seumur hidup. Trus Rhea di rebut sama orang lain??"
Dhafi mencoba menakuti Gavin agar Gavin segera maju mendekati Rhea lagi.
Gavin yang mendengar pernyataan dhafi tadi langsung terkejut dan menggeleng kepalanya dengan keras.
" Makanya gercep biar Lo nggak keduluan sama orang lain."
Gavin mulai mengangguk-angguk kan kepala nya tanda mengerti dan tersenyum simpul ke arah Dhafi.
" Thanks bro, nggak sia-sia gue punya temen kaya Lo."
Gavin merangkul bahu Dhafi sambil menepuk-nepuknya dengan keras.
" Sialan Lo!! Btw, galau Lo udah selesaikan?? Ayok buruan masuk kelas, gue nggak mau di tangkap pak Darto dan berakhir di ruangan BK Samo Lo."
Dhafi melepaskan rangkulan Gavin dari bahunya.
" Emang nya Lo nggak kangen sama pak Darto ha??"
Gavin menarik turunkan alisnya menggoda Dhafi.
" Kampret Lo!! Jijik banget gue kangen sama dia. Lo kali gue kagak."
Dhafi bergidik ngeri membayangkan pak Darto yang botak tapi memiliki kumis tebal seperti pak Raden.
Gavin tertawa senang melihat reaksi Dhafi dan akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan taman menuju kelas masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments